12.

877 145 38
                                    

Put your hand in mine

You know that I want to be with you

all the time 

.

.

.

.

Seharian kemarin Hyunjin tidak dapat temui kekasihnya. Jam istirahat, Minho ada rapat, Hyunjin pun pulang sekolah harus ada latihan bola yang tidak dapat terlewat. Hyunjin sudah keluar dari keanggotaan dance, tidak piawai, akhirnya ikuti ekskul bola yang lebih ia dikuasai.

Satu hari tidak bertemu, Hyunjin sudah lesu. Libur akhir pekan masih beberapa hari lagi. Ingin ajak kencan, mana sempat jika jadwal mereka padat begini.

Ia tidak bisa berangkat sekolah dengan Minho. Ia selalu bangun (hampir) terlambat, pula alamat mereka beda jalur, jauh, tidak sempat.

Jadinya pulang sekolah hari ini Hyunjin yang kebetulan kosong agenda, ajak Minho untuk pulang bersama. Ia berdiri rusuh di tegak, sesekali melongok ke segala arah sebab rindunya sudah memuncak. Bertukar pesan, tidak cukup hapus kejemuan. Inginnya bersua, lebih lama!

"Hyunjin!"

Minho berlari kecil dengan senyum kotaknya, bahkan dari jarak lima meter Hyunjin bisa lihat gigi taring pemuda itu mengintip.

Pergelangan ranting Minho langsung dipegang, ia seret untuk dapat dekap tubuh yang lebih tua dengan kencang. Mukanya menyusup di ceruk leher Minho, menghidu aroma sampo yang masih betah balut rambut lelaki itu. Sementara Minho, menegang dengan pipi memanas sebab tindakan Hyunjin yang tiba-tiba, mana pula mereka masih di seputaran sekolah, bahaya! Jadi buah bibir warga SMA, Minho tidak begitu suka.

Tapi biarlah, barangkali Hyunjin sedang lelah.

"Kangen." Satu kata itu buat Minho terkekeh geli sebelum usaikan rengkuhan Hyunjin. Helaian surai gelap yang kenai dahi si kekasih, Minho sampirkan ke tumpukan rambut lainnya, mengusapnya dengan pelan dan kembali pertemukan mata mereka.

"Ayo pulang?"

"Naik bus, mau?"

Minho mengerjapkan kelopaknya heboh dengan bahu dinaikkan, hidungnya mengerut, tapi kedua sudut bibirnya naik, matanya menyipit sebelum jawab, "Mau mau!"

Hyunjin mengusak kepala Minho gemas. Ingin terjang dengan ciuman jika tidak sadar mereka masih di keramaian.

Hyunjin ulurkan telapaknya yang terbuka. Minho tertawa kecil, mengerti akan sinyal yang diberikan dan taruh satu telapaknya di atas milik Hyunjin yang kemudian digenggam erat. Mereka melangkah berdampingan dengan kepalan tangan yang digoyang-goyangkan, sembari bercakap ringan.

Sudah di dalam bus, tentu mereka duduk bersebelahan. Tanganpun masih saling genggam.

Hyunjin keluarkan earphonenya, menghidupkan musik dan ia sampirkan satu bagian ke telinga Minho, dan satu lagi di telinganya.

"Biar kayak di drama-drama."

Minho tertawa, tapi tidak protes apa-apa. Ia ikut dengarkan lantunan lagu yang Hyunjin bunyikan, sesekali ikut bersenandung dan menggumamkan lirik lagu tersebut dengan pelan.

Hyunjin terkesiap saat sebelah bahunya memberat, tahu penyebab, Hyunjin jadi makin gagap. Minho sandarkan kepala, itu serangan tiba-tiba! Ia kulum senyum sambil menghadap lain arah, terlalu berbunga-bunga.

"Aku suka lagunya." Minho bersuara.

"Aku juga suka."

"Lagunya?"

"Suka kamu."

Gombalan Hyunjin buat mereka saling tertawa geli. Sebelum itu bahkan Minho sempat pukul paha Hyunjin dengan kuat, tidak terbiasa dengan rayuan kuno yang semakin berani, tapi juga berhasil buat mukanya memerah tidak terkendali.

"Sudah mau sampai, Hyunjin."

Hyunjin tundukkan kepala, lihat Minho yang sedang kerucutkan bibirnya. Tampak rasakan yang sama dengan apa yang Hyunjin tengah rasa.

Keduanya turun di halte tujuan. Pegangan tangan mereka yang perlahan dikendurkan Minho, dikepal erat lagi oleh Hyunjin sesaat bus lainnya datang.

"Ayo!"

Minho ligat tarik kembali tangan mereka. "Mau kemana?"

"Ke sekolah. Jemput motorku."

Mata si kakak kelas mendadak sebesar pingpong. Merasa bingung dengan keadaan, tapi tak sempat menolak karena tenaga besar si jangkung sudah bawa ia naik ke dalam bus. Mereka duduk di bangku paling belakang, selebihnya sudah penuh penumpang.

"Kamu bawa motor?"

"Bawa."

Pelupuk Minho menyipit dengan tatapan sengit. Ia tidak bisa berkata-kata, jadi mimik wajah yang ia wakilkan sebagai tanda Hyunjin untuk menjawabnya.

"Iseng. Biar pulang barengnya lebih lama. Kalau naik motor bolak-balik, bensinnya keburu habis."

Hyunjin garuk-garuk dahi, sedikit cemas Minho akan memarahi. Sang kekasih gelengkan kepala, kehabisan kata. Kemudian ia membuang muka ke seberang, mulutnya maju sebagai bentuk sedang berang. Namun kalimat berikutnya malah buat mereka saling senyum dalam diam dengan pegangan tangan yang mengencang,

"Yasudah nanti habis ini, kita naik bus lagi. Baru jemput motor."

°˖✧◝✧˖°

Beberapa hari ini lagi sedih. Kalau feel gemesnya nggak dapet, maafin aku.

PRANKSTER.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang