38. Buna

8K 1.3K 132
                                    

6 bulan kemudian...

"Selamat enam bulan Leo sayang!!"

PIIIFFFTTT!

Seruan terompet kecil di pagi hari membuat Leo kecil tertawa sambil mengangkat kedua tangannya, matanya itu berbinar kala menatap Mark yang berdiri tak jauh dari meja makannya. Kedua orang tua itu sibuk berbahagia melihat perkembangan buah hati mereka yang sudah memasuki semester pertama kehidupannya.

Di setiap tanggal dua Heya akan melingkarkan di kalender sebagai satu waktu yang berharga di setiap bulannya. Leo sudah tumbuh besar dan beriringan dengan Mark yang juga akan semakin tua. Ia merasa senang di kehidupan keluarga kecilnya ini, dia memiliki semuanya yang berjalan dengan lancar.

Pagi ini, Mark kembali bekerja seperti biasa. Sebelum ia pergi, mereka akan melakukan sarapan terlebih dahulu dan bertepatan dengan Leo yang sudah mandi dan siap untuk menyantap sarapan pendampingnya. Heya masih berkutat dengan panci dan spatula saat ini, ia tengah menghidangkan omelet untuk Mark dan juga menyiapkan bekalnya. Setiap hari makanan akan selalu berubah dan Mark mendapatkan banyak porsi makanan dari yang ia masak. Ada buah, sayuran, nasi, dan daging, jika perlu suaminya itu harus membawa rantang besar juga ke kantor.

Omelet yang masih panas mendarat sempurna di piring Mark, Heya beralih lagi menuju Leo dan duduk di samping anak kecil itu. Ia akan memberi makanan pendamping asi berupa pure buah pisang, mengingat saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan Leo makanan barunya.

Jadilah di pagi hari itu Mark menontoni Heya berusaha untuk memberikan makanan baru pada Leo, selagi istrinya berbicara banyak hal yang tak dimengerti bayi itu.

"Leo sayang, nggak mau ngerasain makanan enak? Ini enak loh." Satu sendok kecil telah Heya masukkan ke dalam mulut Leo dan ini bukanlah hal yang mudah. Leo belum bisa terlalu cepat menerimanya.

Akhir dari sarapan pagi ini adalah Mark menyelesaikan makanannya dengan cepat dan Leo masih harus menerima lagi makanan barunya. Barulah Mark bergegas merapikan kemejanya dan memasangkan jam di pergelangan tangan kirinya.

"Radhea...," panggil Mark.

"Bentar, aku masih nyuci nih." Heya tak bisa menghadap langsung pada Mark untuk perpisahan pagi mereka.

Mark lebih dulu memeluk Leo dan mengucapkan perpisahan pagi bahwa papanya akan bekerja sebentar lagi. Setelah itu, ia beralih pada Heya di dekat wastafel setelah menurunkan Leo di kursi makannya tadi.

"Bekalnya udah aku siapin ya," ucap Heya dan matanya tak menatap Mark karena masih berfokus pada membilas beberapa piring di depannya.

"Bundanya nggak mau dipeluk?" tawar Mark.

"Leo aja. Aku bau, belum sempat man—"

Dan bukan Mark namanya jika tak memberikan hal-hal manis yang tak pernah Heya duga kepadanya. Mark tak akan peduli jika Heya akan bau dapur atau sedang sibuk akan hal lainnya, paginya harus diawali dengan pelukan dan kecupan untuk istrinya.

"Ak—Mas, nanti kemejanya bau!"

"Biarin, yang penting peluk dulu."

Karenanya Heya tak dapat menolak juga. Alhasil ia membiarkan Mark memeluknya, tapi ia harus menyadarkannya juga untuk segera pergi.

"Udah-udah, nanti kena macet lagi. Ini Senin pagi loh, Mas. Jalanan rame," peringat Heya. Mark pun segera melepaskanya dan tersenyum untuk terakhir kalinya.

"Hati-hati ya, Mas. Jangan lupa doa sebelum berangkat. Aku tunggu sampai pulang nanti," pesan Heya.

Mark mengangguk. Sambil menghantarkan kepergiannya, Heya akan selalu mengawas dari dekat carport dan melihat laju mobil Mark dari keluar pagar hingga menghilang sampai lambaian terakhirnya. Seperti itulah pagi hari di keluarga kecil ini, semuanya berjalan dengan lancar dan penuh kebahagiaan.

me after you [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang