Bag 34 Sapu Jungkook

338 39 11
                                    

Kalian ini bener-bener Deh.... Masa yang mau jawab cuman satu :(  (itupun masih salah) .... Tapi okelah... Karena ini perayaan 100k (lebih dikit) dan hadiah tahun baru. Aku lagi seneng-senengnya.. Aku berbagi kebahagiaan... Hihihi...

----------||----------

"Hey mesum!!" Panggil seseorang ketika aku berjalan menelusuri lorong asramaku sesudah makan malam. Aku tahu itu panggilan ditujukan kepadaku dan siapa yang berani memanggilku seperti itu. Tapi tak kuperdulikan, tetap melanjutkan perjalanan. "Tuna rungu juga kau ternyata!" Teriaknya sedikit terengah-engah. Dia mungkin berlari untuk mengejarku. Kupercepat langkahku, malas berbicara dengan orang payah seperti dia. Buang-buang waktu.

"Aduh sakit!" Gaduhku kesakitan, saat tangan seseorang dengan keras mencengkram lenganku.

"Salah siapa pura-pura tak mendengarku?" Tanyanya tanpa rasa bersalah.

"Mesum bukan namaku! Dan lagi bukankah kita tidak saling mengenal? Lalu apa yang kau lakukan sekarang? kita sudah tak punya urusan lagi! Aku tak mau lagi mengajarimu!"

"Heh! Siapa juga yang mau diajarin sama guru gila hormat kek kamu, mesum lagi! Nggak sudi!"

"Terus ini?" Tanyaku sambil menunjuk tangannya. Aku lupa badannya kekar, sekuat apapun aku tak mungkin bisa melepasnya.

Jungkook menghela napas panjang, tangan kirinya menyodorkan tas punggungnya. Ternyata dia menunjukkan serpihan-serpihan sapunya tadi. "Kamu harus tanggung jawab! Sapuku hancur lebur!"

"Daripada badanmu yang hancur lebur! Lebih baikkan!?"

"Kamu paham tidak?! Kita hanya punya satu sapu selama sekolah di sini! Ini buruk! Bagaimana dengan nilai-nilaiku nanti?! Bagaimana aku mengikuti pelajaraan terbang jika aku sudah tak punya sapu?" Tanyanya, "kamu harus tanggung jawab titik!"

"Hey! Aku menyelamatkan nyawamu! Lagian biasanya juga kamu mendapat nilai nol, mendapat nilai nol lagi di pelajaraan ini bukan masalah besar'kan?" Ledekku. Kukira Jungkook akan marah-marah kuhina seperti itu, lalu dia pergi begitu saja. Tapi raut wajahnya yang berubah sedih membuatku menjadi merasa bersalah.

"Iya, aku memang payah! Tapi apa aku tak punya kesempatan untuk belajar? Aku akan belajar lebih giat lagi! Lebih giat lagi! Aku juga mau seperti murid yang lainnya," katanya dengan suara parau menahan tangis.

Aku menghela napas pelan.

"Baiklah, akan kubantu! Berhentilah cengeng! Aku paling tidak suka melihat orang menangis!"

"Aku tidak menangis! Lihat baik-baik aku tidak mengeluarkan air mata!" Belanya. Aku mengedikkan bahu cuek.

Aku yang sudah menariknya ke dalam masalah ini. Aku yang membohonginya mengaku sebagai utusan sumur keramat. Bila hal itu tak kulakukan mungkin sapunya masih utuh.

"Ayo kita ke Pak Kim Ju Young," ajakku yang dianggukinya. Arah jalanku yang semula menuju kamar asrama berubah menuju ke belakang menara, ke asrama guru.

Jarak antara asrama Merapus dengan asrama guru bisa dibilang jauh. Kami harus melewati asrama Bromies, gedung perpustakaan dan lapangan belakang.

Aku memimpin perjalanan di depan, Jungkook mengekor di belakang. Setelah beberapa saat akhirnya kami sampai di depan asrama guru yang berwarna abu-abu.

Asrama guru ini terdapat empat lantai. Lantai pertama hanya aula besar yang memiliki beberapa kursi. Kamar-kamar guru ada di lantai dua hingga empat. Sebenarnya aku juga tak tahu kamar asrama Pak Kim Ju Young itu sebelah mana bahkan keberadaannya sekarang pun tak tahu. Tapi bukankah ini jam-jam santai di asrama?

Baru kami menginjakkan kaki memasuki aula asrama. Sapu terbang yang entah darimana menghadang  kedatangan kami. Sapu itu sedikit patah di bagian atas. Siapa empunya?

Bangtan MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang