15. Jawaban

13 2 0
                                    

"Fase paling sulit dari melepaskan adalah ikhlas"

***

"Hey kay!" Vigo menyapa yang tak sengaja berpapasan dengan Kayla di koridor dengan tumpukan buku berada di tangannya.

Kayla tersenyum sambil membenarkan kacamatanya "eh Kak Vigo,"

"Mau kemana lo?"

"Ini mau ngumpulin buku tugas ke ruang Guru,"

"Banyak banget, nggak ada yang bantuin?"

Kayla hanya tersenyum sebagai jawaban, ya Vigo sudah tahu segalanya tentang Kayla.

"Sini gue bantu," ucap Vigo lalu mengambil semua buku dari tangan Kayla.

"Eh kak nggak usah, lagi pula ini kan tugas aku,"

"Udah nggak apa - apa gue bantu,"

"Ya tapi jangan diambil semua, terus aku bawa apa?"

Vigo mengambil 5 buku tulis dan di berikannya pada Kayla.

"Tuh lo bawa 5 aja, kasihan gue lihatnya berat,"

Alhasil Kayla mengambil 5 buku tulis itu, ia hendak protes, baru saja ia akan membuka mulutnya namun Vigo dengan segera membungkamnya.

"Nggak boleh protes,"

Kayla hanya bisa menurut dan melanjutkan langkahnya.

"Kay,"

Kayla menoleh "apa?"

"Nanti pas waktu pelajaran matematika di kelas lo, kosong kan?"

"Dari mana kakak tahu?"

"Apa sih yang gue nggak tahu," sahut Vigo sambil terkekeh.

Sepertinya Kayla belum tahu siapa Vigo sebenarnya, "tapi benar kan kalau pelajaran matematika nanti kosong?" Tanya Vigo.

"Iya tadi ketua kelas baru aja bilang kalau pak Edy lagi ada keperluan, jadi kita di kasih tugas aja,"

Vigo mengangguk "nanti temui gue di halaman belakang sekolah,"

"Ngapain?"

"Ada deh," ucapnga sambil tersenyum.

"Oke,"

Tak terasa mereka sudah sampai di depan ruang guru, Vigo masuk lebih dulu dan disusul Kayla "di mejanya Bu Prapti kak," bisik Kayla dengan sedikit berjinjit karena Vigo yang lebih tinggi darinya.

Vigo mengangguk "ngumpulin tugas bu," ucapnya pada bu Prapti yang memandangnya bingung.

"Loh Vigo? Ibu kan nggak ngajar kelas 12,"

"Saya bantu teman aja kok bu,"

"Kayla?"

Kayla dan Vigo sama - sama tersenyum.

"Kalian berdua pacaran?" Tanya bu Prapti tiba - tiba.

Tentu saja mereka berdua terkejut dengan asumsi itu "enggak kok bu kita cuma teman," sahut Kayla.

"Do'a aja ya bu, semoga terkabul hehehe..," sahut Vigo dengan mengedipkan matanya sebelah.

"Aminn," bu Prapti mengamini dan terkekeh setelahnya, Sementara Kayla bingung dengan apa yang terjadi.

"Yuk Kay,"

"Eh iya, permisi bu,"

Bu Prapti mengangguk sambil tersenyum ramah, bu Prapti memanglah guru yang baik dan ramah namun bila sudah marah atau kesal maka ia akan berubah menjadi sosok yang menyeramkan.

"Kay jangan lupa ya nanti di halaman belakang sekolah," ucap Vigo saat sudah keluar dari ruang guru dan Kayla mengangguk mengiyakan.

"Ya udah gue ke kantin dulu,"

"Loh kan belum istirahat kak,"

"Perut gue udah laper nggak bisa di tunda,"

"Nanti kalau ketahuan guru gimana?"

"Lo khawatir sama gue?"

"Ya..ya..gimana ya?"

"Ck, lo tenang aja murid profesional kaya gue nggak akan ketahuan,"

"Ya udah deh hati - hati ya kak,"

Entah kenapa mendapat kata - kata itu dari Kayla hatinya merasa menghangat "siap," sahutnya sambil tersenyum dan berlalu dari hadapan Kayla.

***

"Arga aku izin ke toilet," ucapnya pada Arga sang ketua kelas.

"Hm,"

Baru Kayla akan berbalik dan melangkah suara Arga kembali menghentikannya.

"Tugas lo udah selesai?" Tanyanya.

"Udah,"

"Kumpulin ke gue sekarang," ucapnya.

Sesudah mengumpulkan tugasnya pada Arga ia pun segera keluar kelas dan tertangkap oleh mata Marsya.

"Mau kemana tuh si cupu?" Ucapnya penasaran.

"Gue ikutin aja lah, bosen gue dapat tugas terus," ucapnya kemudian mengikuti langkah gadis berkacamata itu dengan mengendap - endap.

Marsya menyadari ada yang aneh "tadi perasaan kalau gue nggak salah dengar samar - samar katanya dia mau ke toilet tapi kok beloknya ke halaman belakang sekolah sih?"

"Wah nih pasti ada yang nggak bener nih,"

Kayla terus berjalan santai menuju halaman belakang sekolah, ia tak tahu bahwa saat ini ia sedang di ikuti oleh seseorang.

Saat sampai di sana sudah ada Vigo yang berdiri di bawah pohon "gue kira lo lupa," ucapnya.

"Maaf kak tadi aku ngerjain tugas dulu,"

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo,"

"Iya ngomong aja,"

Vigo mengenggam kedua tangan Kayla, sontak Kayla terkejut "Kay, sejak pertama kita ketemu gue udah tahu kalo lo beda dan gue mau lo tahu sesuatu,"

"Gue suka sama lo," ucap Vigo dengan mantap.

Kayla membulatkan matanya, menatap tak percaya pada lelaki di hadapannya ini "kak? Ini cuma bercanda kan?"

"Gue serius,"

Perlahan Kayla melepaskan tangannya dari genggaman Vigo "maaf kak aku nggak bisa," jawab Kayla tak enak hati.

"Kenapa?"

"Aku udah anggap kakak sebagai teman nggak lebih dan aku.. udah suka sama orang lain," jawabnya sambil menunduk.

"Yudha?" Tebak Vigo.

Kayla hanya diam sambil memandangnya dengan sorot mata terkejut yang berarti jawabannya adalah iya.

"Gue udah tahu sih sebenarnya, cara pandangan lo ke dia memang kelihatan beda,"

"Kak aku beneran minta maaf,"

"Nggak apa - apa kok Kay, gue cuma mau lo tahu aja biar gue bisa lega,"

"Lagi pula kita masih bisa jadi teman kan? Jangan sampai karena gue ungkap perasaan gue ke lo, lo jadi canggung ataupun merasa nggak enak sama gue,"

"Gue harap lo bisa bahagia," ucap Vigo sambil tersenyum dan berlalu meninggalkan Kayla.

Namun kemudian ia berhenti dan kembali menatap Kayla "Kalau ada apa - apa lo bisa ngomong sama gue, jangan sungkan."

Marsya yang kini bersembunyi di balik tembok mendengar dan melihat dengan mata kepalanya sendiri tentu terkejut  "si cupu di tembak sama Vigo? Dan Yudha? Dia suka sama Yudha? Wah nggak habis pikir gue, apasih lebihnya tuh cewek,"

"Nggak, nggak bisa pokoknya. Gue harus laporin informasi penting ini," ucapnya dengan senyum sinis.

Dari Kayla Untuk Yudha (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang