15.

641 103 26
                                    

The more I try to get to you

The more we crash apart.

Maybe we stayed too long,

Maybe we played all wrong.

.

.

.

.

Minho tidak mengerti dengan akal sehatnya yang mendorong ia untuk duduk di salah satu bangku kosong di tengah pasangan tempat duduk lainnya di kafe siang ini. Jarinya mengapit sedotan, sesekali mengaduknya asal dan iris yang tak kunjung diam, gelisah dalam penantian.

'Cuma ketemu teman, apa salahnya?' Pikir diri sejak awal sebelum kakinya melangkah kemari, walau tetap saja napasnya memberat setiap denting pintu masuk dan notifikasi teleponnya berbunyi. Ia melirik sepanjang ruangan, berhati-hati jikalau salah satu ada yang ia kenal dan mungkin, akan jadi sumber dari pertikaian. Minho menutup mata, kelelahan sebab terlalu waspada, bukankah ia hanya akan bertemu salah seorang temannya?

"Hey, sudah lama tiba?"

"Eh? Kak Chan!"

Chan loloskan kekehan halus sebelum mengakuisisi bangku di hadapan. Rambut hitamnya ia sugari sekilas, jaket kulit coklatnya juga turut ditarik di bagian dada, walaupun tanpa diperbaiki sudah cukup untuk membuat siapapapun yang melihat tercekat oleh pesona. Pula berlaku bagi Minho, yang semakin meneguk ludah, menahan diri agar sadar posisi bahwa Hyunjin, mungkin akan menangis, atau bahkan menggulung diri seperti anak kecil yang merajuk, jika ia oleng sedikit saja.

Minho meringis, bayangan itu, buruk sekali-namun ia tersenyum samar, membuat lawan duduk melirik dan menegur pelan dengan dehaman kasar, "Kenapa, Min?"

Bahu Minho mendadak tegap dan duduknya tegang sembari tangannya melambai, beri sinyal bahwa tak ada yang salah. Kemudian mereka sibuk dengan menu pesanan sebelum berkelana dengan pikiran masing-masing untuk beberapa waktu yang membuat Minho tak nyaman, gusar sebab termakan suasana di tengah keramaian. Lalu Minho menarik napasnya, melirik Chan yang kini tengah bermain dengan smartphone, mengetik pesan, atau apapun, ia tidak penasaran.

"K-kak?" Chan menoleh, menyelipkan benda di tangan ke saku celana lalu menarik bangku, tatap Minho dengan alisnya yang naik. "Kamu mau bicara apa?"

Minho melihat Chan yang tampak tersenyum sembari menunduk. Ibu jari lelaki itu mengitari bibir cangkir, sebelum manik coklatnya lurus hunus Minho yang tengah tunggu jawaban.

"Kamu pacaran dengan Hyunjin?"

Kaku anggukan Minho beri. Sudah dua bulan Minho dan Hyunjin menjalin kasih, tak mungkin rasanya Chan tidak dengar kabar tersebut, basa-basi. Chan diam lagi, Minho sangsi.

"K-kakㅡ"

"Aku putus dengan Seungmin."

Kelopak Minho mengerjap, salah tingkah hingga bibirnya terbuka. Ia menarik cup lattenya ke depan dada, disesap dengan terburu hingga Chan kembali sambung kata, "Guess we are not meant to be together." Kedua mata mereka bertemu. Tidak lama sebab Chan alih pandangnya, sementara Minho bertahan dengan gabungan emosi yang datang tiba-tiba.

PRANKSTER.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang