.Maaf.

3 1 0
                                    

"Seandainya Mama bisa menyampaikan, tolong sampaikan maafku karena tidak bisa menjaganya dengan baik."

Nina di buat bingung sejak keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu karena tiba-tiba dirinya di bawa oleh Satya dan Neha ke rumah besar keluarga Elearnod. Rumah milik Teo bahkan dia di siapkan sebuah kamar mewah nuansa pastel juga lengkap dengan pakaian-pakaian baru. Di manjakan dengan segala kemewahan serta ia merasakan kasih sayang yang berlebih dari Teo juga Satya. Padahal dia bukan siapa-siapa di sini. Hanya seorang gadis yang dulu memiliki niat buruk dalam hubungan putranya, tapi mengapa..."

"Kamu mikirin apa?"

Di tengah sibuk melamunnya, Nina merasakan ada tangan seseorang tengah menepuk pahanya. Dia adalah Satya yang lagi-lagi tidak masuk kerja karena ia menjaga dirinya.

"Emm, enggak kok Kak," jawabnya lalu. Satya menggerakkan jari telunjuk di depannya tanda tidak setuju, dia tau jika Nina berbohong, dia tau ada yang sedang di pikirkan gadis itu sampai-sampai kedatangan dirinya saja tidak disadari.

"Mau tanya sesuatu? Tanya aja."

Nina menggigit bibir bawahnya, merasa ragu namun dia benar-benar penasaran akan hal ini.

"Emm, kenapa aku di bawa ke sini ya Kak? Nggak dipulangkan ke kontrakan atau ke rumah Mama Vena," Nina bertanya sambil menelengkan kepala, menatap Satya yang kini hanya menampakkan senyum tipis. Lalu tangan Satya terulur untuk mengusap rambut panjang Nina penuh kasih lalu menyebutkan namanya hingga membuat Nina sendiri mengerjabkan mata karena Satya menyebutkan namanya dengan dilengkapi belakang keluarga.

"Nina Elearnod."

Menggaruk tengkuknya, Nina kembali bertanya mengenai nama belakangnya yang di ganti. "N-namaku, kenapa jadi itu Kak? Aku kan Nina Ratan---"

"Kamu adalah adikku, adik kandungku. Putri dari Tresia dan Teo, milik keluarga Elearnod, bukan milik keluarga Ratansyah."

Jangan kalian tanya lagi seperti apa ekspresi Nina saat ini, ia nampak bingung, tidak percaya, dan terkejut saat Satya mengungkapkan dengan nada tegas. Satya yang melihat raut tidak yakin dari Nina pun menghela napas pelan akhirnya.

"Kamu tunggu Papa aja, Papa yang akan jelasin semuanya."

Nina hanya mengangguk patuh, lalu diantar oleh Satya untuk menaiki tangga, kembali ke kamar dan beristirahat. Nina memang sudah di izinkan pulang namun Teo juga Satya tau jika kondisi mental gadis itu masih terguncang akibat kehilangan.

☀️☀️☀️

Malam pun tiba dan Teo sudah kembali dari kantornya, Satya yang ternyata memang menunggunya di ruang tamu bergegas menghampiri.

"Papa," sapa Satya pelan namun raut wajahnya nampak serius.

"Assalamualaikum, ganteng."

"Wa'alaikumssalam Papa. Ada yang mau aku omongin sama Papa."

Teo mengangguk, sambil menggulung kemejanya dan menyampirkan jasnya di sofa. Teo bertanya,"ngomong apa? Serius banget.

Satya mengangguk lalu menjawab,"Soal Nina Pa, dia bingung kenapa kita bawa ke sini terus aku udah jelasin tadi tapi dia malah ragu Pa."

Ksatria✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang