Hari ini Satya sudah janji kepada Neha untuk menjemput gadis itu dari sekolahnya jadi ketika bel pulang berbunyi ia bergegas mengemasi buku-buku berserta kotak peralatan tulisnya dan memasukkan ke dalam tas. Hal itu tidak luput dari rasa curiga Nisa, teman satu bangku Neha.
"Tumben Neh, kamu kok seneng gitu denger bunyi bel pulang? Biasanya kek orang lesu karena kan kamu betahan di sekolah," tanya Nisa lebih ke mencibir.
Neha menoleh, menyunggingkan senyumnya pada Nisa. "Aku udah ada yang jemput jadi harus buru-buru, Nis," jawab Neha. Nisa hanya mangut-mangut mengerti, lantas tersenyum mengejek, pikirnya selera Neha ini terlalu rendah. Berpacaran dengan seorang pria jauh dari usianya dan dia hanya pegawai supermarket. Seharusnya Neha bisa mencari yang lebih, seperti dirinya ini yang berpacaran dengan anak pemilik perusahaan terbesar di Jakarta.
Ratansyah company, semua orang tau itu. Tidak ada yang tidak tau, perusahan yang berkecimpuk di berbagai bidang bisnis di pusat kota Jakarta. Di bangun dari kecil, hingga menjadi maju dan memiliki anak cabang di mana-mana. Walau sekarang masih di pegang oleh ibu dari kekasihnya, yaitu Vena Ratansyah. Tidak kecil kemungkinan akan di turunkan ke anak semata wayangnya, Dito Ratansyah. Mendadak Nisa senyum-senyum sendiri karena membayangkan bagaimana ia akan menjadi istri seorang direktur. Akibat dari melamunkan sesuatu yang belum terjadi, ia sampai tidak sadar jika Neha telah pergi dari ruang kelas IPS 2 dan meninggalkan dirinya sendirian.
☀️☀️☀️
Nina baru saja pulang dari mencari kerja, hasilnya nihil. Tidak ada yang mau menerima dirinya, alasannya selain hanya lulusan SMA ia juga sedang hamil. Sangatlah mustahil untuk bisa bekerja yang berat-berat, karena tidak ingin bermalas-malasan ia berinisiatif untuk menyapu apartemen Satya lalu mengepel lantainya. Hitung-hitung balas budi untuk kebaikan Satya karena sudah menampung sekaligus masuk ke dalam perangkap rencananya.
"Ngapai lo?"
Nina terperanjat, memutar tubuhnya ke belakang, sudah ada Satya di sana sambil melipat tangan di depan dada.
"Nyapu Kak," katanya.
Satya menggeleng, "nggak usah aneh-aneh deh! Mending duduk aja yang manis terus nyemil apa gitu. Entar abis jemput pacar gue, mampir deh ke supermarket buat beliin lo camilan sama susu khusus ibu hamil."
Nina membuka mulut, membentuk huruf O, lantas mengucap, "Kakak mau jemput pacar Kakak?"
"Iya, ini udah waktunya pulang sekolah dia. Gue tinggal dulu ya, inget nggak usah aneh-aneh!"
Nina hanya tersenyum tipis menanggapi nasihat dari Satya tadi. Seandainya saja ayah dari calon anaknya seperti Satya, mungkin Nina beruntung. Tapi senyum itu memudar ketika ia tau, bahwa tidaklah mungkin ayah calon anaknya akan begitu. Mereka berbeda, dari segi watak juga pasti didikan.
Tak ada yang lebih menyenangkan ketika sedang meminum kopi temannya ada rokok, Dito saat ini tengah bersantai di balkon kamarnya, memandang hiruk pikuk kota Jakarta dari atas sini sambil memandang foto yang telah ia dapatkan dari orang suruhannya semalam. Tawa menggelegar tiba-tiba terdengar saat ia membayangkan mimik wajah Neha, pasti akan seru.
Tidak lama ponselnya yang tergeletak di meja bundar berbunyi, menandakan ada notifikasi pesan. Tangannya yang bebas tidak memegang apapun terulur untuk mengambil benda pipih dan pintar itu, membuka kunci lalu menyunggingkan senyuman.
From: Teman bodoh
|Bro, tolongin gue. Jemput Neha ke sekolahnya, bilangin gue minta maaf kagak bisa jemput dia

KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria✓
Fanfictionawalnya kehidupan Satya biasa-biasa saja, berjalan semestinya orang-orang umum. Tapi... semua berubah menjadi tak biasa ketika harus merelakan diri merawat wanita hamil dan dalang dibalik ini semua adalah seseorang yang ia percaya. Publish: 6 Maret...