Alman memincing ketika melihat dari kejauhan Satya bersama motornya hampir tiba di supermarket dengan wajah murung bercampur gelisah. Ada apa ini? Apakah Satya dan kekasih SMA-nya bertengkar?
"Ngapa dah? Kusut amat tu muka?"
Baru saja Satya membuka pintu supermarket sudah harus mendengar pertanyaan Alman, ia hanya bisa mendengus kesal lantas berlalu pergi dari kasir ke kamar mandi untuk melepas jaketnya. Sebenarnya tidak masalah Satya mau melepas di kasir namun masalahnya ada banyak pembeli, ia terlalu malu. Selesai, ia pun kembali masih dengan wajah murungnya.
"Napa sih lo?" tanya Alman.
"Entar aja, masih banyak pembeli," jawabnya sambil fokus memasukkan barang-barang pembeli ke kantong plastik.
☀️☀️☀️
"Terus hubungan lo sama Satya gimana sekarang?" Saat ini Neha dan Dito berada di taman belakang rumah Neha, bercakap random sambil menikmati teh buatan bibi rumah ini.
"Nggak tau," acuhnya lalu kembali mengangkat cangkir porselen itu, meminum tehnya hingga tandas. Dito menggumam, dalam hatinya ia tersenyum puas. Sebentar lagi hubungan mereka akan berakhir dan Dito bisa dengan mudah mendapatkan Neha lalu membuang Nisa.
"Btw, Nisa gimana? Kalau tau pasti dia bakalan marah banget sama gue,"
Ukhh... Ukhh...
Dito tersedak, pertanyaan Neha secara tiba-tiba itu tidak pernah ia duga sebelumnya. Memang waktu menjemput Neha, selain menceritakan rencananya Dito juga menceritakan soal dirinya yang merupakan kekasih dari sahabat Neha. Mungkin karena saat itu pikiran Neha sedang kalut ia tidak memedulikan soal sahabatnya dan setuju-setuju saja akan rencana Dito.
Dito berdeham untuk menetralkan."Ya... kagak gimana-gimana, lagian gue juga udah cerita kok ke dia soal ini. Jadi sans lah," terangnya.
Neha menoleh cepat ke arah Dito, menatap dengan alis yang mengeryit sebelah. Seakan tidak percaya akan ucapan pria satu ini.
"Yang bener udah cerita, pantes sih Nisa biasa-biasa aja. Tapi kok---"
"Udah. Lo nggak usah pikirin soal si Nisa, biar dia jadi urusan gue. Mending lo jalanin aja rencana ini secara epik supaya Satya yakin dan ngerasa bersalah ke elo, buktiin ke dia kalau bukan cuma dia aja yang bisa berbuat kesalahan kek gini tapi lo juga bisa," Dito menyela dan hanya mendapat respon anggukan samar dari Neha.
Lain dengan Nina saat ini yang tengah membantu salah satu pembeli di toko kelontong mengangkat beberapa kardus berisi mie instan. Sebenarnya Nina tidak diperbolehkan oleh sang pemilik untuk membantu mengangkat barang, takut-takut terjadi sesuatu dengan kandungannya. Sudah cukup ia sempat mengalami pendarahan saat terpeleset beberapa bulan lalu, jangan sampai ini terulang kembali, hanya saja ia kasihan karena pembelinya adalah kakek-kakek.
"NINA!!!! Siapa yang suruh kamu angkat-angkat kek begitu?!!" Sang pemilik toko berseru dari kejauhan ketika memergoki Nina membawa satu kardus mie instan lagi. Nina hanya meringis sementara si kakek pembeli tertawa kecil, ditepuknya pundak Nina sebelum pergi dari area toko. Tidak lama kemudian ibu-ibu pemilik toko datang, mengambil ancang-ancang untuk memukul bahu gadis hamil itu.
Buk!
"Sapa yang suruh kamu angkat-angkat! Sudah saya bilang duduk aja jaga kasir biar Pak Setyo yang angkatin barang! Kemana Pak Setyo?! Kok ngilang?!" sungut Bu Retno, pemilik toko kelontong.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria✓
Fanfictionawalnya kehidupan Satya biasa-biasa saja, berjalan semestinya orang-orang umum. Tapi... semua berubah menjadi tak biasa ketika harus merelakan diri merawat wanita hamil dan dalang dibalik ini semua adalah seseorang yang ia percaya. Publish: 6 Maret...