.
.
.
.
.
.
Minho tidak tenang di duduknya. Bibir tipis tersebut merapal kata teramat pelan pula ujung telapak kaki mengetuk lantai bus tidak beraturan. Ia menghembus nafas berat beberapa kali setiap kendaraan yang dinaiki berhenti, memohon dalam hati jikalau penghentian sudah tidak ada lagi. Gusar, waktu sudah tunjukkan sepuluh menit sejak jadwal lomba digelar. Lalu setelah berkutat dengan kegelisahan, Minho turun tanpa gerak dilambatkan. Ia terburu, kembali pinta semoga pertandingan tidak selesai dalam persekon waktu.
Leganya boleh dilepas sesaat tapakannya sampai pada stadion yang sudah dahulu ramai, tidak dapat bangku di muka, tak apa, Minho lihat di sisi barat masih banyak tempat sisa. Syal abu-abunya direnggangkan sesaat posisi ia akuisisi, lalu biarkan irisnya gulir ke kanan-kiri, mencari sosok yang jadi alasan Minho ricuh datang kemari.
Hyunjin di sana, berlari di lapangan menggiring bola yang kini sudah direbut rivalnya. Minho tidak tahu siapa, fokusnya hanya pada sang kekasih yang tampak begitu menawan walau bajunya basah oleh keringat, atau juga rambut hitam lepeknya yang diikat. Di setiap sisi orang-orang meneriaki, beri semangat pada jagoan-jagoan rumput hijau saat skor tampak saling mengungguli. 2-2. Bukan terbersit seketika niat yang sama mendatangi, Minho sebelumnya sudah berlatih untuk menjadi suportif terhadap sang kekasih. Dua kertas karton dan alat pewarna berserakan jadi korban, tergeletak tanpa ada pengorbanan sepadan. Minho akhirnya hanya datang dengan tangan kosong karena teramat sungkan. Minho rutuki diri terlalu pesimis hanya takut jadi bahan cemoohan, padahal nyatanya siapa yang tidak tahu mereka pacaran?
Ia dapat ide sederhana. Smartphone-nya harus berguna jikalau memang tidak ada lagi yang ia bawa. Nama Hyunjin ia ketik, hendak angkat tinggi-tinggi namun suara nyaring di bangku muka picu atensi.
"Hwang Hyunjin!"
"Hwang Hyunjin!"
Alis Minho bertaut, bertanya dalam hati siapa yang baru saja terdengar antusias meneriaki. Lehernya meninggi, netra memecah dan jatuh konsen pada tiga orang yang cukup akrab rupanya. Bias senyum ia toreh sesaat mereka jumpa pandang dengan dirinya, menunduk sopan sebelum kembali riuh dengan pertandingan di muka.
Sorakan tidaklah tabu mengingat Hyunjin yang populer. Kekasihnya sering berada dalam majalah dinding sebagai siswa pemilik rupa nyentrik dengan prestasi non-akademik. Pikirnya tidak mengapa sebelum Minho dapati seseorang yang baru bergabung dengan kumpulan murid di utara, membawa dua minuman kaleng pula atribut yang sama dengan kumpulannya. Reka diterka dalam kepala, Minho kenal itu siapa. Orang yang curi perhatian Minho saat tahu dua hari lalu Hyunjin pulang tak sendirian, pula tidak dengan Minho yang saat itu harusnya jumpai Hyunjin seusai latihan.
Yang Jeongin.
"Jeongin! Tadi teman Hyunjin titip ini. Nanti selesai tanding kasih ke dia, ya."
Sentimen menjadi-jadi, Minho hilang fokus dari gerak kekasih. Sorotan masih mengintip sesekali pada Jeongin yang mengambil satu ponsel karib di memori, punya Hyunjin, ia sudah tahu pasti. Ingin bergerak mintai barang itu, Minho agaknya tidak ingin dilabeli kekanak-kanakan, berlaku sok kenal hanya mentang itu milik si pujaan. Kembali, ia tarik diri.
Babak pertama sudah diakhiri, peluit wasit diiringi antusias Minho untuk turun jumpai Hyunjin. Ada minuman energi di tasnya, Hyunjin pasti butuh untuk tingkatkan daya tubuh di babak kedua.
Ia berlari kecil, membelah beberapa siswa yang semakin banyak jumlahnya. Hoodienya yang kebesaran benamkan Minho dalam langkah, hingga beberapa pasang mata juga tak gerah untuk cekikik dan berjengit gemas dalam duduk mereka. Kaki sampai di pinggir lapangan, meloncat pendek dengan tangan melambai minta perhatian. Hyunjin tidak kunjung peka, ia masih sibuk mengobrol dengan pelatih di ujung lapangan walau sesekali buang muka ke berbagai arah.
Apa aku terlalu kecil?
Tak putus asa, Minho melompat setinggi yang ia bisa hingga sekon kemudian ia dapat yang dipinta. Mereka melambai bersautan. Hyunjin sumringah sekali sembari usung langkahnya menghampiri si pujaan hati. Hyunjin naik ke tribun, tentu saja. Kemudian telapak besar Hyunjin menepuk pelan kepala Minho sebelum ubah menjadi elusan sayang saat mereka sudah berhadapan.
"Gemas banget. Aku dari tadi lihat kamu lompat-lompat, gemas." Pemuda itu mengusap tangannya ke permukaan celana, lalu bawa itu untuk tangkup pipi Minho yang terasa dingin dirasa. Gembil memerah sebab Hyunjin halus sekali perlakukan ia.
Tangan Minho menengahi aksi Hyunjin barusan dengan sodoran benda yang menjadi niat awal. Hyunjin terima itu dengan senyuman. Setelan Minho tidak henti menjadi tarikan Hyunjin untuk terus memandangi, kekasihnya di dalam sebuah Hoodie dan syal adalah kombinasi paling ampuh buat Hyunjin jatuh hati. Ingin simpan dalam pelukan, atau ia bawa saja ke lapangan agar kakak kelas itu tak luput dari pandangan.
"Kamu mau ya, aku masukin kantong?"
Kemudian Hyunjin meringis saat Minho dengan ancang-ancang memukuli.
"Sebentar lagi istirahatnya selesai. Kamu balik aja, Changbin kelihatan nyariin kamu, tuh!"
Minho tahu saja Hyunjin dengan rengekan khasnya. Tidak main-main sebab sang kekasih menarik-narik ujung bajunya dan kaki menghentak tidak terima, "Masih mau sama kamu..." Jurus jitunya hanya beri Hyunjin-nya usapan pelan di pipi, lalu kecup bibㅡ mana mungkin ia lakukan itu di stadion terbuka? Kecuali jika Hyunjin yang saat ini dengan gamblang curi kecupan di ujung hidungnya, tipis sekali namun berhasil buat beberapa mata membelalak tidak percaya.
Minho rasakan malu sampai di ujung kepala. belum lagi dengan intensitas perhatian dari orang-orang seakan hakimi tindakan mereka. Namun Minho coba bawa tak pusing, terlebih saat dua mata yang baru saja menyintas, menunduk saat jumpa adu netra, sorotan yang Minho kenal maknanya.
Ujung birai terangkat, puas bahwa sampai Hyunjin tiba di lapangan pun pemuda yang hendak beri telepon genggam kekasihnya hanya dapat terdiam, melamun, atau bukan Minho tidak perduli, sebab ia temu jawaban bahwa ada yang menaruh hati, dan Minho menang kali ini.
✧*。Missing hyunjin 172829219271717 and hyunho 1627282726717 MAU NANGEEEESSSSS
Kritik dan saran pls kalau ada aja
Btw aku bawa fluff chapter ini aja soalnya besok sudah mulai kembali perang badar
KAMU SEDANG MEMBACA
PRANKSTER.
FanfictionMinho is just confused by his junior。 Top Hyunjin, Bottom Lee Know. Hyunknow' story written in Bahasa. (Pictures belongs to the rightful owner.) ㅡ cj.