"Setitik kecewa diberikan agar kamu semakin kuat dan mampu bertahan"
***
Kayla Mahalini Zahra, gadis yang bersekolah di SMA Galaksi Jakarta dengan beasiswa sebagai jalannya untuk menempuh pendidikan, ia memang bukan orang berada namun ia sungguh bersyukur masih bisa bersekolah di sini yang mana artinya ia harus berjuang mati - matian belajar dengan keras untuk mempertahankan nilai agar beasiswanya tak dicabut.
Tinggal bersama ibu tirinya membuat hari - harinya semakin melelahkan, dia punya saudara tiri laki - laki bernama Alex Mahendra yang seumuran dengannya yang suka merundungnya saat disekolah dan juga dirumah, bedanya Alex berada dikelas IPS yang artinya tak satu kelas dengannya yang berada di jurusan IPA, yang setidaknya bisa mengurangi intensitas Alex untuk mengganggunya, entah apa yang Kayla lakukan hingga membuat Alex benar - benar membencinya dari segi hal apapun bahkan ia tak ingin anak - anak sekolah tahu bahwa ia dan Alex sebenarnya bersaudara, hanya karena penampilannya yang katanya kampungan karena ia selalu mengepang satu atau menguncir kuda rambutnya dan berkacamata, serta iritnya dia dalam berbicara yang membuatnya mendapatkan julukan cupu dari teman - teman sekolahnya.
Ia punya kulit putih bersih dan penampilannya sebenarnya terawat, hanya saja ia sama sekali tak pernah menyentuh yang namanya make up atau apapun itu seperti siswi lain agar terlihat lebih menarik, hingga bibirnya setiap hari terlihat putih pucat seperti mayat hidup yang berjalan.
Tentu saja dirinya berbeda dengan Alex yang bisa bersekolah dengan santai tanpa memperdulikan pelajaran dan sekolahnya yang dibiayai ibu tentunya, saudaranya itu lebih suka bolos dan bermain game saat pelajaran maupun dirumah. Ia tahu segalanya saat tak sengaja mendengar ibunya menegur Alex yang sulit untuk diatur namun pada ujungnya ia tetap memanjakan anak kesayangannya itu.
Ayahnya berkerja keras merantau ke luar kota, ia bekerja disalah satu kantor cabang sebagai cleaning service yang jarang pulang karena jarak. Dan tentunya ia juga mendapat uang untuk jajan dan membayar sekolah, namun uang untuk membayar sekolah di pegang oleh ibunya dimana uang itu harusnya digunakan untuk membayar sekolah malah untuk tambahan ibunya membeli barang - barang pribadi miliknya. Dan uang jajan masih dibiarkan ia yang memegang, sebenarnya ayahnya yang memaksa dan ia bersyukur ayahnya masihlah ayahnya dulu yang selalu menyayanginya, ia tak pernah sekalipun berkata kasar atau membentak padanya kecuali jika dia benar - benar salah.
Tak jarang ia bahkan mengerjakan tugas sekolah Alex yang sudah jelas bahwa mereka berdua berbeda jurusan, namun mau tak mau ia tak bisa membantah perintah dari mama tirinya itu, biasanya ia akan mengerjakan tugas Alex terlebih dahulu setelahnya ia akan mengerjakan tugas sekolah nya bahkan terkadang hingga larut malam dan begadang pun sudah menjadi kebiasaannya, bahkan ia pernah tak tidur semalaman karena PR yang begitu menumpuk yaitu tugas Alex dan tugasnya sendiri yang artinya ia bekerja dua kali lipat.
Tak jarang pula di sekolah kantuknya sungguh tak tertahan hingga jam istirahat akhirnya menjadi waktunya untuk tidur sejenak menghilangkan sedikit penat tubuh dan otaknya.
Dia bukanlah orang yang pandai bersosialisasi, tertutup dan pendiam adalah sifat yang paling akrab dengannya. Teman? Entahlah ia punya atau tidak, kebanyakan orang menjauhinya hanya karena dia yang irit bicara, murid - murid lain menganggapnya seperti hantu, tak terlihat dan tak di anggap walapun ia menjadi murid terpandai sekalipun. Dia saja sudah bersyukur teman sebangkunya Afifah masih mau berbicara dengannya meskipun tak akrab, dan diluar kelas mereka seperti orang asing yang tak saling kenal.
"Kay kerjain tugas gue dong!" Ucap Marsya yang tiba - tiba datang dan melemparkan sejumlah buku padanya.
"Tapi ini tugasnya banyak banget, punya aku aja belum selesai," sahut Kayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Kayla Untuk Yudha (On Going)
Teen FictionDiantara yang lainnya Yudha adalah yang paling memukau bagi Kayla, dia juga yang memberi bahagia padanya, namun dia juga yang menerbarkan kecewa dan luka. Bukan, Yudha tidak salah. Salahnya yang menaruh terlalu banyak rasa untuknya, bahkan ia berter...