"Maaf," ucap cowok itu sembari menatap gadis di depannya.
Sang gadis balas menatap dengan seulas senyum yang terus ia ukirkan.
"Nggak papa, gue nggak perlu maaf dari lo. Toh, disia-siain sama lo gue ngerasa jadi lebih baik dan ...." Dia meletakkan telunjuknya di pelipis kanan. "Pintar," lanjutnya dengan senyum yang semakin lebar.
Meneguk ludah susah payah. Cowok bernama lengkap Maha Meru itu hanya bisa mengukir senyum lemah.
"Gue nggak habis pikir kenapa bisa percaya sama kata cinta yang selalu lo ucap atau ... janji setia yang selalu lo agung-agungkan." Rinjani tersenyum miris, angin yang berembus menerbangkan rambut bergelombangnya membuat senyum itu semakin terlihat jelas.
"Meru, mulai sekarang gue nggak akan percaya lagi sama kata cinta." Helaan napas lolos dari bibir tipisnya.
"Cinta itu nggak pernah ada, Ru." Ditatapnya manik cokelat cowok itu dalam-dalam. "Dan setia itu hanya sebuah kata, selamanya akan tetap seperti itu. Gue harap, gue nggak akan denger kata-kata sampah itu lagi dari mulut lo. Udah cukup gue dibodohi berkali-kali, gue nggak mau ngulang rasa sakit yang sama."
"Jani-"
"Jangan bilang apa pun lagi, Ru ... telinga gue udah tuli buat semua kata yang keluar dari mulut lo."
Kenyataan bahwa untuk kesekian kalinya dia hanya dijadikan pelarian selalu berhasil menciptakan luka menyayat di hatinya.
Maha Meru, cowok itu begitu pandai mengenakan topengnya, menipu Rinjani dengan sangat baik.
Meru membuat Rinjani jatuh cinta sedalam-dalamnya, tapi cowok itu juga membuat Rinjani jatuh sejatuh-jatuhnya. Meru jadikan Rinjani pelarian, batu loncatan sebelum akhirnya dia bisa kembali mendapatkan hati sang mantan. Mantan yang sangat Meru cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pelarian
Ficção AdolescenteRasa sakit itu, tidak pernah bisa terlupakan .... Waktu tak sanggup membuat sang luka pudar dan senyum hanya membalut segala luka yang menganga nyeri di dalam dada. "Nggak papa, gue nggak perlu maaf dari lo. Toh, disia-siain sama lo gue ngerasa jadi...