XXVI

156 27 1
                                    

Hari-hari berlalu diisi dengan persiteruan antara pihak Hanbin dan Heenim , Hanbin bertahan tidak ingin melepaskan Jinhwan sementara Heenimpun begitu . Akhirnya permasalahan tersebut dibawa pada meja Hijau , namun Heenim mengalami kesulitan sebab ia tidak memiliki bukti berupa saksi bahwa Jinhwan hanya dititipkan dan bukan ditinggalkan . Hakim berpendapat bahwa meninggalkan anak kandung pada usia belum cukup satu tahun , adalah tindakan kriminal sekalipun orang tersebut adalah ibunya . Sementara Hanbin dipersulit pula karena tidak memiliki izin asuh ataupun keterangan sah bahwa Jinhwan telah resmi menjadi anggota keluarga Kwon . Kedua belah pihak sama-sama disulitkan . Hingga keputusan yang benar-benar diluar dugaan diambil oleh Hakim yakni ,
"Kim Jinhwan akan berada dalam pengawasan perlindungan anak hingga dia berusia 18 tahun . Selama masa itu , Kim Jinhwan akan berada pada pusat perlindungan anak . Kebutuhan hidup dan semua materi yang diperlukan oleh Kim Jinhwan selama masa itu ditanggung oleh Pemerintah dan tidak diperkenankan dari pihak Kim Hanbin ataupun Kim Heenim untuk mengunjungi Kim Jinhwan hingga usia yang di legalkan"

Mendengar keputusan hakim tersebut membuat jiwa keenam anak tuan Kwon seolah meninggalkan raga mereka . Mereka tidak bisa tanpa Jinhwan  , bagai candu bayi gembul itu telah menjebak mereka dalam keterikatan . Jika  , jika Jinhwan tidak bersama mereka untuk waktu yang begitu lama maka apalah arti hidup yang mereka jalani

Sementara Heenim tentu merasa terkejut namun entah bagaimana , Donghyuk melihat ekspresi wanita itu seperti tersenyum lega . Tapi karena apa ? Bukankah Jinhwan putranya ? Atau mungkinkah......

" araara....jangan menatapku seperti itu Donghyuk-ssi , kau melukai perasaanku . Aku sedang kehilangan dan bersedih karena anakku tidak akan bersamaku dalam waktu lama . Aigooo bagaimana aku harus menjalani sisa hidupku tanpa In huhuhu"

"Nunani seperti orang-orang di TV" Sebut Jinhwan yang tiba-tiba datang menunjuk wajah Heenim yabg posisinya sedang duduk menyilang kaki di kursi dalam ruang pengadilan . Aaa anak itu masih diperbolehkan berbicara pada Heenim dan juga Hanbin beserta adiknya , sebelum pihak bersangkutan memisahkan mereka

"Baby , apa maksudmu sayang ?" Balas Heenim seraya berdiri dan ingin mendekati Jinhwan  tapi balita manis itu memundurkan langkahnya

"kata mommy , orang seperti nunani itu seperti orang di TV yang pakai topeng" jawaban polos Jinhwan mengundang tatapan mengintimidasi dari keenam anak tuan Kwon . Mungkin kedengarannya hanya ucapan konyol anak kecil tapi In Selama ini terbiasa dengan orang-orang yang tulus disekitarnya. Jadi jika Jinhwan menyebut Heenim adalah topeng berarti tidak diragukan lagi ada sesuatu yang tidak beres dengan wanita itu

"Anak bodoh . Harusnya kau terima saja aku sebagai ibumu . Sudah berbaik hati aku ingin menjadikanmu anakku , daripada kau tidak memiliki ibu lagi"

Ucapan lancang dan kasar wanita itu benar-benar membuat Hanbin muak . Ia maju dan mencengkram dagu perempuan ular itu tanpa peduli bahwa mereka saat ini sarang polisi . Hanbin masih diam ketika heenim berulah tapi dengan menghina Jinhwan , itu adalah kesalahan besarnya

"Hyung hentikan" ucap Chan yang kini dengan sigap menutup mata dan telinga Jinhwan sebisanya

"Buat apa berhenti??aku yakin ini hanya jebakan dari wanita ini . Jika kita harus berpisah untuk sementara dengan Jinhwan karena wanita ini , maka mematahkan lehernya adalah harga setimpal"geram Hanbin dengan penuh amarah , adik-adiknya berusaha melepaskan Heenim dari Hanbin tetapi cengkraman kakak mereka itu terlalu kuat

"A-apa A a a-ku salah ? Aku hanya i-in ingin memberi tahu Anak ini ji jika a-aku bersed dia menjadi i-ibu peng penggan pengganti dari Mommynya yang telah ma- mati akkkkk"

Chan yang kaget dengan ucapan Heenim , tanpa seganya melonggarkan tangannya dari telinga Jinhwan hingga anak itu mendengar sesuatu .

Jinhwan bukanlah anak yang bodoh , ia memiliki kecerdasan diatas rata-rata dari anak seusianya . Ia tahu arti kata mati , ia tahu itu

"Kenapa hati In terasa dicubit keras mom?"

"BERHENTI BICARA OMONG KOSONG" teriak Hanbin didepan wajah Heenim . Ia melepaskan begitu saja cengkramannya hingga membuat wanita itu tersungkur

Hanbin menyadari sesuatu , dengan cepat ia menoleh pada Jinhwan yang berada didepan kaki Chan . Mata itu bergetar , pandangannya kosong .

"Oh tidak , apa dia mendengarnya ? Apa dia tahu maksudnya ? Argg sial ."

Hati Hanbin gelisah dan perasaannya tidak tenang . Bagaimana jika setelah ini Jinhwan membencinya dan meninggalkan mereka

Sanggup Hanbin??tentu tidak .

"CHANWOO" Teriakan Hanbin membuat Chan mengikuti arah pandangan hyungya itu . Sial , dia terlalu terkejut hingga melupakan jika ia sedang menjaga In agar tidak mendengar dan melihat tindakan kasar para orang dewasa

"Baby" Chan memanggil Jinhwan lembut namun saat tangannya tanpa sengaja menyentuh leher In , tubuh In terasa kaku dan agak dingin . Chan panik dan melihat kearah saudara-saudaranya

Mereka semua maju dan mengerumuni Jinhwan . Memegang tangannya , mengecek suhu tubuh , berusaha mendapatkan respon dari bayi manis mereka tapi tidak ada tanggapan apapun . Jinhwan diam dan hanya diam dengan mata yang mulai melihat kesana kemari seolah mencari sesuatu

"Aaaaaaaa Mommy!! In mau momny...mommy mommy In ingin bertemu Mommy"teriakan Jinhwan yang begitu kencang , mengundang perhatian hingga polisi datang mencari tahu

"Mommy In mau Mommy kembalikan momny In , In mau mommy hiks hiks mommy In kembalikan"
Tangisan sedih Jinhwan membuat mereka yang berada diruangan itu meneteskan air mata , tidak tega dengan ketidak tahuan bayi menggemaskan itu . Para pihak polisi dan jaksa yang menghampiri In pun tidak bisa berbuat banyak . Mereka semua tahu kenyataan tentang orang yang anak itu panggil Mommy

Salah satu wanita paruh baya yang menjadi penanggung jawab atas perlindungan anak , maju untuk mendekati Jinhwan namun saat selangkah lagi ia dapat merengkuhnya , Jinhwan kembali berteriak

"Pergi . Bibi bukan Mommy In . Pergi"
Wanita itu tidak bisa berbuat lebih . Ia mengedarkan pandangannya mencari Kim Heenim yang mengaku sebagai ibu kandung dari anak didepannya diantara banyak orang yang berkerumun dalam ruangan itu , tapi ia tidak mendapati wanita itu . Pandangannya bertemu dengan mata sendu pria yang bernama Kim Hanbin tadi , pria itu mengangguk seolah membenarkan dugaan wanita paruh baya tersebut jika wanita yang mengaku ibu kandung Jinhwan adalah penipu

"Sipir , beritahu komandan Lee bahwa wanita bernama Kim Heenim tadi adalah penipu . Segera ambil tindakan"

Wanita itu menghela nafas sejenak lalu kembali berusaha mendekati In tetapi kembali ditolak keras . Dia heran bagaimana anak kecil itu tahu jika ia ingin mendekat , hah ini akan susah . Pikirnya

"tuan-tuan jangan diam saja" agak kesal sebenarnya karena keenam pria yang bersikeras menginginkan hak asuh anak manis yang sayangnya kini sedang menangis tersedu itu , malah diam saja bak patung kerajaan

Hanbin maju mendekat
"Baby,Ini Hanbin Hyung sayang . Jangan menangis lagi ya , In akan bertemu Mommy kok"

In yang tadinya masih berdiri , kini menjatuhkan pantatnya pada lantai ruangan dengan kedua kaki menjulur kedepan khas anak bayi , Jinhwan meremas baju bagian depannya yang bergambar beruang

Jinhwan mengangkat wajah basahnya , menatap Hanbin dengan air mata berlinang . Jinhwan menggigit bibir bawahnya
"Bin Yungg pembohong . In benci Bin Yungg , In tidak ingin ketemu Yungg semua lagi . In benci benci"

"In" panggilan lirih dari para hyungnya hanya dibalas isak tangis oleh In . Bayi kesayangan banyak orang itu menganghapus air matanya dengan jari-jari gemuknya . Memandang satu persatu para Hyung yang sangat ia suka , mata In menatap mereka dengan pandangan sedih bercampur marah . Air mata yang semakin banyak mengalir dipipi putihnya , membuat hati mereka sakit . Ingin memeluk dan memberikan ketenangan pada bayi pembawa warna dihidup mereka namun In seakan memberi batasan tinggi.

Dengan menumpu pada kedua tangan pada lantai , In berusaha berdiri dengan kaki pendeknya . Jika saja tidak sedang dalam situasi seperti sekarang , mereka akan mengabadikan itu karena jujur cara In berdiri seperti bayi yang mulai belajar berdiri dari jatuhnya . Lucu sekali 〒_〒

Kembali pada si gembul yang  mengahapus air matanya , lagi . Sebal dengan air mata yang gak nurut , In memilih lari keluar ruangan sambil berteriakl
"Jangan panggil nama In lagi . In ngambek pokoknya . Benci Yungg hiks"



🍊TBC🍊

BABY KIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang