Bel tanda istirahat kedua sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Istirahat kedua aku memilih mendatangi kelas Rapmon. Banyak sekali pertanyaan di pikiranku yang meminta jawaban darinya. Lewat papan pengumuman aku bisa dengan mudah menemukan di mana kelas Rapmon.
Aku menyandarkan diri ke dinding yang berada tepat di samping pintu kelas Rapmon sambil memperhatikan murid yang keluar satu persatu. Aku memang segera bergegas kemari, karena takut ketinggalan jika Rapmon duluan pergi.
Tanpa kusadari bibirku terangkat ketika melihat pria jangkung berada di antara barisan murid yang keluar kelas. Sama sepertiku, dia juga tersenyum saat melihatku. Aku langsung mengubah posisiku.
"Hei Masha-shi." Dia terlebih dulu menyapaku, "Kebetulan sekali, aku baru saja ingin menemuimu di kelas," tambahnya. Dia ingin menemuiku??
"Oh ya? Bagaimana kalau kita mencari tempat yang enak untuk ngobrol berdua," ajakku ketika melihat banyak sekali murid yang berkeliaran di sekitar kami. Aku tak mau ada yang mengganggu. Rapmon mengangguk.
"Aku tahu tempatnya," seru Rapmon lalu melangkahkan kaki ke sebelah kanan. Seperti bayangan, aku mengikutinya dari belakang.
Kami berhenti di salah satu balkon di lantai dua. Menara sihir ini unik karena mempunyai banyak sekali balkon. Dibanding balkon di lantai dua lainnya, di sini tempat yang paling tertutup karena ada pohon besar di depan balkon yang menghalangi. Tak bisa melihat pemandangan di bawah juga sebaliknya tak akan terlihat dari bawah kecuali jika kepalanya melongok dari pagar balkon ke bawah. Tempatnya sangat sepi. Tapi tempat ini paling pas untuk mengobrol.
"Dulu aku sering membuat puisi di sini Sha," curhatnya. Kepalaku hanya mengangguk malas. Tujuan utamaku mengobrol dengannya adalah menjawab pertanyaanku bukan mendengarkan curhatnya.
"Rapmon-shi, kau kemaren menghilangkan pengaruh hitam di badanku 'kan?" Aku mulai dengan arah pembicaraan. "Pengaruh hitam itu tadi ada lagi, apa kemaren kau hanya mengusirnya lalu dia kembali seperti penyakit yang terus kambuh?" tanyaku langsung keintinya. Aku juga ingin dia tahu bagaimana aku menilai pekerjaannya.
"Ahh itulah alasan kenapa aku ingin menemuimu," ucapnya. Lalu mengambil sesuatu dari kantung celananya kemudian mengulurkannya kepadaku, "Pengaruh itu akan terus muncul dan mengelilingimu selama ada orang yang mengirimkan pengaruhnya kepadamu dan kau tak punya tameng untuk menolaknya," jelas Rapmon yang membuatku takut, itu artinya sebanyak apapun Rapmon dan Taehyung menghilangkannya, pengaruh hitam itu akan datang lagi dan lagi.
Rapmon menggeleng penuh arti, "Tentu saja yang kau pikirkan itu tak akan terjadi lagi, sekarang kau punya tamengnya," jelas Rapmon membaca pikiranku. "Ini tameng untukmu."
Tanganku terulur untuk mengambil sebuah kalung yang mempunyai bandul botol yang berukuran sangat kecil dari telapak tangan Rapmon.
Apa ini??
"Itu ramuan yang kubuat dari Bunga Kemuning Jawa, aku membuat itu untukmu tadi malam, pakailah," pintanya yang membuatku mengangguk menuruti permintaannya.
Sejujurnya hatiku terasa pilu. Beberapa menit lalu aku terus mengomel dalam hati karena kukira Rapmon tak becus kemaren. Aku terus menuduhnya dan bepikiran yang tidak-tidak tentangnya, tapi ternyata aku salah besar. Rapmon lebih dari sekedar menyelesaikan pekerjaannya.
"Kau menemukan bunga ini di mana?" Tanyaku setelah kalung itu terpasang mulus di leherku, masalahnya aku baru mendengar pertama kali nama bunga itu, apa bunga ini hanya hidup di menara? Rapmon terkekeh pelan.
"Aku keturunan Kim Sha, setiap kami pergi setidaknya kami membawa kotak kecil berisikan ramuan-ramuan pemberian orangtua, leluhur kami atau yang membuat kami sendiri, itu sudah menjadi tradisi wajib untuk kami," jelas Rapmon. Aku mangut-mangut mendengarnya.