Mengapa

5 1 0
                                    

Malampun telah tiba, namun kedua orang tua Saysa belum pulang dari rumah sakit. Virgo yang sedang makan di ruang makan menanyakan kakaknya yang dari tadi belum turun dari kamarnya.

"Bibi, kak Saysa ya mana kok gak makan?" tanya Virgo kepada bibi.

"Em...non Saysanya sakit den," jawab bibi dengan nada panik dan bingung.

Virgo sangat terkejut ketika mendengar kakaknya sedang sakit. "Kok bibi gak kasih tau dari tadi kalau kak Saysa sakit, mama dan papa tau gak bi?"

Bibi sangat binggung harus menjawab apa. "Maaf den, non Saysa ngelarang bibi untuk ngasih tau ke ibuk dan bapak."

Virgo segera meninggalkan makan malamnya. "Bi, tolong siapin makanan untuk kak Saysa ya, biar Virgo aja yang bawain makanannya ke kamar kak Saysa."

"Baik den,"jawab bibi sambil menyiapkan makan malam untuk Saysa. "Den ini makanannya, kasih tau non Saysa cepet sembuh ya."

"Oke bi, makasih," Virgo meninggalkan meja makan sambil membawa makanan dan segelas air putih untuk Saysa.

Virgo mengetok pintu kamar Saysa. "Kak, Virgo boleh masuk gak!"

"Iya masuk aja," jawab Saysa dari dalam kamar.

Virgo segera membuka pintu kamar Saysa dan segera masuk.

"Lo ngapain ke kamar gue," tanya Saysa dengan nada selidik.

"Lo sakit kan kak, kok lo gak bilang ke gue?"

"Idih gak usah sok peduli gitu sama gue, lo kan selalu sibuk sama urusan lo terus apa gunanya kalau gue kasih tau lo kalau gue sakit," celetuk Saysa dengan wajah cemberut. "Terus lo tau dari mana kalau gue sakit."

Virgo hanya diam melihat kakaknya. "Gue tau dari bibi, ini gue bawain makanan untuk lo."

"Thank's," jawab Saysa

"Kak gue mau ngomong nih, boleh gak gue duduk."

"Ya duduk aja, emangnya mau ngomong apa sih kek penting banget."

Virgo pun duduk di sofa berwarna putih yang berada di dekat jendela kamar Saysa. "Kak gue mau nanya nih, lo masih ya pacaran sama kak Leo?"

"Masih, emangnya kenapa lo nanya kek gitu?"

"Enggak kok gue nanya aja, kirain gue udah putus," Virgo menatap kakaknya sambil menahan sesuatu yang ingin sekali ia sampaikan kepada kakaknya namun sangat sulit untuk ia sampaikan. "Eh iya kak ini bunga dari siapa bagus banget?"

"Em...itu dari temen gue."

"Temen apa temen, lo tau gak bunga ini bunga spesial," sindir Virgo.

"Ya kali spesial, bunga kayak ini banyak tau yang jual."

"Ya emang sih banyak yang jual, tapi bunga ini harganya gak murah tau, kayaknya orang yang ngasih bunga ini suka deh sama lo atau ngangep lo orang yang spesial dalam hidupnya."

"Mana mungkin, belum tentu orang yang ngasih bunga ke kita itu suka sama kita."

"Ya lo pikir aja ya kak sekarang kalau orang gak suka sama kita untuk apa dia beli bunga kek gini, apalagi untuk orang yang gak terlalu spesial, gue pernah liat bunga ini dan harganya itu loh."

"Yaudah mau di gimanain bunganya, lo kok ribet ya cuma gara-gara bunga doang harus berdebat, gue lagi sakit gimana coba mau sembuh di ajak ribut terus sama lo."

"Iya, iya sorry nih, oh iya kak kalau lo butuh temen curhat lo curhat aja ya ke gue, gue bakalan dengerin semua curhatan lo," Virgo segera berdiri dari sofa itu. "Kalau gitu gue keluar dulu ya lo cepet sembuh, bibi tadi titip salam katanya bilangin ke lo cepet sembuh."

Saysa segera beranjak dari tempat tidur dan memeluk adiknya itu. "Makasih ya selama ini lo selalu jagain gue, gue bersyukur banget bisa punya adek kek lo walaupun nyebelin."

"Nih sifat lo yang paling gue gak seneng cengeng, gue janji kak sampe kapan pun gue akan selalu jagain lo, udah gak usah nangis makan sana biar cepet sembuh."

Saysa tersenyum melihat sifat Virgo yang lebih dewasa dari pada dirinya walaupun dia tau bahwa Virgo adalah adiknya. "Dek gue mau minta tolong jangan kasih tau mama, papa ya kalau gue sakit soalnya gue gak mau mereka khawatir."

"Iyaaa gue gak kasih tau, tapi lo harus cepet sembu."

"Iya iya, makasih ya."

"Iya sama-sama, yaudah gue ke kamar ya soalnya masih ada tugas sekolah, get well soon kak," Virgo pun keluar dari kamar Saysa.

Setelah Virgo keluar, Saysa hanya memandangi bunga pemberian Rey yang berada di atas sofa putih tempat di sebelah Virgo duduk tadi.

"Gue binggung nih sama lo Rey kenapa sih lo perhatian banget sama gue, dan kenapa ya kalau gue deket sama lo gue ngerasa tenang walau pun kita belum lama ketemu," besit Saysa dalam hati.

Tiba-tiba ada telpon dari Leo, Saysa segera mengambil handphonenya dan mengangkat telpon tersebut.

"Hallo Sya kamu gapapa kan, masih sakit gak?"

"Hallo, aku udah gapapa kok udah mulai enakan."

"Alhamdullilah seneng banget aku denger kalau kondisi kamu sudah membaik."

"Kamu tau dari mana kalau aku sakit?"

"Aku tadi ke sekolahan kamu soalnya aku mau minta maaf soal kejadian kemarin, terus aku ketemu Bella katanya kamu lagi sakit," jawab Leo. "Oh iya Sya maaf ya aku gak bisa besuk kamu tadi soalnya tiba-tiba papa aku telpon untuk segera pulang."

"Iya gapapa kok, aku kan juga udah baikan besok kayaknya aku udah masuk sekolah deh."

"Yaudah kamu istirahat ya, cepet sembuh ya Sya."

"Iya, makasih ya udah perhatian sama aku, kamu juga istirahat ya jangan begadang nanti sakit."

"Oke bos, yaudah have a nice dream Sya."

"Have a nice dream Leo," Saysa segera mematikan telponnya.

Saysa sangat bahagia karena ia dan Leo sudah baikan kembali .

Tiba-tiba bibi mengetok pintu dan memanggil Saysa. "Permisi non apa boleh bibi masuk?" Tanya bibi dari luar kamar.

"Iya bi masuk aja gapapa gak di kunci kok."

"Maaf non, apakah non Saysa sudah selesai makannya?"

"Udah bi, makasih ya bi," Saysa memberikan piring dan gelasnya kepada bibi.

"Oh iya non, bibi mau minta maaf ya soalnya bibi gak bisa jaga rahasia non untuk gak bilang ke siapa-siapa kalau non sakit," bibi menundukkan kepala karena merasa bersalah terhadap Saysa.

"Ih... apaan sih bi gapapa kok, kan Saysa minta tolong ke bibi untuk rahasiain ke mama dan papa berarti selain ke mama dan papa gapapa dong," jawab Saysa sambil tersenyum.

"Baik non, non cepet sembuh ya non harus istirahat dan jangan lupa makan obatnya biar cepet sembuh."

"Oke makasih ya bi, oh iya bibi juga harus istirahat biar gak sakit."

"Baik non, yasudah bibi turun dulu ya non permisi non," bibi berjalan pergi meninggalkan Saysa yang tersenyum melihatnya.

Sebelum tidur Saysa selalu ke toilet untuk menyikat gigi dan mencuci mukanya.

Setelah selesai dari toilet Saysa melihat handphonenya ada pesan masuk dari nomor tidak di kenal. Saysa membuka pesan tersebut, dan ia sangat kaget bahwa pesan tersebut dari Rey.

Rey: Hai Sya ini gue Rey di simpen ya ini nomor gue, oh iya lo udah tidur belum, kalau belum tidur gih biar cepet sembuh dan gue harap lo besok udah bisa masuk sekolah karena gue udah gak sabar ketumu sama lo, get well soon Sya and have a nice dream.

Saysa sangat senang saat membaca pesan dari Rey ia tidak menyadari bahwa ia tersenyum setelah mebaca pesan tersebut. Saysa segera meletakkan handphonenya  di atas meja tepat di sebelah tempat tidurnya dan mematikan lampu kamarnya, ia segera tidur dengan tubuh tertutup selimut tebal berwarna pink muda itu.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang