.Jujur.

3 2 0
                                    

Song rekomendasi: fine- Taeyeon SNSD

Setelah Teo pulang, Nina keluar dari kamar milik Satya dan pergi secara diam-diam untuk menemui Neha pastinya. Karena ada sesuatu yang ingin Nina bicarakan kepada gadis itu. Memang Nina tidak tau apakah gadis itu ada di rumah atau tidak tapi Nina tetap akan mendatanginya, mencoba melalui alamat pemberian Teo tadi. Lama berjalan akhirnya Nina dapat mengistirahatkan diri di sebuah halte bus, perutnya yang telah membesar membuat dia sering sekali kelelahan. Tadi juga Teo tidak setuju jika Nina pergi sendiri, lebih baik jika Nina menunggu supir suruhan Teo datang menjemput namun, Nina menolak. Dia terlalu jahat untuk mendapat perlakuan baik.

Sambil menunggu, Nina bersenandung pelan dan membentur-benturkan kecil sepatunya di atas aspal, netranya juga tidak diam, netranya bergulir ke sana kemari. Melihat kendaraan yang berlalu-lalang, tidak sengaja ia melihat seorang gadis lebih muda dibanding dirinya tengah duduk di pinggir jalan, ia menangis. Mata Nina menyipit untuk memastikan siapa gadis itu.

"Neha!" serunya langsung berdiri, tanpa berpikir panjang Nina bergegas meninggalkan halte bus dan menyebrang jalan untuk menghampiri Neha. Ketika sudah dekat dari tempat Neha berada langkah Nina memelan, dia takut akan respon gadis itu jika didatangi. Tapi dia sudah bertekad, seperti apa nasihat Teo, kalau salah harus meminta maaf maka dia harus meminta maaf. Tentang diterima atau tidak urusan nanti.

"N-neha" panggilan pelan membuat Neha terperanjat lalu mendongak, tangisannya terhenti begitu saja, mimik wajahnya mendatar ketika tau siapa yang tengah berdiri di dekatnya kini.

"E-elo?!" Nina mengangguk, dengan cepat Neha bangkit. Tangannya sudah terangkat untuk menampar tapi urung ia lakukan saat pandangannya menurun di perut Nina yang sudah membesar.

"Kamu mau tampar aku? Tampar aja, karena aku memang berhak untuk mendapatkan itu, tapi setelahnya tolong dengerin penjelasanku ya. Aku mau jujur sama kamu," ucap Nina.

Neha hanya memandang datar Nina sambil melipat tangan di depan dada, sekali lagi ia melirik perut buncit itu. Mendadak perasaan Neha menjadi sesak kembali, apakah itu anak Satya?

"Ini bukan anak Kak Satya kalau itu yang kamu takut kan," tukas Nina seolah tau apa yang sedang dipikirkan gadis itu.

"M-mau jujur apa sih lo?!" tanya Neha sambil membuang muka. Nina hanya tersenyum tipis, lalu menunjuk halte bus tepat di dekat mereka saat ini.

"Duduk sana yuk, aku mau cerita yang sebenarnya." Entah mengapa, namun hati Neha tergerak untuk menuruti perkataan gadis hamil yang saat ini sudah terlebih dulu jalan dan duduk di kursi panjang yang sudah di sediakan. Tidak lama Neha pun menyusul, ikut duduk di samping Nina walau memberi jarak.

☀️☀️☀️

Teo yang tengah duduk di kursi kebesaran ruang kerjanya nampak gusar setelah beberapa waktu lalu pulang dari apartemen Satya, ada yang mengganggu pikirannya saat ini terlebih saat pertemuan pertama dengan Nina tadi. Wajah gadis itu begitu mirip dengan dirinya sampai-sampai ia berhalusinasi mungkin jika Tresia tidak mengalami kecelakaan dan meninggal dengan turut serta membawa calon anak mereka. Kurang lebih anaknya nanti akan memiliki wajah mirip dirinya, meski saat itu ia belum tau apa jenis kelamin anaknya karena permintaan Tresia yang ingin tau waktu lahir saja. Lagipula setelah mendengar cerita gadis itu, seakan ada yang janggal.

"Aku harus minta bantuan," gumam Teo lalu langsung menghubungi seseorang yang memang selalu membantu dalam menyelidik apapun berkaitan dengan karyawan perusahaan.

"Hello, Mr Teo."

"Hello, sorry for taking up your time," ucap Teo terdengar sungkan.

Ksatria✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang