04

1.1K 132 2
                                    

Hari senin adalah hari dimana semua penderitaan dimulai kembali setelah dua hari kemarin mereka -siswa- merasakan surganya dunia.

Pagi ini Jihoon sudah berada di kelasnya, untuk apalagi jika bukan piket. Jihoon biasa mengerjakan semuanya sendiri mulai dari menurunkan kursi-kursi, menyapu dan mengepel lantai, serta membersihkan kaca.

Tidak ada yang mau susah-susah membuang tenaga kalau ada yang dengan sukarela melakukannya sendiri. Ya kecuali jika ada Wonwoo, Jihoon merasa sangat terbantu.

Mungkin hari ini adalah hari sialnya, bagaimana tidak ia sengaja datang lebih pagi agar dapat menyelesaikan semuanya lebih cepat, tapi apa sekarang?

Setelah semua beres dan Jihoon bisa duduk manis, sekumpulan kakak kelas mendatangi kelasnya dan membuat semua kembali berantakan dengan kertas-kertas yang mereka hamburkan.

"Apa liat-liat hah?! Gak terima?" perempuan berambut pirang itu berkacak pinggang sembari melolot kepada Jihoon membuat Jihoon menundukkan kepalanya. Sementara ketiga temannya hanya tertawa melihat wajah nelangsa Jihoon karena pekerjaannya dari awal.

Siswi tadi menepuk-nepuk pipi Jihoon pelan "Makanya jadi orang jangan belagu" kemudian duduk di meja Jihoon dan mendekatkan wajahnya hingga sejajar dengan wajah Jihoon "Lu kira idup lu bisa tenang kalo lu temenan sama Viko? Jangan harap ya hahaha" lanjutnya, kemudian keempatnya meninggalkan Jihoon sendirian.

Tak lama Wonwoo datang bersama Soonyoung, dan mereka -lebih tepatnya Wonwoo- terkejut melihat keadaan kelas yang berantakan dengan sampah kertas berserakan dimana-mana.

"Ya ampun Rey kok masih berantakan?" tanya nya heran, karena biasanya ketika ia datang kelas sudah hampir setengahnya bersih.

Wonwoo berjalan ke mejanya dan Jihoon -mereka teman sebangku- lalu menatap Jihoon meminta jawaban "Iya Vik aku tadi telat bangun" alibinya sembari mengeluarkan kekehan -yang terkesan canggung- kecil.

Wonwoo mendecak keras "Gua tau kata telat gak ada di kamus lu. Jadi, Rey" Ia mencondongkan badannya dengan matanya memicing, alisnya menukik "Jujur sama gua siapa yang ngelakuin ini?"

Jihoon menggelengkan kepalanya "Bukan siapa-siapa kok, Vik" senyuman terbit di bibir mungilnya.

Wonwoo menghela nafas lelah ia tau sangat percuma jika bertanya seperti itu pada Jihoon, ia terlalu hafal dengan sifat Jihoon yang tidak ingin merepotkan orang lain, padahal Wonwoo sama sekali tidak merasa direpotkan.

Tak ingin ambil pusing, Wonwoo bergegas membereskan semua kekacauan ini. Sementara di meja sebelahnya, Soonyoung terpaku pada senyuman Jihoon.

Selama ini ia tidak terlalu memperhatikan sahabat dari adik kembarnya itu, ia baru tahu jika orang itu -Jihoon- mempunyai senyum yang manis semanis gula.

Sadar akan apa yang dipikirkannya ia lantas menggelengkan kepala dan menyibukkan diri dengan ponsel ditangannya. Mingyu yang melihat tingkah aneh sahabtnya hanya bisa mengerutkan alis, ia tidak ingin melewatkan kesempatan melihat bidadari di depannya.





Tinggal beberapa menit lagi menuju jam istirahat, wajah siswa-siswi di kelas Jihoon terlihat lebih segar. Matematika, itulah pelajaran yang sekarang tengah mereka hadapi walaupun sebagian besar dari mereka lebih senang menyibukkan diri dengan urusan masing-masing daripada memperhatikan penjelasan guru di depan.

Setelah sepuluh menit akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba, bel istirahat sudah berbunyi mereka yang sudah tak sabar mengisi perut langsung berhamburan keluar kelas menuju kantin.

❨✓❩ ʏᴏᴜ || sᴏᴏɴʜᴏᴏɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang