せる22

262 42 16
                                    

"Ini sekolah anak lo, Sung?" Tanya Hyunjin sewaktu melihat gedung kokoh di depannya, yang dipenuhi beberapa kerangka mainan besi.

"Iya, anak gue masih sekolah dasar." Jisung menanggapi.

"Tapi taman main itu?"

Jisung tersenyum, "buat taman kanak-kanak. Sekolahnya ini gabung sama taman kanak-kanak."

Hyunjin mengangguk paham, laki-laki itu menyingkirkan diri untuk mencari tempat duduk di bawah pohon.

Jisung tentunya mengikuti Hyunjin dari belakang, dan ikut duduk di sebelah laki-laki itu.

"Jinー"

Eiy domino!

"Hp lo bunyi, Sung," ucap Hyunjin.

"Ah iya, gue pergi dulu ya. Mau angkat telepon."

Hyunjin mengangguk, membiarkan laki-laki manis itu berjalan sedikit jauh darinya. Hyunjin melihat Jisung dari kejauhan, seperti terkekeh pelan. Ia berasumsi jika telepon tadi pasti dari Minho.

"Kkk ... Dasar bucin," gumam Hyunjin pelan.

"Jin, kak Minho barusan telepon. Katanya Jeongin ada di rumah sakit sama dia," ujar Jisung usai menerima panggilan dari Minho.

Hyunjin beranjak dari tempat duduknya, tanpa berbicara sepatah katapun ia ingin pergi dari halaman sekolah.

"Hyunjin, lo mau kemana?" Jisung menahan lengan Hyunjin.

"Nemuin Jeje, dia butuh gue, Sung." Hyunjin menepis pelan tangan Jisung.

"Jinー"

"Ngga, Sung. Gue perlu ketemu sama Jeongin."

Jisung menyingkirkan tangan Hyunjin dari bahunya, menangkup wajah Hyunjin kemudian mencium bibirnya pelan.

"Tenang, Hyunjin. Jeongin udah sadar, dia bakal kesini. Lo ngga usah khawatir." Jisung tersenyum sembari mengelus surai Hyunjin.

Hyunjin terdiam membatu, ia masih memproses apa yang sudah terjadi di depan matanya. Jisung menciumnya? Yang benar saja. Jika Minho mengetahui hal tersebut, semua akan kacau.

"Jiji?"

Hyunjin tersentak pelan, kepalanya reflek menoleh ke arah berlawanan melihat Minho dan Jeongin sudah berdiri di sana.

Jisung membulatkan matanya terkejut, ia melepas tangannya dari wajah Hyunjin dan menatap ke arah Minho.

"Kak Minho ini bukanー"

"Ayah, Ibu!" Lee Hyunjin dan Lee Jeongin berlarian keluar sekolah, menuju kedua orang tuanya.

"Ayo pulang, urusan kita udah selesai di sini. Anak-anak ikut pulang juga ya." Minho menarik kasar tangan Jisung, membawa istrinya pulang ke rumah. Tidak lupa juga kedua anak mereka yang mengikuti dari belakang tanpa berkomentar sedikit pun.

Sementara Jeongin berjalan pelan, menuju kakaknya, memeluk Hyunjin dengan erat.

"Kak, tadi ayah cium Jeongin."

"Huh?"

Jeongin menyembunyikan wajahnya dibalik dada Hyunjin.

Hyunjin mengelus surai Jeongin, berupaya membuat adiknya tenang.

"Kenapa jadi seperti ini?"

かぞく

"Kamu ngapain tadi?" Minho menghempaskan tangan Jisung.

"Aku cuma cium bibir Hyunjin, biar dia tenang."

"Tenang? Maksud kamu apa, Ji? Sopan kamu kaya gitu ke Hyunjin, sementara kamu udah bersuami."

"Kak jangan gini, ada anak-anak."

Minho berdecak pelan, ia meninggalkan Jisung di ruang tengah. Membiarkan istrinya mengurus sang anak yang baru masuk ke dalam rumah.

"Ibu ibu! Ayah tadi kenapa marah?" Tanya si bungsu, Lee Jeongin.

Jisung tersenyum tulus, ia mengelus surai anak bungsunya. "Ayah cuma capek. Kalian berdua masuk kamar deh. Ganti baju, lalu tidur siang ya?"

Keduanya mengangguk patuh, menaiki tangga menuju lantai atas, lebih tepatnya masuk ke kamar mereka.

Sementara Jisung memijit keningnya pusing. Ia melakukan kesalahan besar. Bisa-bisanya ia mencium Hyunjin, padahal ia sudah bersuami.

"Astaga, aku keterlaluan sama kak Minho."

holla!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

holla!

apa kabar nih? udah lama banget ya. maaf hehe.

dalam rangka hyunjin short hair, exna update! jangan lupa vote comment seperti biasa yyaa

[2/2] My Parents [minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang