Kamu lihat laut itu?
Apa yang kamu lihat?
Hanya air dan gelombang bukan?
Padahal Laut tak sesederhana itu...
Kamu lihat ke atas, ada bulan kan?
Cantik?
Tapi percayalah jika dilihat dari dekat, bulan tak seindah itu...
Apa yang kita lihat belum tentu itulah yang tercetak sebenarnya, dunia ini penuh misteri, dunia ini penuh ilusi, dunia ini penuh pernik, dunia ini rumit dan tak sesimpel yang terlihat....
----------||--------
Tanganku memutar pintu knop kamar asrama, ketika aku membukanya wajah Hobie muncul di baliknya. Dahiku sedikit mengernyit karena ini sudah masuk jam pelajaran. Tapi kenapa mahluk ini ada di depanku. Bolos?
"Masha-shi?" Panggilnya gugup. Matanya membulat sempurna ketika kepalanya melonggok melihat ke dalam kamarku. "Kamu benar-benar ingin pergi dari asrama ini?" tanyanya. Aku ikut melihat sekilas ke dalam dan mendapati hasil karyaku mengepak barang-barangku beberapa menit yang lalu.
"Memang kenapa?"
"Ular itu berbahaya Sha, kau bisa mati di hutan itu!" Katanya memberi petuah.
"Bukan'kah kamu bilang itu hanya dongeng!" ucarku kesal. Hobie menggeleng pelan.
"Itu semua benar-benar ada Sha," jelasnya yang membuatku tambah mengernyit. Tadi bilang dongeng sekarang bilang ada, benar-benar tak ada konsistennya ini anak!
Ceritanya tidak akan bisa menakutiku meskipun aku sendiri tahu kebenarannya.
"Terus kenapa?" Seruku sedikit kesal, "malah bagus'kan?" Seruku lalu dengan tanganku memberi isyaratnya untuk menggeserkan badannya dari depan pintu karena aku akan keluar kamar.
"Masha... kau akan ketahuan sama kepala sekolah!!" Seru Hobie lagi ketika aku sudah keluar dari kamar dan berjalan menuju menara. Tapi aku sama sekali tak niat untuk mendengarkar ocehannya. "Kau bisa diberi peringatan sepertiku kemaren!!" Serunya lagi yang sukses menghentikan langkahku.
"Apa katamu?" tanyaku lalu berpaling ke arahnya. Hobie menghela napas.
"Ahh akhirnya kamu mendengarkanku juga." Kakiku melangkah mendekatinya.
"Kamu berbuat apa sampai ketahuan kepala sekolah?" tanyaku penasaran.
"Aku berusaha mencoba mengirim surat ke bumi tapi aku belum sempat berhasil kepala sekolah itu menghentikannya, aku diberi surat peringatan Sha, bila aku ketahuan lagi melanggar bukan hanya aku dikeluarkan dari sekolah ini, tapi dipenjara karena mengirimkan surat itu sangatlah berbahaya untuk menara," jelasnya panjang kali lebar. Meskipun sejujurnya aku tak terlalu mendengarkan peringatannya.
"Jadi...." otakku mulai menyimpulkan sesuatu, "kamu benar-benar tahu cara mengirimkan surat ke bumi?" tanya dengan senyum mulai mengembang. Beda dengan ekspresiku, wajah Hobie menampilkan raut yang berbeda.
"Kamu gila!" Serunya kesal mengerti kemauanku, "setelah aku mengatakan semuanya resikonya, kamu masih berpikir untuk melakukannya?" tanya tak habis pikir sambil menggelengkan kepala pelan, "kamu bisa dipenjara!!"
"Itu berlebihan! Apa bahayanya mengirim surat sampai dipenjara! Itu hanya gertakan sambal kepala sekolah!!" Seruku kemudian, setidaknya itu kesimpulanku karena jika kita belum mengetahui sepenuhnya, orang-orang akan dengan mudah membodohi kita.
"Itu benar berbahaya! Ketika kita mengirimkannya, kita akan membuka portal ke bumi dan itu bisa dimanfaatkan orang jahat dari bumi untuk masuk ke menara, paham kan? Sihir teleportasin. Kita bisa membahayakan menara!" Serunya lagi yanh sebenarnya membuatku tersenyum geli, bagaimana tidak? Orang jahat seperti Choi Rahna sudah menyusup ke menara entah dari kapan, terus melindungi dari orang jahat seperti siapa lagi? Kalau penjahat paling dicari saja sudah sampai di sini.