Gue duduk di tempat duduk berbahan semen dekat pos satpam depan perumahan tanpa berniat masuk ke dalam. Alasannya yaitu gue sedang menunggu kakanda gue itu datang agar bisa ke rumah bersamaan. Sebenarnya ini contoh aktifitas simbiosis parasitisme, dimana gue sebagai pihak yang dirugikan di sini.
Gue harus menempuh jarak hingga 5 kilometer untuk pulang ke rumah dan Bang Heesung dengan enaknya ngadem di dalam mobil dengan pacarnya. Katanya "Gue nggak mau lo ganggu, jadi pulang sendiri ya Dek hari ini."
Halah, gue malas banget sama aksen lembutnya itu. Dia tahu Bunda sedang di rumah dan memungkinkan untuk dia dimarahi jika tidak datang berasa dengan gue, pasalnya gue tadi pagi terserang penyakit influenza mendadak yang membuat bunda semakin protektif.
Ting!
Heesung sialan! : Bentar lima menit nyam...
Bundanya Jay : aduh ... maaf ngere...Alis gue kontan menaik, tumben sekali. Chat terakhir gue dengan bunda Jay itu sekitar satu tahun yang lalu dan itu masih gue simpan karena gue terlalu malas untuk membersihkan chat yang menyedot kapasitas penyimpanan terlalu sedikit. Urusan tentang Heesung bisa diselesaikan nanti saja, gue memilih membuka roomchat dengan calon Ibu mertua gue dulu.
Bundanya Jay
|Lala, maaf ganggu
|Jay lagi sakit di rumah, terus Bunda mau ke kantor tapi Jay nggak ada yang jagain.
|bisa jagain nggak La?
|aduh ... maaf ngerepotin. Kalau nggak bisa nggak papa, bilang aja.Aduh, ini mah bisa, bisa banget malah. Kalau nggak bisa pun harus dibisa-bisain.
Iya bisa kok Bun|
Nggak ngerepotin kok|Gue menutup roomchat setelah membalas pesan yang dikirim dua jam yang lalu itu. Tak lama handphone gue bergetar lagi membuat gue menghela nafas kesal.
|Maaf ya, jadi ngerepotin
|Entar kalau bunda pulang, Bunda bawain kue coklat
|Jay belum makan siang, buburnya udah bunda siapin diatas kompor tinggal hangatin aja.Okey dokey Bun|
Gue tersenyum kemudian membuka satu roomchat yang belum gue sentuh sejak kemarin malam. Gue mengetikkan pesan disana sebelum akhirnya melenggang pergi ke halte bis terdekat.
Heesung sialan!
|Maaf orderan saya tolak.
|Ada tugas negara yang harus dikerjakan :)Pangeranku gue berangkatttt.
***
"Jay masuk ya gue?" bisik gue.
"Iya La masuk aja."
"Oke makasih." gue masuk ke dalam kamar berpintu hitam itu setelah membalas ucapan gue dengan pelan, menutup pintunya kemudian meletakkan satu tas pada lemari yang hanya sebatas perut dan melepas almamater. Gue melirik ke sebelah ranjang yang dipenuhi satu manusia tengah tidur menunggungi gue dengan selimut yang menutup hingga matanya.
Gue menarik sudut bibir hingga benar-benar menaik. Gue membuka pintu kemudian menutupnya sampai suara dentuman pintu menggema. Gue melirik ranjang lagi, tapi tetap tidak ada aktifitas di sana.
Oh ... tidur beneran.
"Bunda nggak salah orang?"
Eh.
Suara bisikan itu tertangkap pendengaran gue. Membuat gue membalikkan pandang kearah lelaki itu lagi. Selang satu menit, pemuda yang berebah santai di kasur itu merotasikan kepala. Tetapi ketika melihat raga gue di depan pintu dengan lengan tersender untuk menyangga tubuh, lelaki itu berdecak kemudian membuang mukanya. "Bunda Kakak tuh sakit, kenapa malah dikasih malaikat maut sama Bunda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Detener | Jay
Teen Fiction"Gue pernah denger katanya 'Hugs make everything better' jadi, ayo sini gue peluk?"