"Apa yang membuat anda ingin menikahi saya?" tanya Nuhai dengan raut muka yang penuh akan tanda tanya.
Saat ini, Nuhai sedang berdiri saling berhadapan dengan sosok lelaki tinggi besar yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ryuto Sayhan.
Kedua insan tersebut tengah berada di area rumah tempat tinggalnya Nuhai. Ia sengaja mengajak Sayhan keluar dari rumah supaya mereka bisa berbicara secara empat mata.
Sayhan—lelaki ini entah ada angin apa tiba-tiba saja datang ke rumah Nuhai bersama kedua orang tuanya dan memberitahukan maksud kedatangannya yaitu melamar Nuhai, menjadikan Nuhai sebagai istrinya. Jelas saja hal itu membuat Nuhai kaget, pasalnya mereka berdua hanya baru bertemu satu kali, mana mungkin Nuhai terima begitu saja pinangan dari laki-laki asing.
"Bukankah kamu yang menyuruhku kemaren."
"Maksud anda?"
"Kau bilang kalau aku serius menyukaimu, maka aku harus datang menghadap kedua orang tuamu dan memintamu sebagai pasangan halal bagiku. Bukankah begitu?"
Nuhai terdiam. Ingatan jadi berputar mundur di mana ketika ia bertemu dengan sosok Ryuto Sayhan untuk pertama kalinya.
"Aku menyukaimu, maukah kau jadi pacarku?"
"Pacar?"
"Iya."
"Maaf, tapi aku golongan manusia yang tidak menyukai hubungan berpacaran di luar pernikahan. Jadi, kalau anda memang benar-benar menyukai saya, maka datanglah menghadap kedua orang tua dan minta saya untuk dijadikan pasangan yang halal bagimu."
Nuhai diam-diam merutuki kebodohannya karena bicara seperti itu. Harusnya cukup ia tolak saja tanpa menantang apakah Sayhan berani melamarnya langsung atau tidak. Lagian pula kenapa pria ini dengan percaya dirinya langsung melakukan apa yang ia katakan? Tidakkah Sayhan berpikir bahwa apa yang Nuhai ucapkan itu guna menolaknya secara halus.
"Maaf. Apa yang saya ucapkan memang terlalu ceroboh. Saya ... tidak bisa menerima lamaran anda."
Sayhan menaikkan sebelah alisnya menatap perempuan di depannya dengan wajah datar. Ia pun bersedekap. "Kau ini perempuan yang aneh, ya."
"Maksud anda?"
"Ada pria baik-baik datang melamar malah ditolak. Apa kau tidak takut nanti kena karma sehingga tidak ada laki-laki yang mau menikahimu."
"Kenapa kau jadi menyumpahiku?!"
"Aku sama sekali tidak menyumpahimu. Hanya memberi peringatan. Kau tidak mau berpacaran, lalu diajak menikah juga tidak mau. Terus apa maumu?"
"Jawab pertanyaanku sebelumnya. Kenapa kau ingin menikahiku?"
Sayhan terdiam. Satu pertanyaan sederhana tapi bingung bagaimana harus menjawabnya. Sayhan sedikit malu mengingat usianya yang masuk kepala tiga mengakui bahwa dirinya telah jatuh cinta pada pandangan pertama, dan apakah Nuhai akan memercayainya?
"Menikahlah denganku."
Cih, dasar, lelaki ini bahkan tidak bisa menjawab pertanyaanku yang barusan—batin Nuhai. "Baiklah, begini saja. Katakan alasan kenapa aku harus menikah denganmu?"
Sayhan menatap Nuhai begitu intens dengan bola mata coklat menebus hingga masuk ke relung hati perempuan itu. "Aku serius ingin menjadikanmu sebagai istriku. Buktinya tanpa ragu aku datang ke sini bersama Bunda dan Ayahku. Aku tahu pertemuan kita memang singkat, tapi masalah perasaan tidak bisa dibohongi dan juga takdir Tuhan menjodohkan dirimu dengan aku."
Ingatlah Nuhai, bukankah dirimu dulu berjanji akan menerima pria mana saja yang berani melamarmu? Nuhai bukan perempuan yang mudah bergaul dengan laki-laki. Makanya dulu ia pikir siapa laki-laki yang berani langsung ingin menikahinya itu artinya si orang tersebut adalah jodohnya. Namun, bukan seperti Sayhan ini yang ia harapkan. Kan, perasaannya jadi dilema begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Lupa Ingatan
Romance"Ujian dalam kehidupan pernikahan itu akan selalu ada. Pertanyaannya mampukah kita bertahan?" ••• Nuhai Fihandinia tidak menyangka bahwa ada seorang lelaki bernama Ryuto Sayhan datang dan melamar dirinya. Ingin rasanya menolak, tapi teringat oleh ja...