7.

957 169 61
                                    

Whether if you like me or not, 

I wonder until my mind goes insane

Please tell me how you feel. 

.

.

.

.

Pelajaran usai, Hyunjin langkahkan tungkai gencar ke parkiran, takut-takut jika Minho sudah duluan. Ia lempar tatap ke kiri-kanan sembari menyugar rambut gelapnya yang berantakan.

Punggung ia sandarkan di body motor besar kebanggaannya, tak lupa selipkan dua tangan di saku celana.

Sembari pandangi lalu lalang siswa di hamparan, Hyunjin dapati seseorang yang kini menatap lurus ke arahnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kamu yang tadi pagi, bukan?"

Hyunjin terkesiap dan hampiri sang lawan. Ia tundukkan singkat kepalanya dengan sopan.

"Di koridor, ya? Iya, saya. Maaf, saya malah main pergi." Ia berujar sambil garuk tengkuk dan senyum kikuk. "Kamu ada yang luka?"

Yang ditanya, geleng kepala. "Nggak ada, kok. Iya, nggak apa-apa."

Hyunjin ulurkan tangan yang langsung di balas oleh sang lawan.

"Hyunjin."

"Jeongin."

Setelah itu mereka saling tarik tangan hingga genggamnya lepas. Mereka berbasa-basi tentang hal-hal sederhana dan jurusan kelas. Hyunjin ketahui lelaki di depannya satu jurusan dengannya, namun dengan pembagian berbeda. Hyunjin C, lelaki itu A. Badannya lebih rendah, ramping dan saat tersenyum, lesung pipinya menyembul. Mukanya terlalu muda, Hyunjin bahkan kira lelaki ini pasti berusia di bawahnya.

Melihat sosok lucu itu, Hyunjin seketika teringat si kakak kelas pencuri atensi Hyunjin yang sudah lebih dari seminggu.

Kak Minho di mana, ya?

Beberapa menit berselang, Jeongin ijin undur diri, Hyunjin anggukan kepala lalu berucap, "Sampai nanti". Dari pembicaraan singkat mereka, Hyunjin simpulkan Jeongin cukup banyak kesamaan dengannya. Lelaki kecil itu gamblang bicara, memudahkan hari pertama mereka yang tak terduga dengan akhiran harapan untuk bersua lagi di kemudian harinya.

"Boo!"

Hyunjin tersentak hingga teriak tertahan lolos dari bibirnya. Balik badan, lalu elus dada saat lihat seseorang di hadapan. Menyengir lebar hingga kelopaknya membentuk garis cantik menggemaskan. Kalau begini, Hyunjin tidak bisa marahi.

"Sudah lama?" Tanyanya.

"Nggak, kak. Saya baru tiba."

Minho meremat pegangan ranselnya sembari kulum senyum. Bergerak hindari Hyunjin yang sudah di atas tungganganㅡmemundurkan untuk keluar dari padatnya barisan kendaraan.

Hyunjin julurkan pelindung kepala cadangan. Namun lihat Minho kesusahan lepaskan pengait di tangan, Hyunjin tawarkan bantuan. Hyunjin pasangkan helm tersebut di kepalanya. Mereka adu pandang, kemudian saling buang. Hyunjin terlihat hidupkan mesin motor dengan tergesa. Sementara Minho yang canggung naik ke bangku di belakang, namun tak bisa indahkan jentik merah yang menjalar di pipi hingga telinga.

°˖✧◝

Di sepanjang jalan, mereka berceloteh ringan. Hyunjin banyak bertanya, Minho jawab dengan suka cita. Kecepatan motor Hyunjin kurangi dari biasanya, enggan terlalu cepat sampai sebab ingin rasakan Minho masih di belakangnya. Tidak ada rangkulan mesra dan sandaran di bahu, namun di saat Minho tergelak akan lolucon kecil darinya saja sudah dapat buat hati menggebu.

Hyunjin ingin putarkan lagi jalan mereka ke jalur berbelit, tak masalah berapa kilometer lagi dan jika tangki minyak sekarat. Tak rela ia terima kebersamaan mereka usai sebab halaman rumah Minho telah dicapai.

Pergelangan tangan Minho ditarik pelan. Pengait dilepas, kepala Minho dibebaskan. Surainya tanpa permisi Hyunjin rapikan. Setelah itu kembali Minho diserang dengan senyuman.

Hyunjin lihat si lelaki di hadapan yang terpaku berdiri, salah tingkah dan tak enak hati. Takut-takut dianggap lancang dan buat Minho tak nyaman.

"Maaf kak. Rambutnya tadi berantakan." Cengiran Hyunjin polos, hingga kekehan Minho pun lolos.

Malu-malu Minho usap kepalanya sendiri dan mundurkan kaki. Ia toleh kanan-kiri, sungguh tidak tahu mengapa atmosfer jadi janggal begini.

"Mampir ke rumahku dulu?"

Ajakan Minho tampak jadi pertimbangan Hyunjin. Ia melirik jam tangan sebelum kembalikan pandangan, "Boleh?"

"Boleh dong!"

Muka sang kakak kelas tampak begitu serius dengan ucapan. Pupilnya membesar dan bibir tipisnya masih melengkung lebar.

"Kalau mampir ke hati kak Minho, boleh?"

°˖✧◝✧˖°



PRANKSTER.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang