"Senyummu yang meruntuhkan segalanya"
***
"Tambah banyak aja fans lo Yud," ucap Ical salah satu tim basket.
Yudha hanya bisa tersenyum sebagai tanggapan, para gadis itulah yang memaksanya untuk menjadi pacarnya dan mereka selalu saja menempel padanya, jika ditolak mereka akan semakin menjadi - jadi tapi jika diterima hal yang sama pun akan terjadi juga, alhasil menurutnya dari pada mubazir jadi ia terima saja, hitung - hitung juga untuk pengalaman.
Jika sudah bosan maka dia tinggal berkata pedas dan menohok serta mencampakkan maka setelah itu mereka akan pergi dengan sendirinya namun juga ada yang tetap mengejarnya dan tak pernah kapok dengan pengabaiannya. Dan sebenarnya dia juga menikmati hal itu, mengikuti alur dan jadilah julukan playboy itu diberikan kepadanya, bukan dia yang menjadi idola utama melainkan David namun sifatnya yang terlampau es dikutub utara dan tatapan membunuhnya yang selalu ia tampilkan membuat para kaum hawa tak berani mendekat dan hanya mampu melihatnya dari jauh sambil memotret diam - diam layaknya paparazi.
Dia kini sedang duduk beristirahat bersama teman - temannya sambil meneguk air mineral sesusai berlatih basket, keringat yang membasahi malah semakin membuat para siswi semakin menjerit - jerit tak jelas.
"Menurut gue mereka aneh," ucapnya pada Alfi yang duduk tepat disampingnya.
"Maksudnya?" Tanya Alfi.
"Padahal kan kita lagi keringetan kaya begini masa iya mereka malah suka, memang benar kata David mereka itu gila," ucapnya lalu tertawa.
"Kaya nggak tahu cewek aja lo, tuh udah ada berapa mantan lo? Lo kan yang paling berpengalaman," ucap Alfi disertai kekehan.
"Wah berapa ya? Gue lupa saking banyaknya,"
"Sekali - kali kek lo itu serius sama cewek jangan kalo bosen udah dibuang, kaya sampah aja,"
"Ada pepatah mengatakan buanglah mantan pada tempatnya," sahut Yudha.
"Wanita itu butuh di hargai karena mereka juga punya harga diri," komentar Alfi.
"Alah sok lo! Padahal juga situ jomblo dari lahir," sindir Yudha.
"Bukan gitu cuma belum ada yang pas aja,"
"Gimana mau tau yang pas? Lo kan alergi sama cewek,"
"Gue masih normal kali Yud,"
"Tapi mana buktinya? Nggak ada satupun cewek yang nempel,"
"Lo kira upil apa pakek nempel segala," Alfi tertawa.
"Yah gimana ya? Orang - orang mungkin pada ngira lo homo, padahal tampang lo ya lumayan oke kok."
"Bukan hanya lumayan, tapi udah oke banget malahan." Sahut Alfi dengan bangga.
"Dih sombong,"
"Ya udah lo jangan deket - deket gue, kan lo bilang gue homo. Emangnya lo nggak takut sama gue?" Goda Alfi sambil menaikkan salah satu alisnya.
"Najis!!"
"Kok gue sebagai senior merasa nggak ada harga dirinya sama sekali kalo ngomong sama lo ya?"
"Emangnya lo punya harga diri?"
"Gue sikat juga lo Yud lama - lama," ucapnya lalu memukul bahu Yudha.
"Gila tuh tinju sakit banget! Lagi pula gue bukan cucian jadi nggak perlu di sikat" Baru saja Yudha menoleh dan tak mendapati kakak kelasnya itu lagi, ternyata dia sudah melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Kayla Untuk Yudha (On Going)
Teen FictionDiantara yang lainnya Yudha adalah yang paling memukau bagi Kayla, dia juga yang memberi bahagia padanya, namun dia juga yang menerbarkan kecewa dan luka. Bukan, Yudha tidak salah. Salahnya yang menaruh terlalu banyak rasa untuknya, bahkan ia berter...