5. Dia Yang Terbuang

35 3 0
                                    

Pulang sekolah Rinjani menyeret Kayla mencari tempat makan.

Karena Rinjani berjanji akan mentraktir Kayla, akhirnya Kayla menolak ajakan sang gebetan dan berakhir duduk di sebuah restaurant yang baru-baru ini buka bersama Rinjani.

"Desain restonya kece abis nggak sih Jan? Unik banget," komentar si gadis berambut sebahu. Matanya jelalatan melihat sekeliling restaurant.

"Huum. Menunya juga bikin gue bingung mau pesen yang mana, semua keliatan enak." Rinjani mengetuk-ngetuk dagunya. "Lo mau pesen apa Kay?"

"Samain aja deh."

Mendengar jawaban Kayla Rinjani mendengkus. Temannya itu benar-benar tidak membantu. "Nghh ... roti bakar pisang keju dua sama red velvet ekstra topping keju dua ya Mba."

"Ada lagi?" tanya wanita yang tengah memegang pulpen itu.

"Itu aja," sahut Rinjani dengan senyum singkat.

"Oke, silahkan tunggu sebentar, ya, Kak."

"Jani, Jan!"

"Apa sih?" Rinjani mengangkat sebelah alisnya heran, ketika Kayla tiba-tiba saja heboh sendiri.

"Coba liat ke sana." Tunjuknya ke sebelah barat. "Gilaaaa cowok itu ganteng banget, si Meru aja lewat anjir!"

Sedetik kemudian Kayla mendapat jitakan sadis di kepalanya. "Sakit Jani!"

"Suara lo kekencengan bego, kan Kak Eji jadi ngeliat gue."

"Hah?" Kayla memasang wajah pilon. Tidak mengerti dengan kalimat yang baru saja Rinjani lontarkan.

"Rinjani."

Duh, pake nyamperin segala lagi, ringis Rinjani dalam hati.

Sebenarnya dia memang sedikit kaget saat mengetahui cowok ganteng yang dimaksud Kayla adalah Eji.

"Hai Kak, di sini juga?"

"Iya. Sama ayah juga kok. Ayok gabung."

Kayla menatap wajah Rinjani dan Eji bergantian. Bersikap sebagai penyimak.

"Mmm ... enggak deh Kak aku di sini aja," jawab gadis manis itu sembari menyengir kaku. Maklum, walau dia dan Eji saudara satu Ayah mereka memang tidak begitu akrab.

"Siang Mas Eji," sapa seorang pegawai sembari membungkuk hormat.

"Siang," balas Eji ramah. Lalu pegawai itu berlalu pergi.

"Kok pegawai di resto ini kenal Kakak?" tanya Rinjani sedikit kepo.

Kali ini Eji mendekat. Dia berjongkok di depan Rinjani demi mensejajarkan tinggi badan mereka.

Kayla mendumal dalam hati. Selalu saja cowok-cowok ganteng berada dalam jangkauan Rinjani. Temannya itu sudah seperti bidadari yang di dikelilingi para pangeran.

"Ri, restaurant ini punya keluarga kita, punya ayah. Ayah mungkin belum kasih tahu. Tapi kamu jangan berpikiran macem-macem, ya."

Sama seperti bundanya, semua keluarga Rinjani memang memanggilnya dengan nama depan. Hanya teman-temannya saja yang memanggilnya Jani.

"Nggak papa Kak, aku ngerti." Rinjani mengukir senyum kosong, kemudian mengalihkan pandangannya dari sang Kakak.

"Hey." Eji mengacak rambut sang Adik. "Maafin kita ya, kamu jangan sedih gitu dong."

"Aku nggak papa. Kakak balik gabung aja sama yang lain, mereka pasti nungguin." Lagi, senyum kosong gadis itu ukirkan. "Tadi aku liat rame banget di sana."

"Ada temen-temen aku juga soalnya. Makanya ayok gabung, ajak temen kamu juga tuh," kata Eji sembari menatap Kayla.

Kayla sontak melempar senyum termanisnya. Tidak mau membuang kesempatan.

Dalam hati dia bersorak gembira, setelah beberapa lama menjadi cicak-cicak di dinding akhirnya cowok ganteng itu menghiraukan eksistensinya juga.

"Aku sama temen aku di sini aja," jawab Rinjani tetap pada pendiriannya.

"Silahkan makanannya Kak." Pelayan itu membungkuk hormat pada Eji setelah menata makanan di meja.

"Mbak Desi, kalo Rinjani makan di resto ini jangan biarin dia bayar ya. Kasih tahu juga sama yang lain," pesan Eji bersamaan dengan dagunya yang bergerak menunjuk Rinjani.

Pelayan bernama Desi itu mengangguk sembari tersenyum tipis. "Pacarnya Mas Eji ya." Wanita itu lantas mengerling—menggoda Eji.

Eji terkekeh. "Dia adik saya, bungsu Lowri."

Pelayan itu tampak terkejut. Membuat Rinjani yang melihatnya tersenyum miris.

"Ri, aku balik ke sana dulu. Kalo mau gabung ke sana aja."

Rinjani hanya mengacungkan ibu jarinya sebagai jawaban.

"Duuuuh, udah ganteng, kaya, punya senyum maut lagi." Gadis berambut sebahu mengantupkan tangannya. Pandangannya tampak menerawang. Sudah bisa dipastikan bahwa gadis itu tengah berkhayal.

Rinjani tidak ambil peduli atas sikap Kayla. Dia sudah sangat sibuk dengan roti dan pikiran kacaunya.

Ayahnya membuka cabang restaurant baru tapi dia sama sekali tidak tahu menahu soal itu.

Seperti yang ibu tirinya katakan, Rinjani memang 'Lowri' yang terbuang. Eksistensinya tidak pernah dihiraukan, karena sebenarnya darah Immanuel Lowri memang tidak seharusnya mengalir dalam tubuh Rinjani.

Immanuel Lowri selalu berada di bawah kaki isterinya, di bawah kendali wanita itu.

Isterinya meminta Nuel untuk tidak mengumbar status Rinjani di hadapan publik dan Nuel mengikutinya.

Sebagian besar orang hanya mengenal Eji Lowri sebagai anak tunggal Immanuel Lowri. Sementara Rinjani Lowri, hanya segelintir orang yang mengetahu bahwa gadis itu adalah bungsu Immanuel Lowri. Anak kandung dari salah pengusaha besar di kota ini.

"Jan!" pekik Kayla mengejutkan Rinjani.

"Apaan lagi sih Kay?" desah Rinjani.

"Gue baru ngeh, tadi si cogan bilang lo adiknya dia? Bungsu Lowri? Pengusaha besar itu?" cerocos Kayla dengan wajah minta digampar.

"Iya. Kenapa?" kata Rinjani sengit.

"Astaga!" Kayla membekap mulutnya, matanya melebar menatap Rinjani. "Jadi selama ini temen gue orang kaya? Sahabat gue yang galak, judes dan sensian ini anak orang kaya?" Hebohnya sembari menggebrak meja.

"Hhh! Sabar jangan sawan nggak karuan dulu, gue ini tetep rakyat jelata." Dia menepuk-nepuk bahu Kayla pelan. Menghela napas sebelum akhirnya berkata, "Yang kaya itu bokap gue ... dan gue nggak hidup sama dia. Sampe sini paham?" ucapnya sembilu.

"Maaf gue nggak tahu, selama ini lo nggak pernah cerita soal keluarga lo." Kini Kayla baru mengetahuinya. Selain tidak beruntung soal cinta, Rinjani juga tidak beruntung soal keluarga.

Bisa dikatakan Rinjani adalah ... anak broken home.

Ya, seperti yang seluruh dunia tahu, anak broken home memang tidak akan tumbuh seperti anak lain yang memiliki keluarga lengkap.

Mungkin itu landasan atas sifat Rinjani yang serandom ini.

Rinjani yang kuat. Rinjani yang malang.

"Sama sekali bukan salah lo Kay nggak perlu minta maaf."

_Tbc_

Suka cerita ini? Tambahkan ke reading list dan ajak teman-teman kalian untuk baca.

Wajib follow akun author XD

Jangan lupa vote dan komen juga okey.

*Mohon bantuannya kalian jangan nakal, karena komen dari kalian bener-bener jadi 'bahan bakar' buat saya nulis.

Bukan PelarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang