BAB 12

64 5 4
                                        

Setelah sudah cukup jauh dari keberadaan istri dan anak-anaknya, Sayhan melepas cengkeraman pada baju sahabatnya.

"Apaan si lu, Han," gerutu Adi karena malu dilihat oleh banyak orang.

Sayhan sama sekali tidak merasa bersalah memasang wajah datar. "Ada hal yang mau gua sampaikan sama lu."

Pria tampan berkulit putih itu sibuk merapikan kembali kerah kemejanya yang kusut. "Soal apa?"

"Nuhai."

Mendengar nama wanita tersebut membuat Adi jadi tersadar akan sesuatu. "Lu udah baikkan sama dia? Gimana caranya?"

Sayhan tidak membalas tatapan sahabatnya, bola mata hitamnya memandang ke arah lain. "Dia Amnesia."

"APA?!" jerit Adi mengundang perhatian orang-orang di sekitar mereka berdua, dirinya tidak dapat mengendalinkan rasa kagetnya. "A-amnesia?! Kok bisa? Gimana ceritanya? Bukankah kata Kisa, dia udah sembuh total waktu itu?" Rentetan pertanyaan keluar spontan dari mulutnya.

Pria yang dihujami banyak pertanyaan dari sahabatnya mengembuskan napas. "Gua juga gak tahu. Mendadak aja dia lupa ingatan ...." Sayhan menatap Adi. "Makanya gua minta sama lu jangan bahas apapun mengenai masa lalu."

Kedua alis tebal Adi mengernyit. "Maksud lu mau nyembunyiin semuanya dari istri lu? Emangnya dia amnesia total? Gak bakal ingat lagi soal perkara yang dulu-dulu?"

Sayhan memasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket tebal yang membungkus tubuhnya melindungi dari hawa dingin daerah Puncak. "Dia akan mengingat semuanya suatu saat nanti," ujarnya.

Pria beristrikan yang sedang hamil saat ini menatap sahabatnya dengan empati. Masalah yang menimpa kedua pasangan tersebut di masa lampau memang sangat buruk dan kalau bisa memilih mending amnesia selamanya dari pada mengingat kejadian naas itu kembali.

"Tapi, Han. Saran gua mending lu jujur aja sama istri lu sekarang. Dari pada nungguin dia ingat semuanya, mumpung amnesia, bisa aja dia mau memaafkan lu."

"Enggak sekarang." Sayhan berucap tegas, "Lu gak tahu aja, Nuhai bahkan sekarang berjaga jarak sama gua, apa yang akan terjadi nanti kalau gua ceritain semuanya sekarang? Gua punya rencana sendiri, jadi gua bakalan cerita kalau waktunya sudah tiba nanti."

Adi memilih diam, dirinya juga tidak bisa mengajurkan apa-apa lagi kalau lelaki di hadapannya sudah membuat keputusan sendiri, bagaimana pun ini mengenai masalah rumah tangga Sayhan, jadi ia sebagai sahabat hanya bisa memberi support saja. "Oh iya!" Tiba-tiba Adi kembali mengingat sesuatu. "Gimana dengan si Kiro? Kabar terakhir kali yang gua dengar katanya dia lagi ada disini juga."

"Di puncak?!"

"Iya!"

"Ngapain dia di sini?!"

Adi berpikir sejenak. "Kalau gak salah sih, dia bakal buka restoran cabang baru mungkin sekalian ... nyari istri lu."

"Bangsat!" Kekesalan Sayhan langsung naik kepermukaan. Sejak kejadian itu ia bersumpah tidak akan lagi membiarkan orang lain mencoba menghancurkan kehidupan rumah tangganya bersama Nuhai.

"Gimana, Han? Apa yang bakal lu lakuin?" tanya Adi sedikit takut melihat kobaran api kemarahan bergelora di mata sahabatnya.

Sayhan memandang sekitarnya. Dirinya termenung memikirkan sesuatu dan tidak ada satu pun orang yang bisa menebaknya isi pikirannya. "Bakal gua lenyapkan dia dari muka bumi ini. Membunuh orang bukan kali pertama buat gua."

●●●

Nuhai, wanita itu masih dengan perasaan kaget tidak menyangka dengan apa yang barusan ia dengar dari mulut istri sahabat suaminya.

Mendadak Lupa IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang