"Nih, surat cinta untukmu," ucapku sambil menyodorkan sepucuk surat kepada Taehyung yang sedang makan di kantin. Taehyung menerima surat itu sambil menyeringai lebar.
"Tak kusangka kau juga suka padaku," katanya bangga yang membuatku barusaja mendudukkan diri langsung ingin berdiri dan berlari ke kamar mandi untuk muntah.
"Ini dari Geni teman sekamarku! Sok tau!" Seruku yang dibalas 'oh' olehnya.
Taehyung membuka surat itu dan membacanya sekilas.
"Bilang sama temanmu yang katamu namanya sapa? Geni itu? oke," pintanya yang membuatku mengernyitkan dahi.
"Oke? Maksudnya?" tanyaku bingung.
"Oke aku menerima dia menjadi pacarku," ucapnya yang membuat bibirku menganga lebar.
"Apaaaaa???" Seruku kaget, "Kau menerimanya begitu saja? Kau kan belum mengenal lebih dia!?" tanyaku tak habis pikir.
"Kenapa? Bukan cuman dia, tapi banyak wanita yang memintaku jadi pacarnya, aku tak tega menolak semuanya jadi kuterima saja semuanya," balasnya tanpa dosa. Aku menggelengkan kepala tak habis pikir dengan pola pikiran Taehyung. Bukan kah sekarang dia bisa dijuluki buaya? Tapi eh??? Kenapa aku harus ikut memikirkannya? Toh urusan dia kan?
Seketika aku melihat pemandangan menarik. Aku melihat Jungkook berjalan keluar kantin. Tanpa pikir panjang aku mengikutinya, lebih tepatnya mengejarnya.
"Jungkook," sapaku ketika aku sudah menyejajarkan langkahnya. Jungkook menolehku sekilas lalu memandang ke depan lagi fokus dengan jalannya tanpa membalas apa-apa, tanpa mempedulikan aku berjalan di sampingnya, "Bukannya kemaren kita sudah berteman ya?" tanyaku yang membuat dia menghentikan langkahnya.
"Terus kenapa kalau berteman? Apa aku harus mengobrol panjang kali lebar denganmu, mendengarkan keluh kesahmu? Aku bukan pendengar radio!" Serunya lalu melangkah pergi. Aku masih mematung memcerna kalimatnya. Aku aku pernah mengobrol panjang dengannya? Kapan? Sampai aku dibilang radio?
Aku hanya melihat punggungnya berjalan menjauh dariku. Makan apa dia dikantin tadi sampai sombongnya nggak ketulungan! Aku harus pergi ke kamar untuk mengambil jubah penghilang dari Rapmon sekarang.
Kakiku bergegas berjalan menuju kamar asramaku. Tanganku memutar knop pintu kamar asrama dan tak kusangka kamarku ada penghuninya yang tak lain Geni, yang langsung berteriak antusias ketika tahu aku datang.
"Sudah kau berikan?" tanyanga langsung.
"Hmm," ucapku malas sambil berjalan menuju lemari, untuk mengambil jubah itu.
"Apa dia sudah membacanya?" tanyanya.
"Iya dia sudah membacanya dan bilang oke!" Seruku langsung dan membuat Geni meloncat senang dan menari-nari tak jelas. Aku segera keluar dari kamar meninggalkannya. Mataku gatal melihat kegilaannya.
----------||----------
Mataku menelusuri seluruh taman tapi aku tak menemukan batang hidung Jungkook, aku pergi ke kelasnya tapi juga tak menemukan dia. Rasanya mengesalkan ketika kita sudah siap tempur tapi musuhnya menghilang. Jungkook kemana sih??? Gerutuku kesal dalam hati.
Setelah mencari kesana kemari akhirnya harus menyerah karena terdengar bel tanda istirahat telah usai berbunyi nyaring sekali. Aku menghela napas kesal sambil berjalan menuju ke kelasku. Tqpi ternyata hal tak terduga terjadi. Kim Yeri telah menungguku di depan pintu kelasku.
"Soo Masha, ikut aku," pintanya aku hanya mengangguk sambil mengikutinya. Aku tahu pasti ini tentang pembicaraan kemaren yang tertunda. Sekarang aku harus bagaimana? Menjawab dengan sebenarnya atau patuh dengan wakil kepala sekolah? Tapi wakil kepala sekolah terlihat tak bersahabat denganku. Hemm... bukankah yang terlihat terlalu baik malah kadang berbahaya menusuk kita dari belakang?
Aku mengekorinya, kukira kita akan pergi ke ruangannya, tapi kami barusaja berjalan melewatinya. Terus kita mau kemana ini? Apa di depan menara? Atau kemana?
"Kamu pergi ke dimensi lain menggunakan sumur keramat itu kan?" tanyanya kemudian setelah daritadi hanya hening.
"Iya," jawabku sekenanya. Pada akhirnya aku memilih menjawab pertanyaannya tapi mungkin hanya lingkup Rapmon jatuh di mimpiku, bukan tentang Choi Rahna yang mendorong atau wakil kepala sekolah yang memintaku tutup mulut dengan hal itu.
"Kamu pasti masih bingung dengan apa yang telah terjadi bukan?" tanyanya yang membuatku mengangguk, padahal dia tak bisa melihatku menganggukkan kepala.
"Aku bisa membantumu mencari jawaban dari semua itu," katanya. Aku tetap diam tak memberikan pernyataan apapun. Sampai akhirnya kami pergi ke bawa menara. Ahhh... tempat ini mengingatkan kembali pada peristiwa penindasan Seojung. Dengan cekatan Kim Yeri membuka pintu dan kami berjalan menyelusuri lorongnya. Aku ingat jalan ini sama seperti malam itu. Apa kami akan pergi ke sumur itu? Hatiku bertanya-tanya.
Hanya terdengar langkah kaki kami yang berjalan di lorong gelap ini. Tak ada kalimat yang terlontar kembali. Pada akhirnya kami berada di ruangan dan itu dia, sumur keramat berdiri disana. Mataku berkeliling memandang sekitar, ruangan ini persis seperti kejadian waktu itu walau penglihatanku waktu itu hanya lentera seadanya. Tapi ingatanku tak pernah salah, memang seperti ini gambar ruangannya. Tapi aku merasa aneh dengan sumur itu, sumur itu seperti tidak sama seperti malam itu. Entah kenapa hatiku berpikir jika sumur kali ini berbeda di tambah lagi, kami berjalan seperti lebih cepat dibanding aku berkeliling malam itu. Aku tak tahu apa karena malam itu terlalu gelap da pikiranku sedang tidak jernih atau memang ini bukan ruangan yang sama.
"Lihatlah Masha-shi,,, di depanmj ada sumur keramat," kata Bu Kim Yeri sambil menujuk sumur itu dengan tangannya, dan memintaku untuk mendekat. "Kamu pernah melewati sumur itu kan?" tanyanya. Aku hanya mengangguk ragu.
"Kamu tahu, sumur keramat ini sumur yang sangat ajaib di dunia, sumur ini sangat tua, bisa dibilang sumur ini adalah bola kehidupan dunia. Jangankan masa depan, jika kamu ingin pergi ke masa lalu sumur ini pun bisa. Sayangnya jika kau pergi ke masa lalu tak bisa merubah apapun, tapi jika kau pergi ke masa depan, kau bisa mengubahnya walau sekecil titik. Hebat bukan?" tanyanya. Aku yang sendari tadi takjub langsung menganggukkan kepala antusias.
"Jadi bagaimana cara menggunakan sumur ini?" tanyaku kemudian karena melihat ada sesuath yang janggal seperti kenapa sumur ini tak berbicara seperti malam itu dan juga bukankah malam itu sumur itu sangat senang bertemu dengan darah marga Soo sepertiku? Kenapa sumur ini diam? Jangan-jangan dugaanku benar jika sumur ini lain.
"Menggunakannya? Kau hanya masuk ke dalamnya dan kau akan pergi ke masa yang kau inginkan," jawab Bu Kim Yeri yang membuatku memutar otak memilah perbedaannya, malam itu sumur itu yang menarikku dan jika kata Bu Kim Yeri langsung loncat? Apa itu seperti cara bunuh diri? Meloncat ke dalam sumur? Bu Kim Yeri sepertinya tak sungguh-sungguh memberiku informasi.
"Sekarang aku akan pergi, berdualah dengan sumur itu dan cari kebenaranmu itu sendiri," ucap Kim Yeri lalu pergi meninggalkanku sendirian dengan sumur itu. Sepeninggalnya sumur itu aku hanya dia mengamati, menunggu sumur ini menyapaku. Tapi nihil, sumur ini hanya diam.
"Hey sumur tua jelek!" Pancingku mencoba mencari perhatian sumur. Tapi sumur ini tetap diam. Aku melangkah berjalan keluar ruangan dan sumur itu tak menahanku seperti waktu itu.
Aku tersenyum miring menyadari kenyataan. Huh! Sumur palsu!
Aku berjalan mendekat ke dalam sumur itu mencoba berteriak di dalamnya bahwa dia palsu tapi ketika kepalaku sedang melongok dan belum mengucapkan apapun, ada sebuah dorongan kasar ke tubuhku sehingga aku jatuh ke dalam sumur.
"Aaaaaaaaa........"
----------||---------