Bag 38 Racun

132 8 1
                                    

"Masha," Panggil seseorang ketika aku sedang berjalan menuju kamar asramaku. Aku menghentikan langkahku dan berbalik, aku sangat mengenal pemilik suara ini. Sekitar sepuluh meter berdiri badan Hobie di sana, "Bisa bicara sebentar? " Tanyanya, raut mukanya berbeda 180 derajat daripada yang terakhir aku bertemu dengannya tadi. Aku menganggukkan kepala. Dia memberi kode untuk aku mengikutinya. Spontan aku berjalan kearahnya, dan kami berjalan beriring-iringan. Suasana asrama mulai sepi, karena ini sudah pukul setengah delapan malam. Wajar saja, setengah jam lagi jam malam.

Dan disinilah kami berdiri di dermaga danau Agharti dengan lampu yang remang. Tapi kami berdua hanya berdiri berhadapan tanpa ada sepatah kata apapun yang keluar. Hobie berdiri dengan gelisah seperti menimbang-nimbang sesuatu.

"Kamu mau bicara apa? " Tanyaku memulai duluan. Mau tak mau. Kalau sampai adegan ini berlanjut sampai jam malam pun dia akan diam terus.

"Emm,,,, " Perkataannya menggantung di udara. Aku menggigit bibir dengan gemas. Ingin sekali meneriakinya bahwa dia tak punya banyak waktu! Tapi aku hanya bisa diam, hubungan pertamanan kami sedang tidak baik, aku tak mau memperkeruhnya.

Aku melirik jam dinding besar di asrama, memberinya kode. Sepertinya Hobie juga memahami.

"Aa-aaku minta maaf, " Ucapnya lirih sambil menundukkan kepala, "tadi pikiranku sedang keruh, jadi aku tak bisa berpikir dengan jernih, seharusnya aku tak memarahimu seperti tadi, " Ucapnya masih menundukkan kepala. "Aku minta maaf," Ucapnya lagi.

"Iya Hobie, aku juga minta maaf, " Balasku, entah kenapa aku merasa lega mengetahui bahwa akhirnya pertemanan kita terjalin lagi. Hobie mengangkat kepalanya, kami saling pandang dan mulai tersenyum.

"Oh ya satu lagi," Ucapnya dia menelan ludahnya seperti menimbang-nimbang sesuatu, "aku sudah mencari informasi tentang Suga hyung." Entah kenapa telingaku seperti terbuka lebar mendengar nama Suga. "Sugahyung diracun sebelum jatuh," Ucapnya. Ahh kalau itu aku sudah tahu, "itu racun langka yang sangat mematikan, bisa membunuh korban dalam beberapa menit, sejujurnya aku sedang mencari informasi siapa yang téga meracuni Sugahyung, kamu tahu?" Tanyanya, aku hanya bisa menggelengkan kepala dan itu membuat Hobie membuang napas berat.

Teng tong teng tong.

Jam menunjukkan pukul delapan, jam malam sudah berbunyi, asrama sudah sepi, tak ada murid yang berada di luar asrama selain kami berdua.

Aku melirik sekilas Hobie yang acuh tak acuh dengan lonceng yang berbunyi. Aneh saja seorang Hobie dengan setenang itu masih berdiri di sini.

"Aku juga sudah mencari tahu ramuan obat yang bisa menyembuhkan Suga hyung, " Hobie melanjutkan pembicaraan lagi, tidak menggubris dengan peraturan.

"Obat apa?"

"Ini adalah buku ramuan,"ujar Hobie sambil mengulurkan buku itu.

Tanganku menerima buku itu, tangan Hobie membuka halaman yang sudah dilipat. Sengaja menunjukkan halaman itu kepadamu. Aku mulai membacanya, namanya Racun Wisat. Nafasku terasa tercekat ketika melihat gejala Racun Wisat. Gejala tersebut sama persis dengan apa yang dialami Suga, aku yakin betul karena aku mengingatkan betul memori malam itu.

Racun Wisat adalah racun yang sangat mematikan. Racun akan menyebar dengan cepat ke organ tubuh dan orang yang terkena dalam hitungan menit bisa meninggal. Obat racun Wisat baru ditemukan dua, bunga Jayakusuma dan sisik ular Naba.

"Bunga itu sangat langka di bumi  karena hanya mekar dimalam hari," Ujar Hobie.

"Ya aku sudah tahu, ibuku memiliki bunga tersebut meskipun belum mekar sampai sekarang, dia penggemar bunga," Jawabku sekenanya.

"Di situ tertulis membutuhkan sebelas bunganya, sepertinya akan sangat susah padahal Sugahyung sedang kejar-kejaran dengan racun untuk hidupnya."

"Terus maksudmu kamu akan mencari obat yang ini?" Tanyaku sambil jari telunjukku ke kalimat sisik ular Naba. Hobie menganggukkan kepala mantap. "Tapi kita harus mengirimkannya ke bumi."

Bangtan MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang