.Perintah.

5 2 0
                                    

Brakk!!!

Dugkhh!!!

Dito memukul bahkan menendang pintu kamar miliknya ketika ia mendapat kabar dari orang suruhannya jika Nina telah berani mengungkap semuanya tanpa terkecuali kepada Neha. Berakhir sudah rencana dia selama ini, berantakan sudah. Dan itu semua gara-gara Nina yang sudah lancang! Sepertinya gadis itu sudah lupa apa konsekuensinya.

"Arghh!! Berani banget tu bocah, dasar gadis sialan!" raung Dito.

Sepertinya memang ia harus menemui Nina sekarang untuk mengingatkan sebelum gadis itu berani mengungkapkannya pada Satya.

To: bitch

|Temuin gue di taman dekat apartemen Satya!

Lalu dengan cepat Dito menyambar kunci mobilnya, membuka pintu kamar kasar dan dengan cepat menuruni tangga untuk segera pergi ke kawasan apartemen milik Satya.

Satya terkejut ketika ia melihat siapa gadis yang ada di samping Nina saat ini. Dia Neha, kekasihnya yang waktu itu minta memutuskan hubungan dengannya. Layaknya sebuah mimpi, sekarang gadis itu ada di hadapannya, berdiri di depan pintu apartemen dengan mata yang sudah berlinang air mata.

"Maaf..." Neha langsung menerjang tubuh Satya, masuk ke dalam pelukan sang kekasih yang nampak diam. Bingung harus apa, berbeda dengan Nina yang meringis melihat pemandangan seperti ini.

"N-neha ... k-kamu datang?" Satya juga membalas pelukan itu tidak kalah erat, dia merasa senang karena Neha mau berkunjung menemui dirinya. Apakah ini berkat Nina? Jika ia, nanti Satya akan mengucap terima kasih.

Tidak ingin melihat pemandangan ini lebih lama, Nina memilih masuk walau harus memiringkan tubuhnya karena posisi Satya dan Neha yang berdiri tepat di depan pintu. Lalu berjalan cepat menuju kamar, dia ingin merebahkan diri saja.

"Maafin aku..." cicit Neha pelan dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Satya. Satya terkekeh mendengarnya, lalu mengusap sayang surai kekasihnya tanpa mau menanggapi.
Karena tidak ada jawaban dari Satya, Neha diam-diam mencubit pinggang Satya sampai membuat sang empu memekik kesakitan.

"Akhh! Sakit!"

Neha mendongak, menatap Satya yang tetap saja tampan sekalipun di lihat dari jarak dekat. Lalu mengerucutkan bibir, sebenarnya Satya tidak tahan untuk tidak mengecup bibir itu. Namun sepertinya jangan jika tidak mau kena amuk Neha.

"Abisan Kakak nggak jawab sih," gerutu si gadis.

Satya tersenyum, "tapi ya nggak di cubit juga sayang. Sakit lho."

Neha menggeleng lalu kembali menyembunyikan wajahnya di dada bidang Satya, dia rindu kekasihnya jadi wajar jika bersikap begini.

"Udahan dong pelukannya Neh, kamu nggak capek berdiri terus," bujuk Satya pada akhirnya.

Tanpa protes, Neha melepas pelukan dan mendahului Satya untuk duduk di sofa. Jujur dia lelah karena berjalan bersama Nina tadi, bisa saja ia memesan taksi namun Nina tidak ingin dengan alasan supaya sehat harus banyak jalan kaki. Satya hanya menggeleng sambil tersenyum lalu mengambil tempat di samping Neha.

"Kamu mau minum apa?"

"Emm..." Neha menggumam, telihat berpikir sejenak lalu menatap Satya dengan mata berbinar.

Ksatria✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang