Inez Rinjani

95 11 11
                                    

Happy reading❤
Laras udah update lagi ya
^-^

Terlihat wajah murung Inez menghiasi siangnya. Sejak pagi tadi, wanita yang bekerja di bar milik sahabatnya, hanya menampakkan senyum tipis pada setiap pelanggan. Tentu itu tak luput dari penglihatan sahabatnya.

Inez yang bekerja sebagai Bar Captain, kini tengah duduk di meja bartender. Pikirannya benar-benar kacau karena putri semata wayangnya.

"Kenapa lo? Ada masalah lagi sama Aras?" tanya Vina, sahabat Inez.

Inez mengangguk lalu menyeruput minuman yang di pesannya tadi. "Anak gue bikin ulah lagi," katanya. "Gue cape ngadepin dia."

Vina menepuk pundak Inez pelan lantas berkata, "Mungkin Aras punya alasan sendiri kenapa bikin ulah. Anak lo nggak mungkin tiba-tiba bikin masalah gitu aja."

"Tapi hampir tiap hari gue dapet telepon dari guru BK, dari wali kelasnya. Bahkan, kuping gue udah panas denger gosip ibu-ibu soal sikap anak gue, Vin!" adu Inez.

"Gue ngerti perasaan lo, Nez. Tapi coba deh, sekali aja dengerin dari pihak Arasnya, jangan cuman dari sisi lainnya aja. Biar gimana pun juga, Aras itu anak lo. Anak yang lahir dari rahim lo sendiri."

Inez diam. Mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Vina. Memang benar Aras adalah putrinya, tetapi rasa bencinya tak pernah hilang. Sejak dulu. Sejak Aras masih berada di dalam kandungannya.

"Lo masih belum dapet kabar soal suami lo?" tanya Vina membuat mood Inez semakin buruk.

Inez menepis tangan Vina lalu mendelik sebal. "Lo bukannya ngehibur gue malah bikin mood gue makin ancur! Bangsat lo, ah!" kesalnya.

Vina terkekeh kecil lalu berkata, "Sorry-sorry. Gue cuman nanya aja. Gue cuman khawatir sama lo."

"Khawatir kenapa?"

"Ya ... lo di rumah cuman berdua sama Aras. Nggak ada lakinya, kan? Gue cuman---"

"Lo tenang aja. Lagian udah biasa juga," potong Inez.

"Lo nggak ada niat buat nikah lagi? Umur lo masih pantes, loh, buat nikah lagi," kata Vina.

Inez terbahak mendengar perkataan Vina. Menikah? Ia tak berminat. Hatinya sudah tertutup oleh cintanya pada Zidan. Cinta yang berubah menjadi kecewa dan benci selama bertahun-tahun ini.

"Nggak ada. Please, jangan paksa gue buat kencan," katanya.

"Sekali pun lakinya kek tuan besar?" goda Vina.

Inez memukul lengan Vina yang tanpa penutup itu. "Mulut lo! Nggak usah ngadi-ngadi. Dia cuman pelanggan!" tegasnya. "Dahlah, gue mau lanjut kerja."

Inez kemudian menghabiskan minumannya dan kembali bekerja. Memang di pagi hari pelanggan yang datang tak sebanyak di sore hari menjelang malam. Namun, saat malam, Vina tak hanya membuka bar-nya, tetapi juga membuka club yang tak jauh dari bar. Inez sesekali ikut bekerja di club Vina, hanya saja minggu ini Inez tak mendapat bagian di club Vina.

***

Babas membaringkan tubuh Aras yang sudah tertidur di atas brangkar, dan tanpa diminta, Babas membantu menyelimuti tubuh Aras. Ia duduk di kursi samping Aras, tangannya siap menghapus keringat di pelipis Aras, tetapi terhenti saat Nauval dan Rangga muncul.

"Bas, mau bolos?" tanya Rangga yang sudah berdiri di samping Babas.

"Sekarang free, ngapain bolos?"

"Oh iya, gue lupa," jawab Rangga yang kemudian nyengir.

Nauval yang berdiri di samping Rangga, terus memerhatikan wajah Aras yang masih setia menutup mata. "Gimana kondisinya?" tanyanya.

"Kayaknya udah mulai baikan, tapi pipinya merah, kayak bekas ditampar," jawab Babas. "Lo tau dia, Val?"

Laras: Never Be AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang