Keyla Bintania
Hensa Januar (Jay)
Sembilan dari sepuluh orang yang gue temui di sekolah selalu menanyakan satu hal ini "Kenapa suka sama Jay?" ya karena dia ganteng, apa lagi. Tapi itu bukan jawaban yang sebenarnya.Memang jika kita dekat dengan seseorang dapat disimpulkan begitu saja kalau kita saling suka, tidak kan? Sebenarnya gue pun bingung, kenapa mereka sampai sekarang tidak mengoreksi pertanyaannya menjadi "Lo suka sama Jay ya?" sekiranya itu lumayan enak untuk didengar telinga.
Oke ... jadi tentang Jay dan gue atau sebaliknya, alasan kenapa gue selalu mengganggu kehidupan seorang Park Jongseong, jawabannya hanya satu, sekedar obsesi gue yang suka menjahili orang. Kalau tentang rasa, gue kesampingkan satu hal itu dulu. Nyatanya, sampai sekarang gue sama sekali belum tahu jawaban dari teka-teki itu.
---Detener--
Manusia membutuhkan setidaknya dua ribu kalori sehari untuk bertahan hidup. Kalori itu tergantung usia, jenis kelamin, tinggi dan berat badan. Tapi makanan seperti permen dan air putih apa mengandung kalori di dalamnya?
Satu pertanyaan itu terus berputar pada otak gue hingga kini. Berpikir sembari ditemani dua bungkus kopiko dan satu botol air mineral dingin yang sudah mulai mengembun karena terik matahari.
Bagaimana kebutuhan kalori gue hari ini bisa terpenuhi jika matahari sudah condong ke samping tapi gue baru makan roti dan susu tadi pagi saja.
"Gue tuh laper ya Jake, masa lo kasih permen doang." lelaki di depan gue terkekeh kemudian menepuk bahu milik gue. Ia mendudukkan dirinya di bangku panjang depan gue kemudian. "Kantin tutup La. Makan aja yang ada."
"Lo satu spesies sama Bunda gue tau nggak. Adeh, gue tuh laper." gue melirik satu per satu anak yang ada di bangku sebelah. Lelaki yang sibuk dengan laptopnya dan perempuan berkaca mata bulat yang membaca teks.
"Anak basket latihan?" Yuna gue lihat mengangguk-anggukkan kepala, membuat gue menarik satu jaket maroon milik gue kemudian bergegas pergi ke lapangan belakang sekolah. "Gue kesana bentar. Memenuhi nutrisi. Kalau butuh, jangan panggil gue, Jake aja."
Gue melangkah keluar kelas, mulai menuruni lantai per lantai hingga tepat pada lantai dasar. Tapi gue lihat dari anak tangga terakhir, tepat pada depan mata gue, gue lihat Jay membawa bola basket nya hendak menutup gudang olahraga, sepertinya ia disuruh mengambil bola itu.
Gue bersenandung kecil, mendekati lelaki itu hingga gue bisa lihat wajah dia sedikit.
Hadeh ... kenapa makin ganteng aja.
"Ganteng banget! Ayo balikannn!"
"Anjir, siapa?" lelaki dengan jersey basket itu bisa gue rasakan dari bahunya, dia tersentak kaget, satu bola basket menggelinding dari tangannya entah kemana. "Heh! Lepasin!"
"Keyla kan?" gue semakin mengeratkan pelukan gue. Menenggelamkan kepala pada bahu miliknya hingga nafas gue sedikit sesak, tapi bisa gue hirup aroma parfum vanilla miliknya yang semakin menguat karena jarak.
"Lepasin!" gue mengerucutkan bibir. Masih tak berhenti berusaha untuk menetap pada posisi ketika Jay menarik badan gue paksa. "Ih ... bahu lo kok makin lebar."
"Anjir, gue kayak digodain tante-tante. Lepasin cepetan!" gue menggeleng di bahunya. "Bilang iya dulu."
"Iya apa?"
"Iya aja, ayo." gue dengar lelaki itu berdecak kemudian melangkah walau agak kesusahan karena gue masih di belakangnya. Huftt ... keras kepala banget. Padahal cuma bilang iya aja apa susahnya. "Iya?"
"Nggak!" gue mendesis, terdiam cukup lama sembari mengikuti langkah pelan lelaki itu. Hingga satu suara membuat gue mendorong lelaki Jay itu menjauh.
"ANJIR KEYLA LO NGAPAIN?! GUE ADUIN BUNDA YA!"
START..
KAMU SEDANG MEMBACA
Detener | Jay
Teen Fiction"Gue pernah denger katanya 'Hugs make everything better' jadi, ayo sini gue peluk?"