-15-

7 0 0
                                    


Happy reading!!

Disini Alesha berada, di bawah pohon jambu batu yang berada di pojokan taman belakang hotel, ntah apa yang membuat Alesha melarikan dirinya kesini padahal ia berniat akan menunjukan kepada keluarga nya bahwa ia bukan lagi gadis kecil yang lemah.

"Kenapa, kenapa hidup gue ga pernah lengkap tuhan" gumam Alesha dengan pilu.

Lagi dan lagi ia harus tersadar bahwa takdir nya sangat menyakitkan, di buang dan tergantikan seolah ia hanya barang yang tidak memiliki perasaan. Disaat semua nya mulai membaik dengan adanya keluarga barunya kenapa mereka kembali, seolah-olah mereka menyayangi dirinya. Sungguh Alesha cape dengan semua yang terjadi, ia ingin mempunyai hidup yang sempurna walaupun kesempurnaan hanya milik tuhan, tapi apakah tidak boleh dirinya merasa bahagia.

"GUE CAPE!!!" Teriak Alesha. Kebetulan suasana taman yang sangat sepi jadi ia bebas berteriak sekencang mungkin.

Grep

Tiba-tiba tubuh nya menegang saat merasakan kedua tangan memeluknya hangat dari belakang.

"Lepasin lo ga sopan" ucap Alesha sambil berusaha melepaskan pelukan nya.

"Gue tau lo lagi sedih, jadi nangis sepuas lo. Gue rela jadi sandaran kesedihan lo."

Alesha mengenali suara siapa yang memeluknya, seseorang yang sudah membuat hatinya tak karuan dan merasa di permainkan dengan perlakuan manis nya. Ya, siapa lagi jika bukan Galins si banci simpang tiga kesayangan Alesha. Ups.

"Lepasin gue butuh sendiri" ucap Alesha kekeh sambil memberontak dalam pelukanya.

Galins yang sudah tak tahan pun langsung membalikan badan Alesha agar berhadapan langsung denganya. "Tatap mata gue" perintah Galins, ntah dorongan dari mana Alesha langsung menatap mata Galins.

"Gue tau lo lagi sedih, jadi biarin gue jadi sandaran saat lo lagi sedih. Gue tau perasaan lo, Sha." Dan saat itu juga tangis Alesha pecah, Alesh heran kenapa dirinya bisa secengeng ini.

"Nangis sepuas lo, kalo membuat perasaan lo jadi lega" ucap Galins sambil mengelus pelan punggung Alesha.

Hampir lima menit Alesha menenggelamkan wajah nya di dada bidang Galins. "Gue cape, Gal" gumam Alesha dengan suara serak nya. Sedangkan Galins hanya bisa menenangkan Alesha.

Alesha yang sudah puas menangis pun mengangkat wajah nya. "Makasih, lo udah mau denger tangisan gue" ucap Alesha.

Galins yang mendengar itu hanya terkekeh geli. "Ko lo ketawa sih, gak ikhlas kan lo. Ohh, gue tau lo mau dengerin tangisan gue supaya lo bisa ledek gue kan, ngaku lo!" tuding Alesha sambil melepaskan pelukanya.

Tak

Galins menjitak kepala Alesha. "Pikiran lo soudzon mulu sama gue" ucap Galin sinis.

"Ya, abisnya lo malah ngetawain gue, lo ngeledek gue kan?!" tuduh Alesha lagi.

Galins hanya memutar bola matanya malas. "Muka lo lucu abis nangis."

Blush

"Pipi nya merah tuh" goda Galins sambil mencolek pipi Alesha.

Kuatkan hati Alesha ya tuhan...

"Diem ishh, apaan lagi colek-colek. Dasar banci" gerutu Alesha pura-pura ngambek.

Galins melotot mendengar ucapan terakhir Alesha. "Apa, lo bilang apa tadi?" tanya Galins pura-pura tak mendengar.

"Banci" ucap Alesha sok polos.

Bukanya marah, Galins malah ingin mencubit kedua pipi gadis itu. "Gitu dong, jangan cemberut mulu, lo jelek tambah jelek" ucap Galins dengan nada bergurau.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GALESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang