せる15

524 71 6
                                    

Jeongin mundur satu langkah ke belakang, ia sebenarnya masih sedikit takut untuk bertemu Minho. Ya meskipun dia adalah ayahnya di masa lalu.

Minho yang tahu pergerakan aneh Jeongin pun memandang laki-laki itu dengan penuh keheranan.

"Lo kenapa?" Minho mengangkat alisnya sebelah.

Jeongin menggeleng pelan, lalu pergi dari hadapan Minho, membuat laki-laki di depannya itu semakin bingung.

"Lah dia kenapa?"

Di sisi lain, Jeongin beringsut menjauh dan menghindar dari Minho, ia bergegas mencari kakaknya. Jeongin butuh kakaknya saat ini.

"Kak Hyunjin hiks di mana ...?"

Dari kejauhan, Hyunjin bisa melihat Jeongin berjalan terburu-buru seperti sedang dikejar. Karena khawatir, Hyunjin menghampiri adiknya, mencoba menanyai Jeongin baik-baik.

"Jeongー"

"Kak hiks!"

Hyunjin membulatkan matanya, terkejut akibat Jeongin menangis dan memeluk tubuhnya erat secara tiba-tiba.

"Kamu kenapa sayang? Cerita sini sama kakak."

Hyunjin mengelus surai halus milik Jeongin, berusaha menenangkan adik kecilnya.

"A-ayah ..."

"Ayah kenapa?"

"Dia di sini hiks."

Hyunjin menghela nafasnya pelan, ah dia tau, sepertinya Jeongin masih takut dengan Minho, entah apa alasannya.

Hyunjin berpikir, Jeongin tau kalau dia pernah dicium Minho dalam keadaan tidak sadar. Tapi masa iya? Jeongin tau.

Apa selama ini Jeongin hanya pura-pura tidur atau dia melihat perlakuan Minho di alam bawah sadar?

"Iya-iya tenang, kakak di sini. Kakak bakal melindungi kamu, sekarang kita ke kasir dulu lalu pulang."

Hyunjin menepuk pelan punggung Jeongin, ia juga menangkap wajah Jeongin untuk menghapus jejak air mata yang ada di sana.

"Sudah jangan nangis, nanti jelek lho."

Jeongin mencebik kesal, ia menepis tangan kakaknya.

Hyunjin terkekeh dengan tingkah Jeongin, ia kemudian merangkul bahu adiknya, mengajak yang lebih muda pergi ke kasir.

"Dasar bayiー"

"Aku bukan bayi!"

かぞく

Jisung memijit keningnya pusing, tidak menyangka jika hari ini, ia mendapat banyak sekali klien.

Belum lagi, ia harus lembur dengan kondisinya yang kurang fit.

"Harus banget ya ini kerjaan dateng semua pas gue lagi nggak enak badan," ujar Jisung sembari menulis beberapa pemasukan kliennya.

Krincing-!

Jisung menghela nafas sejenak, sebelum ia berdiri dan menyambut klien yang baru saja masuk.

"SeーUmin!?"

Kim Seungmin, yang lebih akrab dipanggil Seungmin itu tersenyum tipis, dan melambaikan tangannya ke Jisung.

"Hai!"

Jisung tentu senang, ia berlari ke arah Seungmin, memeluk sahabat lamanya itu.

[2/2] My Parents [minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang