Part 14 : Macau

1.2K 189 83
                                    

Chanhee menatap berkas yang ada di meja, otaknya terus berputar mencari ide.

"Kak, pokoknya lo harus bantu gue dapetin proyek ini." Sunwoo mencoret beberapa point penting di dalam proposal yang Chanhee bawa.

"Masalahnya ini hubungan international. Gue noob bahasa asing, anj." Gerutu Chanhee kesal.

"Kali ini gue pengen masuk ke pasar china, lo tau kan ekonomi di sana lagi maju-majunya. Bokap gue pasti seneng kalau gue goals di proyek ini."

"Mending lo cari translator yang bakal nemenin kita ke macau."

"Hey, i am a boss." Ucap Sunwoo sembari menghempaskan jasnya.

Cih, ni bocah songongnya kumat.

Chanhee diem, pasti semua ini yang akan ribet mempersiapkan segalanya adalah dia.

"Tapi file yang buat presentasi udah siap kan?"

"Udah. Tinggal nyari translator."

"Ok, PR buat lo. 3 hari lagi kita terbang ke macau."

"Nu.." rengek Chanhee.

"Sstt, gue tambahin ntar gaji lo."

"Masak gue doang yang kudu nyari. Lo juga nyuruh siapa gitu."

"Kalau gitu bonus lo gue diskon dong."

"Iya-iya... Ish!" Chanhee kesal lalu beranjak pergi.

"Heh mau kemana? Ini belom kelar loh."

"Lo liat jam deh. Istirahat cuk." Hanya Chanhee yang menjabat sebagai sekretaris namun tidak ada batasan formal dengan atasannya.

Oh iya, gue sampai gatau jam.

Sunwoo menggelengkan kepalanya lalu sedikit melakukan peregangan. Badannya kaku setelah berjam-jam duduk di singgah sananya.

.

"Haknyeon." Panggil Chanhee.

"Iya, sekretaris choi?"

"Lunch bareng yok."

"Tapi saya mau makan di kantin kantor."

"Oh, ok. Kita lunch disana aja, hemat waktu hehe."

Mereka bercerita tentang kerjaan masing-masing sampai pada saat hampir selesai makan Chanhee menanyakan sesuatu kepada Haknyeon.

"Haknyeon, kamu tuh aslinya orang mana? Nama kamu unik."

"Hongkong. Humn, aneh ya nama saya?"

Chanhee panik, "oh enggak kok. Unik bukan aneh..."

Haknyeon tersenyum senang karena dipuji, "Sekretaris Choi juga cantik kayak namanya."

"Wah, jangan gitu nanti kepalaku kayak baleho."

"Hahaha." Tawa keduanya menghiasi kantin kantor.

"Anyway, berarti kamu bisa bahasa mandarin?"

"Iya, kan saya lahirnya di sana. Haha"

"Ah benar Juga. Lancar dong omongnya."

"Iya. Tapi, sekarang cara bicara saya aja yang kecampur. Udah nggak mandarin banget tapi tetep nggak lupa bahasa asal."

"Ah, keren banget. Perusahaan yang nampung kamu beruntung banget sih menurutku. Karyawan yang kayak kamu gini jangan di sia-siain."

"Terima kasih, tapi itu terlalu berlebihan untukku." Sahut Haknyeon tidak enak hati dan juga malu.

Re-Sign | SunhakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang