01

3.2K 184 8
                                    

Reyga Jihoon Herlangga, seorang murid SMA PLEDIS 17 yang mendapat beasiswa penuh untuk bersekolah disana karena kecerdasannya. Ia terlahir dalam keluarga yang sederhana, sehingga sangat bergantung pada beasiswa demi kelangsungan pendidikannya. Jatuh cinta pada pangeran sekolah si idaman semua umat. Tidak ada yang mudah di dalam hidupnya, namun pantang menyerah adalah motonya.





Pagi hari seorang Reyga Jihoon tidak ada yang special, hanya melakukan kegiatan sebagaimana mestinya seorang siswa. Namun ada yang berbeda pada pagi kali ini, tidak ada hinaan dan cacian sepanjang perjalannya menuju kelas dimana ia menimba ilmu hanya suasana tentram dan damai yang menyertainya.

Sesampainya di ruang kelas Jihoon langsung menghampiri sahabatnya -Noviko Wonwoo- yang sedang bermesraan dengan novelnya.

"Vik?" seru Jihoon yang hanya dibalas deheman.

"Apa kemarin terjadi sesuatu ketika aku tidak masuk?" Ya, kemarin Jihoon absen karena ia harus mengikuti olimpiade.

Wonwoo hanya menoleh sekilas kemudian mengedikkan bahu dan kembali fokus pada bacaannya. Well, Jihoon sudah terbiasa dengan sifat sahabatnya yang irit bicara ini. Tak ingin ambil pusing, Jihoon langsung memainkan ponselnya sembari menunggu bel jam pertama berbunyi.





Bel istirahat sudah berbunyi, itu artinya siswa bisa rehat sejenak untuk mengisi perut atau sekedar mendinginkan otak setelah menerima berbagai materi yang diberikan oleh pengajar.

"Rey, lu mau ke kantin gak?" tanya Wonwoo sembari membereskan buku-buku yang berserakan diatas mejanya.

"Emm, perutku sudah berbunyi minta diisi" balas Jihoon sembari terkekeh karena ucapannya sendiri.

Wonwoo hanya mengangguk kemudian berjalan keluar diikuti Jihoon dibelakang tentunya.

Sepanjang jalan menuju kantin Jihoon hanya menundukkan kepalanya, tidak berani untuk melihat sekelilingnya. Bukan karena apa, hanya saja tatapan siswa-siswa disekitarnya membuat ia merasa terintimidasi.

Bagaimana tidak, Jihoon berjalan bersama seseorang yang cukup terkenal di sekolahnya bahkan ia berteman baik dengan siswa populer itu -Wonwoo- membuat beberapa orang iri terhadap dirinya.

Wonwoo yang melihatnya hanya menghela nafas kemudian menarik Jihoon dan mempercepat langkahnya agar segera sampai di kantin. Sesampainya di kantin mereka langsung mengisi bangku yang kosong.

"Vik, kamu ingin makan apa? Biar aku pesankan sekalian"

"Terserah lu ae"

Tanpa pikir panjang Jihoon langsung melangkahkan kakinya menuju warung batagor langganan ia dan sahabatnya.

Tak lama kemudian sudah ada sepiring batagor di masing-masing tangannya.

"Nih, Vik. Aku beliin batagor aja ya" katanya lalu menyerahkan sepiring batagor untuk Wonwoo.

Wonwoo hanya mengangguk, kemudian melahap batagor kesukaannya.

Sembari memakan batagornya Jihoon memperhatikan murid-murid yang bermain basket. Ada yang menarik perhatiannya yaitu seorang anak lelaki berparas tampan yang menjadi incaran semua orang baik perempuan maupun uke, salah satunya Jihoon.

❨✓❩ ʏᴏᴜ || sᴏᴏɴʜᴏᴏɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang