"Ada apa ya?" tanyaku berusaha tetap tenang.
Seonjung menatapku tajam tak menggubris pertanyaanku. Otakku kembali mengingat mantera-mantera yang kuhafalkan tadi malam. Jujur saja, sekarang aku malah jadi tertantang berurusan dengannya ketika mengetahui peringkatnya. Bukankah itu bisa jadi batu loncatan ketika berurusan dengan orang pintar sepertinya'kan? Beda cerita jika berurusan dengan orang bodoh, hanya membuang waktu. Dan setidaknya sekarang aku punya jubah penghilang, aku bisa leluasa menyembunyikan badanku jika ketahuan.
"Ada apa ya kak?" tanyaku lagi, merasa pertanyaanku tadi sama sekali tak ada tanggapan mengambang di udara.
"Ehm, apakah adikku sudah bangun?" tanyanya.
Hah?? Adiknya??
"Maksudku Limy," ucapnya memperjelas. Aku menggelengkan kepala. "Oh ya sudah," ucapnya lalu pergi berlalu.
Hah?? Hanya itu??
Aku menatap punggung Seongjung yang mulai menjauh. Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres, dia menyembunyikan sesuatu, tapi aku tak tahu apa.
Satu hal lagi, teman sekamarku adalah adik dari anak bandel itu, kenapa menara ini terasa begitu sempit!
----------||----------
Murid tingkat satu termasuk aku di bagi menjadi beberapa kelas secara acak di lantai dua di menara, murid tingkat dua berada di lantai tiga, berurutan semua sampai murid tingkat akhir, tingkat tujuh di lantai delapan. Lantai pertama menara hanya ada aula besar dan lapang. Sebenarnya menara ini memiliki tigapuluh lantai, hanya saja yang diinformasikan hanya sampai lantai delapan, lantai sembilan sampai ke atas, hanya pihak dari menara sendiri yang tahu, termasuk sumur keramat dan lain-lain terletak di lantai berapa pun, hanya mereka yang tahu, bahkan katanya penyihir yang sudah lulus pun dan menjadi penyihir hebat di dunia tak pernah tahu menahu apa yang ada di sana atau mungkin dia tahu tapi tak pernah memberi tahu. Di atas menara ada cahaya yang menyala siang dan malam tanpa pernah padam.
Hari ini adalah hal yang terbaik dalam hidupku. Bagaimana tidak? Kim SeokJin, Iya Kim Seokjin, pangeran tampan itu sekelas denganku, dan yang lebih membahagiakan lagi dia duduk di sampingku. Rasanya pipi ini tak bisa berhenti senyum, aku berasa menang undian lontere. Dilihat dari dekat dia jauh lebih tampan. Saking senangnya aku bahkan tidak konsentrasi dengan penjelasan guru sihir di depanku.
Hah!!!!
Aku bisa gila karena ini! Ambisi besarku untuk menjadi penyihir hebat dunia luntur hanya karena cowok tampan! Itu benar-benar konyol!!
"Kau tak apa?" tanya Kim SeokJin tiba-tiba.
"Hah?" Aku menoleh dan melihat wajah tampannya menampilkan wajah khawatir. Mata itu begitu menawan.
Aaaaaaaarrggghhhhhh....
"Mukamu merah," katanya lagi.
Eommaa.. aku jadi ge-er dia peduli padaku. Aku mengusap pipiku berusaha tak terlihat gugup bertatapan dengannya.
"Aku tak apa," jawabku sekenanya. Kim Seokjin menganggukkan kepala lalu memperhatikan ke depan lagi.
Tadi, ketika aku tahu dia adalah teman sebangkuku, aku sudah merangkai bermacam rencana untuk berteman dengannya. Dia bukan orang sembarangan yang dipilih langsung oleh sumur keramat. Berteman dengannya jelas banyak bermanfaat.
Tapiiiiiiiii.......
Aaahhhhhhh....
Bagaimana mengajaknya berteman dekat! Semua keberanianku sirna sudah, duduk di sampingnya membuatku meleleh! Tak bisa berkutik dengan pesonanya!
Aduh, sepertinya aku harus meminta guru untuk mengubah kelasku. Aku benar-benar tak bisa konsentrasi di dekatnya.
----------||--------