14

180 13 2
                                    

Nana tersentak, begitu memasuki rumahnya hal pertama yang dia lihat adalah Zico dan Dimas yang babak belur. Kedua wajah pria itu sangat tidak baik-baik saja.

Nana menghampiri Zico dan membantu pria itu mengompres lukanya. "Jangan bilang, kalian berdua tadi berantem."

"Enggak berantem kok, Na. Tadi kita cuman maen tonjok-tonjokan doang," ucap Zico sembari tersenyum tak lupa dia juga mengusap puncak kepala adiknya.

"Masalah apa?"

Baik Zico ataupun Dimas keduanya saling diam, tak ada yang berniat menjawab pertanyaan Nana. Membuat gadis itu mendengkus kesal.

"Aku sama Rere nanti sore mau pergi, kemungkinan aku mau nginep di rumah Rere."

"Mau apa?" Kini giliran Nana yang bungkam.

"Yaudah, hati-hati. Kalo ada apa-apa langsung kabarin Abang."

Nana mengangguk. Tangannya dengan telaten mengompres luka di wajah Zico.

[]

Sesuai ucapannya, saat ini Nana benar-benar menginap di rumah Rere. Siang tadi dia sengaja memberitahu Rere bahwa dia akan menginap. Bukan tanpa alasan, tetapi karena Nana ingin memberitahu Rere mengenai peneroran yang dialaminya.

Namun, saat Nana akan menceritakannya, Rere lebih dulu mengatakan bahwa dirinya sudah mengetahui semuanya dari Zico. Tentunya itu membuat Nana mendengkus kesal, karena Zico tidak memberitahu dirinya bahwa pria itu sudah tahu tentang peneroran tersebut.

"Apa Dimas juga tau?"

Rere mengangguk mantap.

"Jadi selama beberapa Minggu ini gue kek orang bego dong." Nana mengerucutkan bibirnya. "Menurut kamu siapa, Re?"

"Kata Kak Zico pelakunya bisa aja Shiren, soalnya dia 'kan gak suka sama kamu."

Nana menggeleng pelan, "Gue juga sempat mikir kalo pelakunya Shiren, tapi dia pernah bilang 'gue suka sama dia, tapi sayang, dianya suka sama lo' jadi gak mungkin kalo Shiren, soalnya gue gak tau siapa yang dia suka."

"Nah, justru karena kamu gak tau dia suka sama siapa, bisa aja orang yang dia suka itu emang suka sama kamu," jawab Rere menggebu-gebu yang langsung diangguki oleh Nana.

"Bisa jadi, kalo gitu mulai besok kita cari tau tentang cowok yang Shiren suka."

Rere dan Nana menyatukan telapak tangan mereka, keduanya tersenyum penuh arti sebelum akhirnya saling tertawa, sepertinya mulai besok mereka akan menjadi detektif.

***

[Nana mau ketemu sama Shiren.]

Zico membulatkan matanya saat membaca pesan dari Rere, pikirannya menjadi tidak tenang. Bagaimana mungkin dia akan membiarkan adiknya bertemu dengan orang yang sangat membencinya?

Zico keluar dari kamarnya, dengan langkah lebar dia pergi ke kamar Dimas. Tanpa mengetuk pintu pria itu membuka paksa pintu, dan berhasil membuat sang penghuni kamar terkejut.

"Kita temuin Shiren sekarang!"

Dimas hanya mematung, baru saja dia akan memarahi pria itu karena memasuki kamarnya tanpa izin, tetapi dirinya sudah lebih dulu mendapatkan perkataan dengan nada yang tak bersahabat, terlebih lagi wajah pria yang baru saja memberinya 'perintah' tanpak memerah, bukan karena bulshing tetapi karena sedang menahan amarahnya.

Tak ingin membuat Zico semakin marah, Dimas segera bangkit dan mengambil jaketnya. Dengan susah payah, Dimas berusaha menyamakan langkah kakinya dengan langkah milik Zico. Namun, lagi-lagi dirinya tertinggal.

Kak, Aku Kecewa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang