18. Satu Semester

11.1K 2K 1.3K
                                    

Terlambat. Pagi ini Heya bangun terlambat dari biasanya. Ia tak menemukan lagi Mark di kasurnya dan mendapati sekarang tengah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit. Seharusnya saat ini ia sudah menyiapkan bekal dan sarapan untuk Mark, tapi mengingat dirinya sendiri terlambat mungkin suaminya itu memilih untuk meminum segelas susu saja.

Sesampainya di dapur, benar saja Heya sudah mendapati Mark yang tengah terduduk di kursi meja bar bersama segelas susunya.

"Maaf, aku telat."

Heya membuka pintu kulkas segera dan mengambil beberapa kotak makanan yang sudah ia siapkan semalam untuk ia panaskan pagi ini.

"Subuh tadi aku udah bangun, cuman.."

Dan kata-kata Heya terpotong karena harus mengambil spatula yang ia taruh di kabinet atas kompor. Kakinya berjinjit untuk terus meraihnya, hingga tiba sebuah tangan langsung menyergapi benda itu yang berada di atasnya. Heya melirik ke samping dan mendapati Mark di sebelahnya.

"Makasih." Heya tersenyum menerima bantuan dari Mark barusan.

Barulah ia kembali sibuk di depan kompor selagi memasak telur mata sapi dan memanaskan sisa lauk semalam.

"Ah, aku lupa nyambung yang tadi. Aku ketiduran lagi habis subuh tadi," ucap Heya.

"Kalo kamu ngerasa repot, aku gak papa kalo gak sarapan," sahut Mark.

"Nggak! Harus sarapan!" balas Heya tegas.

Mark menoleh ke arahnya sejenak, ia sempat sibuk memainkan ponselnya tadi. Barulah sekitar lima menit ia menunggu, sarapan yang telah dipanaskan sudah disajikan di meja bar depannya. Heya juga menyempatkan untuk menyediakan bekal kuliahnya hari ini.

Kedua orang itu terduduk selagi menikmati hidangan pagi ini, mereka menghening dalam beberapa saat. Heya menyesap tehnya dengan pelan dan melirik ke arah Mark yang tampak sibuk menghabiskan makanannya.

"Mas," panggil Heya.

Mark tak menoleh, tapi ia mendengar panggilan dari Heya itu.

"Aku boleh pergi hari ini?" tanya Heya.

Langsung saja Mark meliriknya segera.

"Kemana?" tanya Mark balik.

"Ketemu Mbak Alana," jawab Heya.

"Lagi?" balas Mark.

"Iya. Boleh, 'kan?" tanya Heya lagi.

Mark terdiam. Setelah makannya selesai, ia meminum sejenak segelas air putih di dekatnya. Barulah ia melihat ke arah Heya.

"Kamu sering keluar akhir-akhir ini," ucap Mark.

Heya mendesah, "Boleh, 'kan?" tanyanya lagi.

"Mau kemana sih?" tanya Mark.

"Cuman ngumpul di kafe. Mbak Alana lagi gajian, dia pengen traktir aku di kafe temennya," jelas Heya.

"Cuman kumpul doang," ucap Mark.

"Iya. Boleh 'kan, Mas?" tanya Heya.

Mark menggeleng cepat, "Kamu di rumah dulu," jawabnya.

"Rumah!?" ucap Heya dengan nada meninggi.

Mark beranjak dari tempat duduknya. Ia melangkah menuju wastafel untuk menaruh piring kotornya di sana. Sedangkan Heya, ia cukup dibuat syok dengan ucapan suaminya itu barusan.

"Mas, please. Aku udah janji dari lusa kemarin."

"Akhir-akhir ini aku banyak denger berita buruk di sekitar daerah perumahan kita. Ada pembunuhan dan pencurian harta-"

me after you [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang