Part 2 : Tembok Pembatas

2K 289 164
                                    

Suara deru nafas terengah terdengar begitu nyaring. Pemuda berambut coklat madu itu terengah memasuki gedung perusahaan.

"Telat nih pasti." Ucapnya putus asa melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Nggak keburu, nih. Harus pakai lift."

Kling

Setelah absen menggunakan id cardnya Haknyeon segera berlari memasuki lift. Sampai pada saat tangannya menggapai sisi pintu lift supaya pintu tersebut tidak tertutup.

Langkahnya terhenti, kedua pasang manik itu saling menatap. Seolah dunia haknyeon berpijak kini tengah berhenti saat bertatapan dengan sang owner perusahaan.

"Kamu mau masuk nggak? Kalau nggak, minggir! saya telat nanti." Sunwoo menyentuh tangan Haknyeon yang menahan lift.

Haknyeon panik,

Tidak. Dia tidak boleh terlambat. walaupun kenyataannya memang sudah terlambat, ketahuan boss pula.

"Tung—"

Grep

Haknyeon merasa ini tidak nyata. Sunwoo menariknya? Ke dalam pelukan?

"Lambat."

Mendengar bisikan tersebut tepat di telinga Haknyeon, membuat Haknyeon sadar oleh kenyataan. Sedikit panik, dia melepaskan diri dari sang owner.

"T-terima kasih, pak."

Alih-alih menyuruh Haknyeon untuk minggir ternyata Sunwoo menarik tubuh Haknyeon untuk masuk ke dalam lift. Tarikan spontan itulah yang membuat Haknyeon masuk ke dalam dekapannya.

"Di sini nggak boleh ngewarnai rambut. Kamu sudah tau aturan itu?" Ucap Sunwoo sembari menatap Haknyeon melalui pantulan dirinya di pintu lift yang tertutup.

Haknyeon menatap lekat rambutnya, "Saya tidak mewarnai rambut."

"Tapi kenapa warnanya mencolok?"

"Sudah dari lahir, rambut saya memang warnanya coklat pak."

"Apa kamu sedang berusaha mencari alasan untuk berbohong? Kamu pernah lihat karyawan saya yang rambutnya terang?"

"Ada."

"Siapa? Kamu kan?"

"Sekretaris Choi."

Sunwoo diam.

Sial. Benar juga, yang di bilang karyawan baru ini.

"Ya itu contoh nggak baik. Jangan ditiru, ngerti nggak?"

Dia kenapa sih?

Selalu cari-cari kesalahan gue.

Setelah itu Sunwoo melangkah keluar begitu pintu lift terbuka. Haknyeon yang ruangannya memang selantai dengan Sunwoo pun ikut keluar dari lift.

Re-sign 🖋

"Permisi, pak. Maaf mengganggu."

Sangyeon mengalihkan tatapannya dari kertas-kertas yang ia pegang.

"Haknyeon."

"Hehe, pak saya mau minta tanda tangan."

"Ok, Anggaran ya?"

"Iya, seperti biasa."

Sangyeon melontarkan senyum tampannya lalu setelah itu mencari stempel divisi accounting.

Re-Sign | SunhakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang