"jangan pernah kecewakan orang lain jika tidak mau menyesal di kemudian hari." - Nina Ratansyah
Keesokan harinya, Satya lebih memilih pergi ke rumah Alman pagi-pagi sekali untuk menghindari Nina yang intip dari celah pintu kamar tadi masih tertidur pulas. Ketika tiba di rumah Alman, sang pemilik yang ternyata masih dengan muka bantal terkejut, tidak biasanya Satya menggunakan waktu liburnya dengan berpergian seperti ini, biasanya ia aku gunakan dengan tidur seharian jika Neha tidak merengek untuk mengajaknya berkencan.
"Tumben lo, ngimpi apa dah?" tanya Alman sambil sibuk mengaduk kopi, lalu berjalan menghampiri Satya yang menatap jendela rumah Alman.
"Harusnya waktu itu gue ikutan saran lo, Man," ujar Satya tiba-tiba tanpa memedulikan pertanyaan Alman.
"Hah? Saran? Yang mana?" Alman kebingungan. Satya menjambak rambutnya, seperti orang frustasi. Lantas menoleh ke arah sahabatnya berada.
"Suruh gadis itu cepet-cepet pergi dari apartemen gue, coba aja waktu dia gajian bulan lalu udah gue suruh pergi," Alman mengerjabkan mata, bisa ia lihat sahabatnya ini.
"Ngapa dah?"
Satya menggeleng, lalu mendudukkan diri di sofa tunggal. "Dia adeknya Dito, anak dari keluarga Ratansyah," jelasnya datar.
Mulut Alman menganga lebar, seolah tidak percaya. "Gimana? Gimana? Bukannya di berita-berita gitu keluarga Ratansyah selalu dibilang cuma punya anak satu ya, Dito sahabat lo itu. Lah kok punya adek sekarang tau-taunya." Memang semua orang banyak yang mengenal keluarga Ratansyah hanya memiliki satu anak, alasannya karena mereka tidak pernah mengungkap jati diri putri mereka, mengingat putri mereka bukanlah putri kandung.
"Memang banyak yang nggak tau termasuk gue pribadi. Jujur ini terlalu baru untuk gue, adeknya Dito ini ternyata memang sengaja. Dia di suruh untuk menjadi duri di dalam hubungan gue dan Neha," ungkap Satya.
Alman memiringkan kepalanya, nampak berpikir. "Tapi pasti ada alasan di balik dia ngelakuin si Sat, mungkin karena Dito itu kakaknya jadi ya gitu, dia sebagai adek nurut," sergah Alman.
Satya tersenyum tipis dan mengangguk pelan. "Emang iya, tapi bukan berarti harus nurut juga kalau kagak bener ma. Lagian gue udah baik selama ini tapi ternyata dia bikin gue kecewa, rasanya gue pengin banget usir dia sekarang. Gimana menurut lo?"
"Ya juga sih." Alman menyandarkan tubuh di sandaran sofa, menyatukan kedua tangan. Dia sebenarnya kurang setuju jika Satya akan mengusir Nina mengingat gadis itu tengah mengandung, resikonya akan sangatlah tinggi. Tapi di lain sisi Alman mengerti seperti apa rasanya, seperti kita sudah berbuat kebaikan namun balasannya tidak sesuai ekspektasi kita.
"Gue sebenernya juga rada kontra kalau semisal lo usir dia, tapi gue juga ngerti perasaan lo, terserah lo aja bro. Jangan sampai keputusan yang Lo ambil ini bakal buat menyesal nanti,"
"Thank bro," balas Satya singkat.
"Terus gimana persahabatan lo ama tu anak?" Alman penasaran juga mengenai persahabatan mereka yang katanya sudah terjalin sejak lama. Sangat di sayangkan jika berakhir begitu saja gara-gara satu perempuan.
Mata Satya menyipit, pikiran mengarah kepada Dito sesaat Alman bertanya tadi. Benar, bagaimana nasib persahabatan mereka nantinya, namun saat melihat sikap acuh Dito dan terkesan tidak bersalah yang ia tunjukan di taman tadi. Menandakan jika pria itu sudah tidak peduli lagi sepertinya Satya tidak butuh Dito sebagai sahabatnya lagi. Mengingat Teo juga memperingatkan dirinya untuk menjauh kan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria✓
Fanfictionawalnya kehidupan Satya biasa-biasa saja, berjalan semestinya orang-orang umum. Tapi... semua berubah menjadi tak biasa ketika harus merelakan diri merawat wanita hamil dan dalang dibalik ini semua adalah seseorang yang ia percaya. Publish: 6 Maret...