Aku tak tahu, berapa jam aku terkurung di kamar yang aneh ini. Dan dua mahluk itu tak kembali? Aku berpikir seharusnya aku tak mempercayai mereka. Setelah lama menimbang-nimbang akhirnya aku memberanikan diri keluar dari kamar. Sepertinya aku harus mengandalan diriku sendiri untuk keluar dari sini, jika nanti aku bertemu dengan orang jahat, aku tinggal menggoyangkan tongkatku dan melemparkan mereka semua.Dari luar kamar terlihat seperti lorong kamar biasa seperti di bumi, kakiku berjalan dengan hati-hati. Untungnya tak ada siapapun di sini. Sampai pada akhirnya aku mendengar langkah kaki, aku melirik kanan kiri untuk mencari tempat sembunyi tapi terlambat. Pria berbandan besar dengan postur tubuh yang tinggi, dan berambut putih secara keseluruhan, sudah melihatku dengan mata telanjangnya. Jujur saja aku tak suka tatapan itu, tatapannya seperti tatapan buronan jelek itu.
"Sepertinya kau bukan penghuni Kentmoon? Kau tersesat?" tanyanya lembut. Aku menelisik penampilannya, sepertinya dia seorang guru dengan baju putihnya.
Ketika murid tak tahu apa-apa dia akan tanya gurunya bukan? Sepertinya dia bisa membantuku, dia bukan orang jahat kan?
Aku mengangguk sekilas lalu membungkukkan badanku, "Sala kenal, aku Soo Masha tuan," ucapku.
"Aku profesor Maru," ucapnya dan ikut membungkukkan badan. Aku mengingat-ngingat kejadian tadi ketika Thomas dan Robert berdebat agar aku tak ketahuan profesor dan sekarang aku sudah ketahuan. Apakah dia orang jahat?? Aku harus bagaimana sekarang??
"Kenapa kau malah melamun, mari ke ruanganku dan ceritakan semua tentangmu, mungkin aku bisa membantu," ucapnya sambil tersenyum. Aku sedikit terkesiap karena senyuman itu sama persis dengan Choi Rahna, aku membencinya.
Aku mengangguk sekilas, Profesor Maru berjalan dan aku membuntutinya dari belakang. Kata-kata bisa membantu membuatku mau tak mau ikut dengannya. Sepertinya ini jalan yang benar daripada dua murid tadi.
Kami sampai di sebuah ruangan. Aku memandang berkeliling, ada bola dunia, meja, kursi dan beribu buku tebal. Aku pun mencium aroma sitrus yang kuat pada ruangan itu. Sepertinya ini tempat kerjanya.
"Duduklah," pintanya dan aku nenurutinya, "Sekarang ceritakan tentangmu," ucapnya.
Aku menghela napas panjang, lalu mulai menceritakan bahwa tentang aku, penyihir dari bumi yang belajar di langit ketiga dan masuk ke dalam sumur dan berakhir di tempat ini. Jujur saja aku terkesan dengan profesor yang mendengarkan ceritaku dengan penuh hikmat, terbukti dia melontarkan beberapa pertanyaan tentang duniaku dan aku menjawabnya. Sepertinya dia sangat paham denganku dan kupikir dia adalah orang yang tepat membantuku.
"Jadi bagaimana? Kau bisa membantuku keluar dari sini profesor?" tanyaku. Profesor itu tersenyum manis.
"Tentu saja!" Ucapnya. "Ayo kuantarkan jalan keluar," ajaknya lalu beranjak berdiri. Kembali, aku mengikutinya menelusuri lorong-lorong dan berakhir di ruangan. Tempat ini, begitu banyak tabung berisi cairan berwarna biru, yang lebih menjijikan dan satu hal yang tak pernah kulihat sebelumnya adalah monster dalam tabung itu. Bukan monster atau benar monster, atau ini yang disebut Thomas sebagai alien? Secara fisik, mereka berwujud manusia, hanya beberapa anggota tubuh yang nampak aneh, seperti bibir yang menyerupai ikan koi atau tangan mereka yang bersisik. Dan, jujur saja perasaanku tiba-tiba menjadi tak enak.
"Benny!" Panggil profesor kepada satu-satunya penghuni ruangan aneh ini, "tolong jaga nona ini, aku akan mempersiapkan sesuatu untuknya," pinta profesor.
"Baik profesor!" seru orang yang bernama Benny itu, profesor berjalan mendekati satu tabung lalu mengotak-atiknya. Satu pertanyaan muncul dibenakku, jika dia hanya bekerja disitu kenapa aku harus di jaga? Apa ruangan ini berbahaya? Dan lihat, wajah orang yang disapa Benny, mirip sekali dengan Suga.