[9] - Ngompol

216 15 1
                                    

"Hayo ngaku! Siapa yang pernah nahan pipis pas lagi kebelet-kebeletnya?"

Sheila Melviana

*****

"Lepasin, El!" Teriak Sheila ketika El menarik tangannya dengan kasar.

Cowok itu membawa Sheila ke arah ruang komputer. Sheila terpaksa ikut masuk ke dalam ruangan komputer yang gelap karena semua lampunya di matikan. El membanting pintu dan menguncinya dengan amarah yang memuncak. Cowok itu menyalakan lampu sehingga wajah sendu Sheila terlihat dengan jelas.

"Tolol! Ngapain Lo makan di kantin tapi gak izin sama gue?" Teriak El murka.

Melihat raut wajah El yang menyeramkan, Sheila menunduk takut. "Kenapa gue harus izin sama Lo? Gue cuma ke kantin bareng Chika doang kenapa harus izin dulu?" Cicit Sheila.

El menyinis. "Berdua sama Chika?" Tanya cowok itu berdecih. Detik berikutnya El menarik dagu Sheila agar gadis itu mau menatapnya.

Dengan ragu Sheila memberanikan diri untuk menatap cowok itu, raut wajah cowok itu sama sekali tidak berubah. Masih dingin dan menusuk.

"Kalo kalian cuma berdua, kenapa Chiko bisa ada disana?" Tanya El dingin.

"Kak Chiko datang cuma ngasih milkshake doang." Balas Sheila pelan.

Pandangan El beralih ke arah milkshake di tangan Sheila. Cowok itu merebutnya. "Lo gak boleh Nerima pemberian dari siapapun! Mau itu makanan, minuman atau benda sekalipun. Lo gak boleh terima! Kecuali pemberian dari gue."

Sheila membulatkan matanya. "Kenapa gitu? Gak adil dong." Protes sheila.

"Itu udah jadi keputusan gue. Gak bisa di ganggu gugat! dan satu lagi, Lo dilarang dekat-dekat dengan spesies bernama Chiko!" Finalnya tegas.

"Gak bisa gitu dong! Lo gak punya hak buat larang-larang gue berteman sama siapapun. Bapak gue aja gak pernah mengekang gue sampe segitunya!"

El mendelik. "Lo harus nurut sama gue! W-A-J-I-B!!"

Sheila mendengus. "Lo lama-lama ngeselin ya! Pantesan aja gak punya teman."

"..."

"Kenapa Lo diem? Kesindir ya?"

El menatap Sheila dingin. "Gue bakal kurung Lo disini, sampai Lo nurut sama gue!"

*****

"Ziland? Gimana keadaan kamu dan Sheila disana?" Tanya Min dari sambungan telepon.

"Baik." balas El singkat.

"Syukurlah kalau kalian baik-baik saja. Jaga Sheila baik-baik disana ya Ziland? Sepertinya Papa dan kedua orang tua Sheila akan lama disini. Arkana sangat licik, kami tidak bisa melacak keberadaannya. Jadi, kamu harus hati-hati. Terus pantau aktifitas Sheila sesering mungkin karena Arkana bisa ada dimana saja."

El menghembuskan napas berat. "Hmm," gumamnya singkat.

"Jangan lupa tidur yang cukup, makan, sholat, belajar dan jangan nakal disana."

"Ck, iya. Saya bukan anak kecil."

Min terkekeh. "Yasudah, Baik-baik disana. Jangan lupa jaga kesehatan kalian. Papa titip salam buat Sheila, jangan di apa-apain loh! Kamu sudah dewasa jadi harus men--"

Tuutt..

Sebelum Min menutup panggilannya, El lebih dulu menekan tombol merah. Anak durhaka! Dengan tidak sopannya El menutup panggilan secara sepihak tanpa mendengar dulu salam penutup dari Papanya.

My Rude Boyfriend ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang