"Yakin dan percayalah padaku, maka aku akan membahagiakanmu"
***
Ia tak pernah melihat gadis itu menjadi sedingin itu, ia tak pernah melihat tatapan matanya yang terlihat sangat kecewa, ia tak pernah melihat sorot matanya yang terlihat seperti sangat terluka. Meski ia pernah melihat Kayla di bully waktu itu, kali ini sorot mata itu berbeda.
Ia menghembuskan nafasnya kasar, bahkan pesannya kemarin malam hanya di baca oleh Kayla, mungkin gadis itu sama sekali tak berniat untuk membalasnya. Apakah sebesar itu kesalahannya?
Sejak pelajaran pertama ia hanya melamun dan melamun, bahkan Edo yang sudah berkali - kali bertanya karena sudah kepo tingkat dewa dengan masalah apa yang dihadapai sahabatnya itu hingga membuatnya seperti ini pun tak mendapat jawaban sama sekali, ia mengacuhkannya seperti angin lalu.
"Yud gue nih lo anggap apa sih? Sakit hatiku tuh di kacangin mulu dari tadi," ucap Edo sok dramatis.
Yudha tak menjawab, "Yud? Gue santet juga ya lo lama - lama," ucapan Edo berhasil membuat sahabatnya itu menoleh.
"Lo kenapa sih? Kaya orang gila begini? Kerjaan ngelamun terus, gara - gara apa? Cewek? Biasanya lo juga cuek, masalah pelajaran? Lo kan pinter. Atau masalah basket? Nggak mungkinlah lo kan jagonya, atau masalah uang? Lo kan anak Sultan," ucap Edo panjang lebar.
"Itu pertanyaan panjang banget kaya rel kereta," sahut Yudha.
"Dan satu lagi nama papa gue bukan sultan tapi Bagas, lo kenapa sih suka banget ganti - ganti nama orang?" Lanjutnya.
"Ya habisnya lo disuruh cerita nggak mau," ucap Edo yang kini membereskan bukunya karena bel istirahat sudah berbunyi.
"Gue nggak akan cerita sama orang yang mulut ember kaya lo,"
"Mulut ya mulut lah Yud, masa ia ada orang punya mulut terbuat dari ember? Kan serem," sahut Edo sambil bergidik.
"Lo udah sarapan belum sih?" Tanya Yudha.
"Belum," Edo dengan cengirannya.
"Gue kasih timpukan sepatu mau?"
"Eittss...kalem dong bro, dari pada gue sarapan sepatu ya mending gue sarapan di kantin!" Ucapanya lalu segera berlari melepaskan diri dari Yudha.
"Dasar!"
Tiba - tiba ponsel nya bergetar, disana tertera nama Kayla yang langsung membuat binar di matanya muncul seketika.
From Kayla :
Temui aku sepulang sekolah, di halaman belakang.
Sungguh entah kenapa hatinya merasa sangat bahagia mendapat balasan dari gadis itu, dengan cepat ia merespon dan mengetik balasan.
From Yudha :
Oke siap.
Gadis itu kini tersenyum kecil sambil membaca balasan pesan dari Yudha, dia sedang sendirian saat ini didalam kelas sambil membaca novel. Rasanya ia benar - benar enggan menuju kantin karena sudah pasti banyak kata - kata tak enak yang akan ia dengar, tentang segala cibiran orang - orang padanya. Jujur hatinya memang selalu terasa sakit mendengarnya meskipun sudah sering bahkan setiap hari mendengar. Setidaknya dengan berada di kelas tidaklah terlalu ramai jika jam istirahat seperti ini.
"Kay," panggilan Afifah berhasil membuat dirinya sadar dari lamunan dan bahkan ia juga baru sadar bahwa Afifah masih ada di sampingnya hingga saat ini.
"Eh, iya?"
Afifah menatap gadis berkacamata didepannya itu dengan datar, "Apa hubungan apa lo sama Yudha?" Ucapnya tiba - tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Kayla Untuk Yudha (On Going)
Fiksi RemajaDiantara yang lainnya Yudha adalah yang paling memukau bagi Kayla, dia juga yang memberi bahagia padanya, namun dia juga yang menerbarkan kecewa dan luka. Bukan, Yudha tidak salah. Salahnya yang menaruh terlalu banyak rasa untuknya, bahkan ia berter...