"Ketemu!" Seru seseorang.
Mataku membulat tak percaya ketika tubuh seseorang muncul di depanku setelah menyibakkan jubahnya yang tak lain adalah Seongjung. Sepertinya murid dengan peringkat dua juga mendapatkan jubah penghilang.
Aku menelan ludah dengan susah payah. Jantungku berdetak berkali-kali lipat sekarang. Dua kata dalam otakku sekarang.
Mati aku!!!!
Aku berusaha keras melepaskan tanganku dari cengkeramannya. Tapi apalah dayaku, tenaga Seongjung lebih kuat dari yang kuduga. Matanya menyala-nyala menatapku seperti singa mau mengunyah badanku mentah-mentah.
"Siapa yang menyuruhmu ikut campur hah??" Teriaknya lalu membanting tanganku dengan kasar. "Kamu belum tahu berurusan dengan siapa??!!" Serunya penuh amarah, kelopak matanya membesar duakali lipat.
Kakiku seperti membeku melihat amarahnya. Mantera-mantera yang kuhafal semalam rasanya lari semua dari pikiranku ketika mendengar geramanannya.
Kaki Seongjung melangkah maju, membuatku semakin mempererat di tembok. Entah kenapa aku tak kuasa menyeret langkah kakiku untuk bergeser ke kanan atau ke kiri yang jelas lebih lapang. Dan kenapa keadaan lorong ini sepi sekali dengan murid. Tak ada satupun murid lain yang menampakkan batang hidungnya.
Hei!!!????
Apa benar jumlah murid di menara ini ratusan?! Kemana mereka semua??? Ini jam istirahat bukan jam pelajaran! Ini sungguh menyebalkan!
"Apa pelajaran pertamamu hari ini?" tanyanya dengan intonasi tinggi. Aku menaikkan satu alis bingung dengan pertanyaan, tak mengerti hubungan pelajaran dengan peristiwa sekarang. "Menerbangkan benda 'kan?" tanyanya ketus sambil menggoyangkan tongkat ke arahku dan membuatku melayang. Otakku menerka-nerka apa yang akan diperbuatnya. Apa dia akan menjatuhkan badanku dari lantai dua ke bawah? Dia akan membunuhku??
Seongjung membalikkan badannya lalu berjalan ke arah kelas sambil membawaku yang melayang bersamanya.
Aku menggerakkan badan untuk keluar dari sihirnya. Tapi nihil tak berhasil!! Bagaimana mantera turun? Aku belum pernah mempelajarinya. Sekarang aku menyesal mengabaikan saran Rapmon.
Seongjung menjatuhkan tubuhku saat dirinya dan aku sudah berada di dalam kelas. Aku langsung berdiri, menatap tiga orang lainnya di dalam kelas, termasuk murid malang itu. Ahh, sepertinya posisi malangnya sebentar lagi akan pindah kepadaku.
"Oh ini orangnya," ucap teman Seongjung sambil memperhatikanku dengan seksama. Aku membalas tatapannya. Jujur saja, dengan kalimatnya barusan aku meyakini bahwa mereka memang sedang menungguku. Aku merasa mereka seperti menjebakkku. Jangan-jangan keadaan lorong menjadi sepi juga ulah mereka.
Mataku menatap mereka secara bergantian yang masih memperhatikanku. Aku tak tahu apa yang harus kuperbuat, aku hanya berharap bel masuk menyelamatkanku.
"Woahh,, pacarmu manis juga ternyata," cicit temannya yang lain sambil menepuk pundak pria berponi itu.
"Begitu cintanya dia sampai menjadi pahlawan kesiangan untukmu," tambah Seongjung disusul gelak tawa dari mereka.
Cih!!
Emang siapa yang pacaran sama pria ini? Kenal juga tidak!!
"Ooouuhh... kalian sangat manis sekali," cicit Seongjung lalu memberikan ekpseri sok imut yang membuat perutku ingin muntah. Tangan Seongjung terulur membelai rambutku dengan spontan aku menepis tangannya dengan kasar, menatapnya tajam. Kedua teman di belakangnya cekikikan ketika melihat peristiwa barusan.
Aku baru sadar perlakuanku bisa tambah menyulut amarahnya. Hei! Itu gerakan spontan. Tapi aku tak berniat minta maaf atau menjelaskan kepadanya.
Kukira Seongjung marah dengan perlakuanku tapi sebaliknya aku melihat senyuman kecil lolos dari bibirnya. Entah kenapa firasatku merasa keadaan akan menjadi lebih buruk.