Pagi-pagi sekali Nina telah rapi, dia memang berencana pergi hari ini. Menemui Neha ke rumahnya untuk membagi cerita mengenai aksi nekatnya semalam. Semenjak mengobrol di halte bus itu, Nina sudah menganggap Neha sebagai temannya, dan sebagai teman Nina rasa Neha berhak tau. Menuruni tangga pelan-pelan, tidak dia sengaja dirinya berpapasan dengan Dito yang nampak hendak pergi ke kamarnya, pria itu seperti selesai berolahraga.
"Mau kemana, pagi gini?" tanya Dito namun tatapannya seolah siap menerkam.
Dan Nina dengan bodohnya memberitahu akan kemana dirinya saat ini. "Mau ke rumah Neha, mau curhat sama dia," jawab Nina apa adanya. Dito hanya mengangguk singkat dan berlalu begitu saja, Nina yang memang tidak curiga sama sekali hanya mengedikkan bahu acuh melanjutkan langkah sampai ke pintu utama. Saat suara pintu tertutup terdengar sampai ke kamar Dito, Dito tertawa keras dan menyambar kunci motor dan bergegas pergi tentu untuk menyusul Nina. Dan Dito pastikan jika Nina tidak akan bisa tiba di rumah Neha karena kondisi dia nanti tidak akan baik-baik saja
☀️☀️☀️
"Jadi dari semalam, Nina pergi Tante?" Hari ini atas perintah Teo, Satya di larang untuk masuk kerja bersama Alman karena di minta untuk mengajak Nina pulang kembali ke apartemen. Bahunya merosot ketika Bu Retno mengangguk tanda mengiyakan.
"Kemarin sih, nggak bilang mau pergi kemana ya, cuma pamit aja dan kasih tau dia nggak bakal balik ke sini lagi," ujar Bu Retno. Alman yang sejak tadi diam, menjadi pendengar mengeryitkan dahi. Mungkin ini hanya perasaan semata, entah mengapa Alman menduga jika Nina sudah kembali ke keluarganya.
"Ya udah, Tante Retno Satya sama temen Satya pamit. Nanti kalau semisal Nina kembali ke sini, kabarin saya ya Tante."
"Iya, sudah. Kamu tenang saja,"ucap Bu Retno sembari tersenyum. Setelahnya Alman dan Satya kembali ke mobil mereka, pergi dari halaman toko milik Bu Retno.
Sekarang mereka tidak memiliki tujuan pasti selain pergi ke perusahaan milik Teo untuk memberitahu jika Nina sudah tidak ada di kontrakan milik Bu Retno lagi.
"Kenapa kita nggak coba ke rumah keluarga Ratansyah aja Sat," usul Alman tiba-tiba. Satya yang masih fokus menyetir melirik sekilas, merasa enggan menanggapi.
"Mungkin aja Nina ada di sana Sat, ya nggak sih?"
Merasa jengah, Satya menjawab kemudian," Lo tu bisa nggak sih gak usah bahas keluarga Ratansyah, dan lagi nggak mungkin lah kalau Nina balik ke sana. Secara dia aja kabur dari rumah itu!"
Alman bungkam, tidak mengatakan apa-apa lagi dan memilih berpikir sambil menatap jalanan melalui kaca mobil. Hingga netranya tidak sengaja menangkap seorang gadis hamil yang tengah turun dari taksi lalu menyebrang jalan namun kejadian tidak terduga yang ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri membuatnya memekik keras, saking kerasnya itu mengganggu konsentrasi Satya dalam menyetir dan secara mendadak menginjak rem mobil begitu saja.
"Alman!!! napa dah lo?!" tanya Satya geram setengah mati.
Alman seolah tuli, dia masih memandangi gadis yang tergeletak tidak sadarkan diri itu dengan darah yang berceceran. Lalu entah ada angin apa, Alman melepas sabuk pengamannya dan berlari begitu saja menuju gadis hamil, korban kecelakaan itu. Satya yang terkejut ingin menyusul juga, namun ia sadar dimana posisi mobilnya saat ini. Dengan segera Satya memarkirkan mobilnya di pinggir jalan lalu melepas sabuk pengamannya, keluar dan berlari ke seberang jalan. Menyusul Alman. Alangkah terkejutnya ia ketika Alman ternyata menolong gadis hamil yang sangat ia kenali, gadis yang sejak tadi ia cari-cari, gadis yang ia suruh pergi dari Apartemen kemarin malam, gadis yang ingin ia ucapan permintaan maaf.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria✓
Fanfictionawalnya kehidupan Satya biasa-biasa saja, berjalan semestinya orang-orang umum. Tapi... semua berubah menjadi tak biasa ketika harus merelakan diri merawat wanita hamil dan dalang dibalik ini semua adalah seseorang yang ia percaya. Publish: 6 Maret...