[3] - Ketua Kelas Galak

218 15 2
                                    

"Pernahkah kamu berpikir bahwa kehidupanmu sangat rumit? Kamu selalu bertanya-tanya apakah besok akan lebih bahagia? Atau malah sebaliknya?"

Sheila Melviana •


*****

Bel istirahat telah berbunyi dengan nyaring. El bergegas pergi menuju ruang guru untuk mengumpulkan tugas matematika miliknya.

"El! Tungguin bang Hans!" Teriak Hans yang mengekor di belakang.

El berbalik dan menatap Hans tajam! Seakan menyuruh Hans untuk tetap diam di kelas. Namun bukan Hans namanya jika Ia menurut begitu saja, Hans malah sengaja mengikuti El yang sudah memasang wajah kesal. Cowok itu sangat tidak suka di ganggu.

BUGH..

El dengan sengaja menendang perut Hans sekencang mungkin. "MINGGAT!" Sentaknya tajam.

Hans mengerang. "Adaw! Sakit El! Jahat banget Lo! Kalo ginjal, usus, jantung, hati dan benda keramat gue terluka Lo mau tanggung jawab?"

El tidak peduli dengan keadaan Hans yang sudah misuh-misuh tak jelas, El lebih memilih melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Siapa suruh mengganggu pekerjaan orang!

"Shei? Lo liat kan kelakuan ketua kelas kita tadi?" Tanya seorang cewek yang di yakini bernama Chika. Teman sebangku Hans yang kebetulan duduk di depan Sheila. Chika adalah salah-satu haters yang sangat membenci El. Entah kenapa Chika memang tidak suka dengan perilaku El yang kasar dan seenaknya. Mungkin di sekolah ini hanya Chika yang tidak menyukainya.

Sheila menoleh dan mengangguk sebagai jawaban.

Chika berdecak. "Kok Lo mau aja duduk satu bangku sama El? Harusnya Lo nolak pas si Hans nyuruh Lo duduk bareng cowok itu!" Ujar Chika dongkol.

Sheila menggaruk tengkuknya bingung. "Emangnya kenapa?"

"Ck, gue kasih tahu sama Lo ya! El itu orangnya galak banget! Tiap hari sering ngamuk-ngamuk gak jelas, marah-marah gak jelas! Dia juga terkenal sarkas. Itu sebabnya gak ada yang betah duduk di sebelah dia. setiap orang yang duduk di sebelah dia pasti selalu jadi pelampiasan amarahnya. El itu suka banget mukul orang, gak peduli mau dia cowok atau cewek. Dulu aja sempet ada cowok yang duduk bareng El, seminggu kemudian dia pindah sekolah karena gak tahan di omelin terus sama ketua kelas!"

Sheila bergidig ketika Chika menceritakan hal itu. Sekejam itukah ketua kelas yang bernama El itu?

"Trus gue harus duduk dimana? Gak ada kursi kosong lagi selain kursi di samping Jessie. Apa gue duduk sama Jessie aja?" Tanya Sheila berbisik.

Chika sontak menggeleng keras. "Gak! Itu juga bukan solusi yang baik. Jessie dan anteknya adalah tukang bully yang sangat terkenal di sekolah ini. Gue khawatir kalo Lo duduk sama Jessie nanti Lo jadi di bully sama dia."

"Trus gue harus gimana dong?"

Chika memutar-mutar bolpoin di tangannya. Cewek itu terlihat berpikir keras untuk menentukan jalan keluar yang baik untuk masalah yang di hadapi Sheila.

Chika tersenyum cerah ketika otaknya berhasil menemukan cara yang cemerlang. "Aha! Gue tahu Lo harus apa!" Pekiknya bersemangat.

Sheila mendekat. "Gue harus apa?"

Chika mencondongkan tubuhnya dan berbisik agar tidak ada orang yang bisa mendengarnya. "Jadi gini, untuk sekarang lebih baik Lo terima nasib dulu jadi teman sebangkunya El. Tugas Lo cukup jadi teman yang baik dan penurut buat dia, karena El paling benci sama orang yang ngeyel dan pembangkang. jadi intinya Lo cukup nurutin semua perintah dia. Usahain jangan buat dia marah apalagi kesel. Soalnya cowok itu sensitif banget orangnya. Tapi, Lo tenang aja gue bakal bantuin Lo dan berusaha lindungi Lo kalo ada apa-apa."

My Rude Boyfriend ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang