BAB 16
Ponsel Inez terus berdering. Banyak panggilan masuk dari sahabatnya, Vina. Suara itu membuat tidur Inez terusik tetapi tak berniat untuk menjawabnya. Inez sudah tahu panggilan malam begini hanya akan membuatnya kelelahan.
"Berisik banget, anjir!" umpat Inez sembari menutup kepalanya dengan bantal.
Namun, Vina terus menghubunginya tanpa henti membuat Inez bangun dan berdecak kesal. Ia duduk, mengambil ponselnya di atas nakas, lalu menjawab panggilan dari Vina.
"Lo bilang seminggu ini gue nggak akan dapet bagian malem! Kenapa sekarang berisik, sih?!" kesal Inez.
["Sorry, Nez. Ini darurat banget. Gue nggak ada pilihan lain lagi."]
Inez mendengkus sebal saat mendengarnya. Sudah bisa dipastikan apa yang Vina inginkan darinya. "Ya udah buruan bilang!" ketusnya.
["Tuan Mahes nunggu lo di sini. Buruan siap-siap. Gue jemput lo sekarang!"]
"Tunggu dulu!" pekik Inez sebelum Vina menutup sambungannya. "Bukannya dia lagi di luar negeri? Kenapa sekarang ...."
["Udah nggak ada waktu buat kaget. Sekarang siap-siap. Jangan kecewain pelanggan kita ini. Lo satu-satunya orang yang dia mau, Nez. Gue mohon."]
Inez memutar bola matanya sembari mengembuskan napas kasar. Sudah lima hari ia terbebas dari pria itu, tetapi sekarang ... ia harus kembali berhadapan dengannya. Inez bahkan tak tahu apa yang membuat pria kaya itu menginginkannya. Yang pasti, ia tak ingin terlibat apa pun dengan pebisnis itu.
"Oke. Gue siap-siap dulu!"
["Akhirnya. Thank you, Inez Sayanggg. Gue jemput lo sekarang."]
"Hmm."
Sambungan pun terputus. Inez merebahkan kembali tubuhnya sembari menutup mata. Kakinya berat meninggalkan ranjang empuknya. Apalagi harus berpakaian mewah untuk menyenangkan pria gila itu.
"Vina, anjing!" pekiknya tanpa membuka mata. "Gue males ngadepin si brengsek Mahes!"
Sekeras apa pun Inez memohon pada Vina agar tak melibatkannya dengan pria bernama Mahes itu, tetapi sahabatnya itu selalu membuat Inez kesal dengan membuatnya terus terlibat. Sejak awal, Inez tak terlalu menyukai pria langganan bar dan club Vina itu, tetapi pria itu terus meminta Vina agar mengizinkannya untuk bertemu Inez.
"Ahh, shit!" umpatnya yang kemudian bangkit dan beranjak ke kamar mandi.
Setelah beberapa menit, Vina sudah ada di rumah Inez dan menunggu wanita itu yang masih bersiap. Inez memang harus tampil cantik dan menawan saat berhadapan dengan Mahes. Jika tidak, Vina akan mengomel sampai mulutnya berbusa.
Inez selesai bersiap dan langsung menghampiri Vina yang menunggu di teras. Pakaiannya tampak seperti seorang gadis. Dress pendek selutut berwarna merah muda dengan heels senada. Rambut panjangnya sengaja digerai agar terkesan lebih simpel.
"Waw, cantik banget lo," puji Vina saat melihat penampilan Inez.
Inez tak bereaksi apa pun selain memutar bola matanya jengah. Ia masih kesal pada sahabatnya itu yang selalu memaksanya meladeni Mahes. "Bacot, lo!" ketusnya.
Vina terkekeh melihat sikap Inez yang merajuk. Namun, ia sudah terbiasa menghadapi sikap sahabatnya itu. Mudah marah dan kembali lunak. Vina memang satu-satunya sahabat yang dimiliki Inez, sejak wanita itu berhenti kuliah.
"Ciee, ngambek," goda Vina seraya merangkul bahu Inez dan membawanya ke mobil. "Sorry, deh. Gue terpaksa. Lo tau sendiri gimana tuan Mahes."
"Iya. Gue tau. Udah buruan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Laras: Never Be Alone
Novela JuvenilLahir sebagai anak yang tak diharapkan membuat Aras selalu mendapat perlakuan buruk dari sang bunda. Bahkan, saat kecil Aras harus kehilangan sang ayah. Dari dulu, Aras selalu sendiri karena semua orang menganggapnya hina. Bunda yang menjadi satu-s...