Sebenarnya pengen besok, tapi entah kenapa aku pengen gas aja hari ini mumpung lagi selow dan gacor ni otak ngarang cerita Hehehe.. Please vote ya guys biar aku tambah semangat...
Happy Reading guys.. Bangtan Magic kembali menemani kalian, percaya nggak percaya sudah berbab-bab ngantri.
-----------||----------
Kakiku melangkah kembali ke asrama setelah makan malam, dari jauh mataku menangkap sosok seorang pria yang sedang berpangku tangan di sebelah kamar asramaku, yang membuatku menghela napas panjang. Tanpa pikir panjang aku langsung berputar kembali.
"Masha-sunbaenim!" Teriaknya. Ahh sial, dia sudah melihatku. Aku menghentikan langkah dan berbalik lagi, percuma menghindari. "Ini sudah 1 hari 1 jam 30 menit 15 detik dan kamu belum memberi kabar apapun!" Ucapnya. Cih, sampai dihitung detiknya.
"Aku membutuhkan waktu lebih lama untuk berpikir, jadi tolong dihargai dan dimengerti," Ucapku tegas lalu berjalan melewatinya, untunglah Jungkook hanya diam saja.
Aku membuka pintu asrama mendapati kedua temanku sedang sibuk dandan dan sudah berpakaian rapi sekali.
"Kalian mau kemana?" Tanyaku digelitiki rasa penasaran.
"Kamu tak lihat ada kunjungan cowok ganteng di depan?" Tanya Geni yang membuatku menghela napas panjang lagi.
Aku berjalan menuju meja belajarku, membuka bukuku, aku mengamati dan mempelajari sketsa watulawang yang aku buat. Aku pergi ke tempat itu untuk menyurvei bersama Hobie beberapa jam yang lalu. Dan kami menggambar batu serta mencatat di mana saja batu itu berada, karena ternyata batu-batu itu bercecer dimana-mana, bahkan di antara semak-semak. Totalnya ada 33 batu, pada akhirnya kami berhasil mengetahui semua tempatnya walaupun memakan waktu.
Geni dan Limy setelah selesai dandan langsung membuka pintu asrama. Tapi suara gaduh mereka tak berhenti disitu.
"Dia kemana si?" Tanya Geni.
"Apa kita kelamaan dandan?"
"Memangnya siapa yang mengunjungi kalian?" Tanyaku bingung.
"Itu Jungkook, tadi ada yang mengetuk pintu asrama, aku membukanya tapi refleks aja karena nggak terduga saja Jungkook datang ke kamar ini dan aku sedang dalam keadaan jelek aku tutup lagi pintunya. Aku dandan dulu gitu," Jelas Geni. "Limy yang tahu ikut-ikutan!" Lapornya aku hanya menggelengkan kepala mendengar cerita mereka, otak mereka isinya hanya pria saja.
----------||----------
"Aku sudah memantau dalam beberapa hari ini, setiap jam 7 malam, mereka bergantian patroli keliling watulawang, kalau kita menyicil langkah menyusun teka-teki di batu, kita akan ketahuan. Jadi satu-satunya jalan kita harus melakukan itu dalam hari yang sama," Terangku dengan bangga memberi penjelasan temuanku memantau beberapa hari.
"Kita akan melakukannya hari Rengganis atau Hari Rabu," Serunya. "Hari itu adalah satu-satunya hari kita pulang lebih awal, jadi kita bisa menyusun batunya lalu pergi ke hutan, dan di hari itu semua guru ada rapat mingguan." Jelas Hobie lalu dia mengeluarkan sebuah kertas dari dalam tasnya, sepertinya dia juga sudah memantau watulawang seperti ku sebelumnya, "setelah kita bisa membuka portal, aku akan masuk kedalam hutan lalu menemui ular itu," Serunya lalu membuka kertasnya, ternyata peta dimana ular itu berada.
"Aku sudah mengembalikan buku tentang hewan itu kepada Choi Sengku, dan buku lainnya tapi tetap aku mengambil ini." Serunya sambil menunjukkan kertas peta. Choi Sengku adalah guru pembimbing pelajaran tambahan hewan.
"Jadi kamu mencurinya?" Tanyaku dan di balas dengan cengiran lebar.
"Aku hanya meminjamnya secara diam-diam, seperti buku-buku kemaren, aku mengembalikannya lagi bukan?!"