"Kenapa lo bisa ada di sini?!" Suara Sayhan begitu besar hingga menggelegar seisi ruangan. Saidan dan Saidar takut mendengarnya langsung bersembunyi di balik kaki sang ibunda.
Sayhan melangkah cepat menuju tempat Kiro berdiri. Penuh amarah, ia tarik kerah baju Kiro dan menatapnya penuh permusuhan. "Berani banget lo menginjakkan kaki di rumah gua."
"Sayhan! Kamu apa-apaan, sih?" Gita terheran-heran melihat anak semata wayangnya.
Kiro tidak takut membalas tatapan Sayhan. Sikap Kiro terlampau tenang dan santai. "Ada apa Tuan Sayhan yang terhormat? Saya tamu di sini dan saya datang secara baik-baik, apakah ini sikap anda meladeni seorang tamu?"
"Brengsek."
"Sayhan."
Baru Sayhan mau melayangkan kepalan tinjunya ke wajah Kiro saking emosinya. Namun, terhenti karena ada sebuah suara bernada tegas yang memanggil namanya dan sang pemilik suara adalah Zafyan yang berdiri di ambang pintu sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana.
Zafyan berjalan selangkah demi selangkah mendekati anak satu-satunya. Tatapannya tidak lepas terus tertuju pada Sayhan.
"Lepaskan." Satu kata bernada perintah keluar lagi dari mulut Zafyan ketika dirinya sudah berdiri di dekat Sayhan dan juga Kiro.
"Ayah, orang ini sudah lancang masuk ke rumah ini," protes Sayhan. Ia tidak akan rela melepaskan Kiro begitu saja. Kiro juga sudah berani menampakkan dirinya sekali lagi di hadapan Nuhai--istrinya.
"Lepaskan." Zafyan menekan ucapannya dan matanya melotot tajam menyuruh anaknya untuk menuruti apa perintahnya.
Sayhan geram harus menekan rasa emosinya. Secara kasar, ia melepaskan cengkeramannya sekaligus sengaja mendorong tubuh Kiro hingga pria itu harus mundur beberapa langkah untuk menyeimbangi badannya agar tidak jatuh.
"Kamu siapa?" tanya Zafyan.
Kiro menegakkan posisi berdirinya saat berhadapan dengan Zafyan. Kiro tahu siapa sosok Zafyan di hadapannya. "Nama saya Kiro--"
"Dia ini temannya Nuhai." Gita langsung menyela sehingga Zafyan berubah jadi menatap istrinya. "Kami gak sengaja tadi ketemu di mall. Kiro barusan bantu aku buat cari Saidar yang hilang di mall. Untung ada dia, kalau enggak aku bisa pingsan karena terlalu panik," terangnya menceritakan kejadian dramatis yang terjadi saat Gita membawa cucu kembarnya jalan-jalan.
"Ya Allah ... Saidar." Nuhai yang dari tadi diam saja, akhirnya buka suara ketika mendengar cerita ibu mertuanya tentang kelakuan anaknya. "Kamu itu ya, kenapa menyusahkan Nenekmu begitu, hah?" Nuhai menundukkan kepala menatap sang anak.
Saidar terdiam merasa bersalah. "Maaf," ucap bibir mungilnya bicara.
Gita tertawa ringan melirik cucu dan menantunya. "Sudahlah, tidak apa-apa Nuhai. Namanya juga anak kecil."
"Maaf ya, Mah." Nuhai juga merasa bersalah, harusnya ia ikut saja tadi ke mall jalan-jalan.
Zafyan sontak melirik putra satu-satunya. "Sudah jelas, bukan? Pria ini bahkan membantu mencari anakmu yang hampir saja hilang."
Mata Sayhan melotot tak terima. "Ayah, katakanlah dia membantu Bunda saat di mall. Lalu untuk apa dirinya datang ke sini?"
"Bunda yang mengajaknya," jawab Gita pelan.
"Sudahlah, sudah."
Zafyan melihat Sayhan sepertinya mau melontarkan argumentasinya lagi. Cepat-cepat ia hentikan hal tersebut dan kembali menghadap pemuda yang bernama Kiro itu. "Maaf atas apa yang kamu terima dan saksian saat ini. Terima kasih sudah membantu istri dan cucuku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Lupa Ingatan
Storie d'amore"Ujian dalam kehidupan pernikahan itu akan selalu ada. Pertanyaannya mampukah kita bertahan?" ••• Nuhai Fihandinia tidak menyangka bahwa ada seorang lelaki bernama Ryuto Sayhan datang dan melamar dirinya. Ingin rasanya menolak, tapi teringat oleh ja...