"jan, lo sadar nggak sih? Beberapa hari ini Meru nggak seliweran di sekolah dan gangguin lo," ucap Kayla.
Benar juga. Sesaat Rinjani terdiam. Kira-kira ke mana perginya si bajingan itu ya? Rasanya tidak mungkin seorang Maha Meru terus mendekam di dalam kelas layaknya seorang introvert.
Jika dia tidak masuk sekolah lantas mengapa cowok itu selalu hadir untuk latihan menari setiap pulang sekolah?
"Heh! Diajakin ngomong malah bengong!" Tegur Kayla gemas.
Rinjani memutar bola matanya malas. "Ya lagian ngapain juga lo tanya soal kutu kupret itu sama gue!" Balas gadis itu sewot.
Kayla geleng-geleng kepala mendengar jawaban temannya. Jika dipikir-pikir semakin hari semakin beragam saja makian Rinjani untuk cowok-cowok di sekitarnya.
Selesai memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas Rinjani dan Kayla kompak berdiri untuk segera keluar kelas, karena jam istirahat sudah tiba.
"Makan apa ya kita hari ini?" Seperti biasa Kayla memulai percakapan untuk memecah keheningan.
"Makan apa aja asal bukan makan hak orang lain," Jawab Rinjani kritis. Membuat Kayla reflek mengelus dada. Sabar. Sabar.
Baru saja melangkahkan kaki melewati pintu kelas, seorang wanita bersanggul menghentikan langkah Rinjani dan Kayla.
"Sebentar Rinjani," Ucap sang guru yang tak lain adalah guru kesenian.
"Ya? Apa apa bu?"
"Ternyata sudah tiga hari ini Meru tidak masuk sekolah ya? Ibu baru tahu karena hari ini baru mengajar di kelas Meru."
"Saya kurang tahu bu."
"Coba tolong kamu tanyakan ya Rinjani, tidak biasanya Meru seperti ini. Ibu kira dia tetap masuk sekolah seperti biasa karena selama ini terus mengikuti latihan menari."
"Baik bu nanti saya coba cari tahu," Jawab Rinjani setengah terpaksa.
"Oke, terima kasih Rinjani." Wanita itu tersenyum lalu pamit pergi.
Kayla yang sejak tadi menyimak mulai angkat bicara. "Tuh, kan, apa gue bilang, pantes aja si Meru nggak ada gangguin lo," Ujarnya heboh.
"Ya sebenernya bagus kalo dia nggak gangguin gue lagi." Jeda beberapa detik. "Masalahnya kenapa dia nggak masuk sekolah padahal setiap pulang sekolah nggak pernah absen buat latihan balet bareng gue."
Berjalan beriringan, dua cewek itu saling menatap satu sama lain. "Kita harus cari tahu secepatnya Jan."
"Hmm, pulang sekolah sekolah gue coba tanya, deh." Putus Rinjani.
***
Sepulang sekolah Rinjani bersandar pada tembok putih sembari menyesap minuman yang ia beli sebelum pergi ke tempat ini dengan posisi berdiri.
Meru ternyata belum datang.
Rinjani mengetuk lantai dengan ujung sepatunya—membunuh bosan.
Tanpa sadar minuman di tangannya habis tak tersisa.
Rinjani berdiri tegak lalu berjalan beberapa langkah ke arah utara.
Lempar.
Gelas minuman itu mendarat mulus di dalam tong sampah membuat Rinjani mengangguk puas.
Tak lama kemudian sepasang sepatu hitam berhenti tepat di depan sepatu Rinjani.
"Udah nunggu lama ya?" Sapa si cowok dengan tampang tengil.
Tidak mempedulikan sapaan Meru, Rinjani langsung saja bertanya kepada Meru. "Kemana aja lo nggak masuk sekolah? Udah pinter emang, hah?"
Mendengar pertanyaan Rinjani, Meru langsung sumringah. "Kangen sama gue?" Alisnya naik-turun menggoda Rinjani.
"Najis! Nggak usah sok penting, deh." Mengatur napas sejenak. "Lo tiba-tiba ngilang nggak masuk sekolah sebenernya gue nggak peduli," Jelas Rinjani dengan senyum miring. "Gue tanya karena guru kesenian yang suruh.
"Oh gitu. Ya udah berarti gue nggak usah jelasin dan kasih tahu alasan gue ngggak masuk sekolah ke lo kan?" Balas Meru dengan mikik wajah super menyebalkan.
"Ya." Jawab Rinjani jutek. Wajah kesalnya yang terlihat menggemaskan justru membuat Meru tertawa. "Ada yang lucu, hah?" Sentak Rinjani.
"Lo nggak sadar kalo muka lo itu lucu?" Ucap Meru sembari bertopang dagu. Kini posisinya tengah berjongkok di depan Rinjani yang masih di posisi berdiri.
Membuang muka. Rinjani segera beranjak pergi tanpa berniat menananggapi gombalan cowok itu.
Tentu saja Maha Meru tidak tinggal diam. Dia segera mengusul Rinjani. "Gue setiap hari sebenernya tetep masuk sekolah kok. Cuma bukan di Nirwana," Bisik Meru setelah berhasil mengusul langkah Rinjani.
Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Di detik ke empat Rinjani mengerjap. Kemudian mengedikan bahu seolah tak peduli.
Apa maksudnya?
"Meru! Rinjani! Kenapa masih belum ganti baju?!" Teriak wanita bersanggul sembari berkacak pinggang.
"Iya bu ini Rinjani langsung ganti baju!" Sahut Rinjani. Cewek itu segera bergegas sebelum sang guru menceremahinya.
"Meru, kenapa masih diam?!" Teriakkan kedua kembali menyapa gendang telinga.
Membuat Meru buru-buru berlari setelah sebelumnya menyengir lebar sebagai respon pada sang guru.
Di belokan antara toilet cewek dan cowok Meru menghentikan langkah. Ditatapnya gadis berambut hitam yang masih saja terlihat cantik meski dilihat dari belakang, lalu berkata, "Besok jam 10 pagi bakal ada tawuran lagi di tempat biasa."
Perkataan Meru berhasil mengambil perhatian Rinjani. Dia berbalik menatap Meru. "Maksud lo apa?" Jeda tiga detik. "Jangan sok berandalan lo kuman! Seminggu lagi lombanya dimulai, jangan sampe latihan gue sia-sia gara-gara lo kalah tawuran dan lebam-lebam. Kalo lo kena masalah ujung-ujungnya gue pasti ikut kena juga!"
Jika sampai Meru ikut tawuran dan ketahuan pihak sekolah tidak menutup kemungkinan kasus tawuran antar sekolah itu akan diselidiki lebih jauh lalu Rinjani akan terseret dalam masalah karena pernah ikut tawuran juga.
Ya ... walau pun Gabril dan beberapa teman berandalnya masih aman sampai saat ini setelah berkali-kali ikut aksi tawuran bukan berarti Meru juga akan bernasib sama bukan?
"Ah, gue seneng deh kalo lo udah perhatian gini," ucap Meru girang.
"Bisa nggak sih lo serius dikit!" Decak Rinjani kesal.
"Kok lo kesel Jan? Bukannya lo suka gue kayak gini ya? Lo suka kan sama cowok berandalan?" Ucap Meru dengan senyum menawan. Membuat Rinjani kehabisan kata-kata untuk memaki.
_Tbc_
Lama nggak update HAHAHA
Silakan baca dari awal kalo lupa alurnya XD
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pelarian
Ficção AdolescenteRasa sakit itu, tidak pernah bisa terlupakan .... Waktu tak sanggup membuat sang luka pudar dan senyum hanya membalut segala luka yang menganga nyeri di dalam dada. "Nggak papa, gue nggak perlu maaf dari lo. Toh, disia-siain sama lo gue ngerasa jadi...