Lvnz Chapter (21)

195 39 72
                                    


****

"Gugup saat berada di dekatmu, apa menandakan aku sudah suka kamu?"
-haluna122.

Putus atau Terus - Judika 🎶

****

Jalanan cukup padat kendaraan. Sore ini terlihat sangat ramai, karena para pegawai sudah waktunya jam pulang. Rasa bosan menyelimuti diri Venza, ia meminta pada Devan untuk menyalakan sebuah lagu agar merasa suasana tidak canggung dan berada dalam keheningan di antara keduanya.

Devan hanya menuruti saja keinginan gadis di sebelahnya itu. Lalu terdengarlah irama lagu dengan suara penyanyi yang terbilang merdu. Sesekali ia mengikuti lirik yang Venza hafal.

Pergilah kasih kejarlah keinginanmu

Selagi masih ada waktu.

Jangan hiraukan diriku, aku rela berpisah.

Suara Venza mengikuti irama lagu, Devan sontak terpaku akan suara milik Venza. Bisa dibilang, Venza mempunyai kemampuan untuk bernyanyi. Karena sedari tadi wanita itu mengikuti apa saja lagu yang terputar di radio dalam mobilnya.

***

Setelah berada dalam perjalanan yang padat akan kendaran roda dua dan roda empat. Kini keduanya sudah berada di rumah milik kedua orang tua Devan. Venza merasa gugup, mungkin ia memang mengenali keduanya tapi tidak terlalu akrab.

Devan sudah turun terlebih dahulu. Lelaki itu menunggu dirinya di luar mobil, namun setelah ditunggu selama tiga menit, Venza sama sekali tidak keluar dari dalam mobil. Dengan rasa heran, Devan membuka pintunya, lalu mengajak Venza untuk segera turun dan masuk ke dalam rumahnya.

Venza berusaha menolak, tetapi lelaki ini tetapi saja memaksanya untuk ikut ke dalam.

"Ish, bisa gak sih sekali aja lo gak maksa-maksa gue!" ketus Venza saat pergelangan tangannya sudah digenggam oleh Devan.

"Gak. Bisa." jawab Devan dengan menekankan kalimatnya.

"Ah serah lo deh, capek gue!"

"Yaudah, ikut gue kedalem."

Devan membuka pintunya, lalu mengajak Venza untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu. Dan ia mencari mamahnya yang mungkin sedang berada di dalam kamar.

Venza melihat-lihat sekeliling isi dari rumah Devan. Saat sedang melihat pada bagian album-album yang tertata rapih di hadapannya, ia terpaku oleh satu foto yang sepertinya foto masa kecil Devan. Ia berjalan ke arah album tersebut, lalu menyentuhnya dengan hati-hati agar tidak terjatuh dan berakhir rusak.

Ia tertawa ringan, saat melihat wajah lucu milik Devan ketika masih kecil.

"Kecilnya aja ganteng, apalagi sekarang," gumamnya sambil memperhatikan secara intens foto milik Devan.

"Aduh, gue ngomong apaan dah barusan. Untung tuh cowo gak disini, kalo ada? Bisa malu dah gue."

Tap! tap! tap!

Suara langkah terdengar di pendengarnya, sepertinya ada seseorang yang sedang menuruni anak tangga. Dan benar saja, ketika Venza mengalihkan pandanganya ke arah dimana tangga berada, ia melihat mamahnya Devan sedang berjalan menghampiri tempat ia berdiri sekarang ini.

Dengan rasa gugup, ia tersenyum simpul pada Ratih.

"Hai, Venza. Aduh, kamu ko gak bilang dulu sih kalau mau kerumah. Kan kalau Tante tau, pasti bakal masakin yang enak-enak," sapa Ratih saat sudah di depan Venza.

"E-eh iya, Tan. Aku juga di ajak sama Devan tadi," jawabnya sopan.

"Ouh gitu. Kamu mau minum apa? Nanti, Tante panggil bik Ijem buat bikinin kamu minum," tawarnya pada Venza.

Lavenza [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang