Bonchap [1] : Letter

1K 103 11
                                    

Sunwoo merasakan usapan lembut pada kepalanya. Sungguh dia sangat merindukan telapak tangan halus yang kini tengah membelai permukaan kulitnya.

"Lelaki kuat, Lelaki tampan, bangun sayang." Sebuah suara bak semilir angin yang menyejukan hati, mendamaikan pendengaran Sunwoo. Mengusir segala rasa penat dan gelisah yang ia pikul.

Perlahan sunwoo membuka kelopak matanya, menyesuaikan bias cahaya yang memasuki netra hitam miliknya.

"Brian?"

Brian tersenyum manis bahkan jauh lebih berseri dari yang pernah ia lihat.

"Iya, ini aku."

Sunwoo memeluk Brian erat, "Kumohon, Jangan pergi lagi. Maaf, aku minta maaf karena telah membuatmu terluka."

Airmata kerinduan dan penyesalan tak dapat Sunwoo bendung. Bulir demi bulir menetes tanpa henti. Hatinya seperti ditikam ketika mengakui segala kesalahannya.

Brian tersenyum didalam pelukan manis tersebut. Tangan mungilnya mengusap punggung lelaki yang ia cintai, "bukan salah kamu. Berhenti menyalahkan diri sendiri. Aku pergi karena Tuhan sayang sama aku."

"Pertunangan itu dan kebohongankuㅡ" nafasnya tercekat ketika penggalan memori kecelakaan Brian terputar di otaknya.

"Maafkan aku, Itu semua salahku." Ucap Sunwoo frustasi dibarengi dengan tangisannya.

Brian menjauhkan badannya. Menghapus jejak airmata di pipi Sunwoo, "nggak sunwoo, he says right, its not your fault. Kita memang tidak bisa melawan takdir.  Aku sudah bahagia di sini, I'm not alone here.  Did you see it?  Your very beautiful mother accompanied me."

Sunwoo melihat ke arah perempuan berbaju putih yang kini juga menatapnya tulus sembari tersenyum.

"Mama?"

"Kembalilah, lupakan apa yang sudah terjadi. Kamu harus bahagia. Hiduplah lebih bahagia dari sebelumnya. Aku mencintaimu, Sunwoo."

Satu tarikan lembut di tengkuk Sunwoo, membawanya pada ciuman perpisahan yang sangat memabukkan. Mungkin ini akhir dari kisah cintanya bersama Brian. Akhir dari segala kesalahpahaman dan sakit hati yang mereka terima.

05.00 a.m

Sunwoo terbangun dari mimpi yang membuat hatinya lega. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa dia masih tenggelam dalam kesedihan.

"Brian... Maafkan aku." Sesalnya sepenuh hati.

Sunwoo mengusap wajahnya, dia melihat bantalnya basah.

Nggak Sunwoo.

Lo harus bisa.

Brian mau lo bahagia.

Bukan larut sama kesedihan.

Sunwoo beranjak dari kasur empuknya, lebih baik dia berkutat di dapur untuk membuat sarapan.

Suara toaster (mesin pemanggang roti) menggema di pantry menyambut kedatangan Sunwoo yang sudah bangun lebih awal.

"Sunwoo? Tumben bangun pagi banget." Ucap Eric sambil menyibukkan diri membuat kopi.

Re-Sign | SunhakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang